Mohon tunggu...
Samudra Eka Cipta
Samudra Eka Cipta Mohon Tunggu... Lainnya - Pecinta Travel dan Jalan-Jalan

Jadikanlah Setiap Peristiwa Sebagai Guyonan

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Biden Menang, Bagaimana Nasib Palestina?

6 November 2020   22:12 Diperbarui: 9 November 2020   06:31 3882
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kasus antara Ilhan Omar dengan Trump berawal ketika Ilhan Omar diwawancarai oleh Mehdi Hasan presenter dari Aljazeera terkait dengan Umat Muslim di AS.

Kemudian, ia menjawab bahwa kekerasan yang terjadi terhadap Umat Muslim di AS disesabkan oleh orang berkulit putih yang radikal tegasnya, ia juga mendorong agar seluruh lapisan elemen masyarakat AS harus bahu-membahu melawan rasisme di AS.

Namun, justru video terebut dipotong oleh Molly Prince seorang politisi sayap kanan AS yang seolah-olah mengatakan apa yang disampaikan oleh Ilhan Omar adalah rasis dan disebarkan oleh Christian Broadcasting Network (CBN). Sehingga apa yang dilakukan oleh Molly Prince memberikan respon negatif terutama bagi para pendukung Trump.

Ketiga, terkait dengan kebijakan luar negeri AS, Trump memindahkan kedutaanya yang semula berada di Tel Aviv yang kemudian dipindahkan ke Yerusalem yang mana sebelum kepemimpinan Trump mulai dari Clinton, Bush, hingga Obama mereka semua menangguhkan untuk memindahkan kedubesnya.

Pasalnya, apabila AS memindahkan kedubes ke Yerusalem berati secara langsung AS dibawah kepemimpinan Trump mengakui kedaulatan Israel atas Yerusalem setelah wilayah tersebut seletah perang enam hari 1967. 

Hal ini juga menentutkan posisi Israel secara politik terhadap isu kota suci Yerusalem sebagai bagian dari ibu kota Israel semakin kuat. Tentunya, kebijakan yang dikeluarkan oleh Trump lagi-lagi mendapatkan protes baik dari kelompok Pro Demokrasi dan Muslim Amerika terlebih lagi bagi para penduduk Palestina baik di Tepi Barat maupun Gaza. Kemudian, terjadilah demonstrasi secara besar-besaran, di Tepi Barat misalnya ratusan orang ditembak karena melakukan demonstrasi di wilayah tersebut. 

Israel saat itu, berdalih bahwa penembakan itu dilakukan agar ingin menghentikan pengaruh Hamas yang ingin merebut kembali Yerusalem pasca pengakuan kedaulatan oleh Trump sedangkan, Hamas menyangkalnya dan mengatakan bahwa tindakan Amerika dan Israel adalah sebagai bentuk dari aneksasi illegal.

Ironinya, setelah kebijakan itu diberlakukan Benjamin Netanyahu (Bibi panggilan akrabnya) membuat pemukiman Yahudi di Daratan Tinggi Golan dengan mengubah nama menjadi Daratan Tinggi Trump sebagai bentuk ucapan terimakasih pada Trump atas pengakuan Yerusalem menjadi ibu kota negaranya. 

Setidaknya ada beberapa negara yang memindahkan kedubesnya ke Yerusalem dianaranya AS, Australia, Guatemala, Paraguay, Brazil, Honduras, Ceko, Moldova, hingga Serbia sebagai negara pertama di Eropa yang akan berencana untuk memindahkan kantor kedubesnya ke Yerusalem tahun 2021 yang akan datang.

Unjuk rasa terkait dengan kebijakan Trump dalam memindahkan kedutaan besarnya di Yerusalem terus dilakukan di berbagai baik negara Arab maupun negara Mayoritas Muslim lainnya tak ketercuali di Indonesia yang mengadakan aksi 212 sembari menolak dengan tegas tindakan yang dilakukan oleh Trump atas pengakuan wilayah Yerusalem.

Aksi 212 kemudian bahkan diliput secara langsung saat itu oleh media Aljazeera dan tentunya mendapatkan sambutan positif bagi Masyarakat Palestina. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun