Pak Guru Haruki : "Tapi Queen mengapa kaum lalat tak pernah mendekati bunga namun selalu mencari sampah"
Queen Of The Flies : "Kami di sini hanya mejalankan perintah atasan seperti manusia kami juga mendapat tugas khusus. Coba kalau kalian manusia yang ditugsakan menjadi pengelola sampah di mana kalian akan bekerja? Di taman? Enggak bukan. Lalu kalau kalian adalah office boy apa kalian akan menhadapi computer untuk bereja tentu tidak bukan. Karen target yang dibebankan pada kalian adalah menjaga kebersihan dan kenyamanan tempat bekerja. Demikian juga kami kau lalat."
Pak Guru Haruki: " Sebenarnya tugas kalian kau lalat apa?"
Queen Of The Flies : "yang utama adalah mempercepat proses biodegradasi makhluk hidup terutama hewan, hingga manusia terbebas dari polusi baik udara maupun tanah. Yang kedua adalah sebagai tanda. Tanda pertama jika kalian melihat lalat berkerumun maka tempat itu perlu seger dibersihkan. Tanda kedua ini akibat kebiasaan manusia menggunakan bahan kimia buat mengawetkan makanan. Kalau kalian. Misalnya di pasar traditional saat kalian mau membeli ikan asin perhatikan dan belilah yang banyak lalatnya karena lalatsanga sensitive dengan bahan kimia.
Pak Guru Haruki : Â "Terima kasih queen telah sudi membagi informasi kepada kami kau manusia. Pertanyaan Terakhir. Apakah ada pesan terakhir?"
Queen Of The Flies : "Hei manusia siapapun anda, apapun pangkat dan jabatan anda, pesan saya Queen Of The Flies  sang ratu kaum lalat jangan pernah membandingkan dua makhluk yang berbeda. Kami kaum lalat mendapat tugas yang berbeda dari kaum lebah. Kami selalu mencari sampah bukan berarti Kami tidak tahu dengan indanya bunga tapi Kami menjalankan tugas dari tuan Kami. Selain itu jika kami bekerja di kelopak bunga maka semua pihak akan rugi termasuk kalian kaum manusia Karena zat yang ada dalam tubuh kami merupakan katalis degradasi yang akan membuat bunga gagal menjadi putik apalagi masak."
Semua yang hadir bengong tak percaya dengan yang mereka dengar.
     "Nah itulah hasil wawancara saya dengan Queen Of The Flies " tutup Pak Guru Haruki
Tiba-tiba seorang balita maju kedepan lalu ia menepuk tangan  Pak Guru Haruki.
     "Paman...Paman... Apakah lalat bisa bicara?"
     Pak Guru Haruki diam lalu menggeleng.