Mohon tunggu...
Samintang
Samintang Mohon Tunggu... Penulis - Try to be useful person for many people. Get success and don't forget to succeed others.

Accounting Department Unhas '19 | Coordinator of Edutainment Division SCI | SGDs Enthusiast

Selanjutnya

Tutup

Entrepreneur

Transformasi Ekonomi Sirkular Berbasis Agroindustri Kelapa Terpadu Zero Waste (6F = Food, Feed, Fiber, Fuel, Farmacy, Finance) di Sulawesi Tenggara

4 Agustus 2022   17:25 Diperbarui: 4 Agustus 2022   20:53 897
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Manajemen Agroindustri - Bioenergi Kelapa Terpadu/dokpri

Oleh karena itu, diperlukan upaya untuk mendayagunakan potensi kelapa Sulawesi Tenggara sebagai penggerak utama (main mover) dalam mendorong terbentuknya sentra ekonomi baru yang dirancang melalui peta jalan agroindustri kelapa terpadu dengan perspektif baru Factor Fn dalam meningkatkan bargaining power kelapa menjadi bahan baku pangan (food), pakan (feed), papan (fiber), bahan bakar (fuel), bahan industri farmasi (farmacy), dan didukung oleh akses keuangan (finance). Sistem yang terintegrasi antara inclusive responsible agribusiness linkaged and renewable clean energy diharapkan mampu meningkatkan nilai jual dan diversifikasi produk di Kabupaten Kolaka Timur sebagai “kota satelit” yang mendorong perekonomian rakyat berbasis agribisnis dan bio-energi terbarukan, membuka kesempatan kerja, mendorong partisipasi aktif generasi muda dalam bertani, mengurangi limbah kelapa dan pencemaran udara dari proses gasifikasi, meningkatkan produktivitas dan kesejahteraan petani kelapa khususnya smallholders (young farmers, tenant farmers, dan landowners) di desa-desa penghasil kelapa di Sulawesi Tenggara.

Ekonomi sirkular (sircular economy) adalah model yang berupaya memperpanjang siklus hidup dari suatu produk, bahan baku, dan sumber daya yang ada agar dapat dipakai selama mungkin. Prinsip dari ekonomi sirkular mencakup pengurangan limbah dan polusi, menjaga produk dan material terpakai selama mungkin, dan meregenerasi sistem alam (Ellen Macarthur Foundation dalam LCDI 2021). Ekonomi sirkular merupakan pendekatan sistem ekonomi melingkar dengan memaksimalkan kegunaan dan nilai bahan mentah, komponen, serta produk, sehingga mampu mereduksi jumlah bahan sisa yang tidak digunakan dan dibuang ke tempat pembuangan akhir (Bappenas, 2021).  Di Denmark, transisi ke Ekonomi Sirkular diperkirakan akan meningkatkan PDB lebih dari 7 miliar USD, meningkatkan ekspor bersih 3-6% dan mengurangi emisi CO2 sebesar 3-7% (Duta Besar Denmark di Indonesia, Lars Bo Larsen, 2021).

Kredit Karbon adalah izin yang dapat diperdagangkan yang memungkinkan perusahaan mengeluarkan sejumlah karbon dioksida atau gas rumah kaca yang setara. Perusahaan yang melakukan pencemaran diberi kredit yang memungkinkan mereka untuk mencemari sampai batas tertentu, tetapi batas tersebut akan dikurangi secara berkala. Satu kredit mengizinkan emisi massa yang setara dengan satu ton karbon dioksida.Tujuan utama adanya carbon credit adalah untuk mengurangi emisi gas rumah kaca serta emisi karbondioksida yang berasal dari kegiatan industri (World Economic Forum, 2020). Indonesia telah meratifikasi Persetujuan Paris melalui UU No. 16/2016 dan menyampaikan proposalnya dalam bentuk NDC (Nationally Determined Contribution) dengan target Indonesia adalah pengurangan emisi di tahun 2030 sebesar 29% dengan usaha sendiri dan 41% apabila ada bantuan asing, dengan basis tahun yang diproyeksikan adalah 2010 (Pengantar Pasar Karbon Untuk Perubahan Iklim, 2018).

Kelapa adalah salah satu komoditas yang seluruh bagiannya berguna dan kerapkali disebut sebagai “pohon kehidupan”. Luas areal perkebunan kelapa di Indonesia sangat potensial yang diperkirakan lebih dari 3,81 juta hektar dengan 98,16% milik petani kecil, sektor swasta memegang 1,69% dan pemerintah memegang 0,14% (CKC A True Coconut Story, 2018). Kelapa dalam kaitannya sebagai usaha berbasis rumahan, UMKM, maupun big brands memiliki beragam manfaat dan side effects. Kelapa bermanfaat bagi metabolisme, meningkatkan energi tubuh, kesehatan tulang, detoksifikasi, dan kesehatan jantung (Adriane Marie dalam Heal Abel, 2022).

Dari segi ekonomi, Indonesia merupakan eksportir terbesar untuk produk kelapa dan turunannya di dunia namun ekspor produk kelapa Indonesia saat ini masih didominasi ekspor kelapa segar. Sehingga para pelaku usaha diharapkan mulai meningkatkan ekspor produk yang bernilai tambah sebagai upaya untuk menjaga plasma nutfah Indonesia. Namun, sisi lain dari industri kelapa adalah dampak terhadap lingkungan hidup. Kelapa tergolong sebagai komoditas yang berstatus moderate water footprint dan moderate carbon footprint. Dibutuhkan 2.687 liter air untuk menghasilkan 1 kilogram buah kelapa. 322 galon air untuk menghasilkan 1 pon kelapa, jejak air yang relatif moderat (Water Footprints of Food List, 2022). Selain itu, dibutuhkan 2,1 kg CO2e untuk menghasilkan 1 kilogram atau 2,2 pon kelapa, sebuah mobil mengemudi setara dengan 5 mil atau 8 kilometer (Carbon Footprints of Food List, 2022). Oleh karena itu, kelapa tergolong moderately sustainable khususnya pada sektor yang masih menggunakan menggunakan metode konvensional dan pupuk kimia yang tidak proporsional.

Industri pengolahan kelapa memiliki keterkaitan yang dapat menimbulkan multiplier effect yang cukup besar bagi pembangunan industri pangan, farmasi dan kosmetik di Sulawesi Tenggara di mana formulasi yang berbasis bahan alam dan pasar ekonomi sirkular mencapai 4.5 triliun USD (World Economic Forum, 2021) telah menjadi trend dunia saat ini. Hal ini mencakup keterkaitan ke depan (forward linkage) dengan kegiatan budidaya kelapa yang masih didominasi oleh perkebunan rakyat serta keterkaitan ke belakang (backward linkage) dengan industri penyediaan sarana dan prasarana alat industri, industri pangan, farmasi dan kosmetik, pengemasan, transportasi, serta lainnya. Analisis ini mengunakan pendekatan deskriptif kualitatif dengan menguraikan potensi kelapa yang akan menjadi sumber utama bahan baku industri kelapa terpadu berbasis agribisnis dan energi terbarukan. Untuk mengetahui potensi bahan baku tersebut maka yang dianalisis adalah sistem kelapa terpadu yang memadukan penerapan inclusive responsible agribusiness linkaged and renewable clean energy.

Berbagai uraian tersebut di atas, telah menjadi latar belakang adanya usulan Program Agroindustri Kelapa Terpadu Zero Waste menjadi sangat penting dilakukan, mengingat saat ini kelapa sangat diperlukan untuk keperluan pangan, farmasi dan kosmetik sehingga menghasilkan nilai tambah yang lebih besar. Pada usulan ini digunakan data primer dan sekunder yang dikumpulkan melalui studi literatur pada daerah industri kelapa terpadu (di antaranya Kabupaten Kolaka Timur, Kabupaten Konawe Kepulauan, Kabupaten Konawe Selatan, dan Kabupaten Muna Barat).

Usulan Lokasi Agroindustri Kelapa Terpadu

Kabupaten Kolaka Timur berpotensi sebagai daerah pengembangan agroindustri dan sebagian besar kelapa berada pada umur produktif, yaitu rata-rata berumur di atas 10 tahun dan kurang dari 35 tahun (Herdhiansyah et.al, 2022). Program ini akan berlokasi pada lima kecamatan yaitu Kecamatan Aere, Ladongi, Lambandia, Loea, dan Poli-Polia, Kabupaten Kolaka Timur, Sulawesi Tenggara.

Regulasi & Integrasi Dua Sistem (Agribisnis dan Energi Baru Terbarukan)

Selain mengolah kelapa menjadi produk yang mempunyai nilai tambah tinggi, agroindustri juga menghasilkan nilai tambah terhadap limbah yang dihasilkan dengan cara memprosesnya menjadi energi baru terbarukan (new and renewable energy). Integrasi ini harapannya dapat mendukung pemerintah Kabupaten Kolaka Timur dalam mencapai 30% pengurangan sampah khususnya limbah organik agroindustri dengan pendekatan daur ulang (recycling) sampai dengan tahun 2025. Target pengurangan tersebut diatur dalam Peraturan Daerah Pengelolaan Sampah (Jakstrada) serta Kebijakan Strategis Nasional Pengelolaan Sampah (Jakstranas). Peraturan tersebut tertuang dalam Peraturan Presiden Nomor 97 Tahun 2017 Tentang Kebijakan Strategis Nasional Pengelolaan Sampah. Selain itu, di dalam dokumen NDC, pengurangan target emisi gas rumah kaca untuk sektor pertanian sebesar 0,32%. Adapun produk bio-energi (biomassa dan biochar) yang prospektif di antaranya: Briket arang (coconut shell charcoal briquettes), asap cair non-pangan, arang batok kelapa, pembakaran (sisha, carbon active, pembangkit listrik), biocoal, bio fuel, bio lubricants, dan bioavtur.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Entrepreneur Selengkapnya
Lihat Entrepreneur Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun