Kuliah adalah pilihan, kuliah tidak wajib dan orang yang kuliah pun bahkan belum tentu akan meraih kesuksesan baik secara akademik maupun non akademik!
Lalu mengapa kita harus kuliah? bisa dibilang kuliah itu proses mendewasakan diri dari yang tidak bersikap akademis menjadi bersikap lebih akademis.Â
Sebagai contoh, anda akan berfikir ulang untuk berdebat dengan orang yang sengaja menjatuhkan anda atau perdebatan yang tidak didasari dengan teori dan pendekatan yang logis, mengapa anda akan menghindari perdebatan tersebut?Â
Karena anda telah berfikir, menganalisis dan menarik sebuah kesimpulan bahwa perdebatan itu akan sia-sia. Anda akan dapat berfikir taktis dan sistematis seperti diatas hanya jika anda mengalami suatu proses yang dinamakan kuliah.
Selanjutnya kita akan membahas mengapa para mahasiswa dikelas harus lebih waspada dengan para mahasiswi?
Berdasarkan pengalaman saya membangun interaksi pembelajaran didalam kelas, para wanita akan cenderung lebih konsisten dalam menjaga konsentrasinya.Â
Artinya bahwa para mahasiswi lebih bisa menjaga fokus dan mental selama proses pembelajaran dikelas dibandingkan dengan para pria. Hal tersebut ternyata berdampak terhadap proses penilaian dimana ketika dilakukan ujian tertulis seperti kuis, tugas kelompok, ujian tengah semester dan akhir semester, dari hasil penilaian akademik menunjukan bahwa para mahasiswi lebih unggul dibandingkan para mahasiswa.
Secara teori, pria cenderung memiliki ukuran otak yang lebih besar jika dibandingkan wanita. Perbedaan ukuran tersebut mencapai 8% hingga 13%.Â
Para peneliti berkesimpulan bahwa hal tersebut berpengaruh terhadap kecerdasan, perilaku dan karakter seseorang. Sampai disini para pria masih tersenyum karena lebih mendominasi kecerdasan dibandingkan kaum wanita.Â
Lalu mengapa nilai para mahasiswa di kelas lebih rendah jika dibandingkan para mahasiswi?
Ternyata ada beberapa faktor yang menyebabkan ukuran otak manusia tidak menjamin bahwa seseorang akan berkembang lebih cerdas. Didalam otak sendiri terdapat sebuah bagian yang dikenal dengan materi abu-abu.Â
Materi abu-abu dalam otak diketahui memainkan peran penting dalam memori, perhatian, kesadaran persepsi, pikiran, bahasa dan alam sadar manusia. Inilah yang menyebabkan mengapa materi abu-abu dikaitkan dengan kecerdasan seseorang, bukan ukuran dan volume otak.
Faktor lain yang mempengaruhi adalah memori emosional, diketahui bahwa memori emosional wanita cenderung lebih besar dibanding para pria. Kondisi ini menyebabkan kemampuan daya ingat yang lebih tinggi para wanita dibanding para pria.Â
Dalam proses perkuliahan, terkadang membutuhkan kemampuan daya ingat yang tinggi dalam melakukan beberapa tes kemampuan akademik pada kegiatan ujian, jika diasah dengan baik, maka para mahasiswi tentu dapat dikatakan lebih unggul dibanding para mahasiswa.
Kebanyakan orang menilai bahwa perkembangan otak akan terhenti pada usia 18 tahun, faktanya otak justru mengalami pertumbuhan yang pesar dimasa ini.Â
Bagian mielin pada otak yang sudah ada sejak bayi dilahirkan berkembang memiliki rangkaian yang lebih kompleks pada masa ini. Bagian terdepan otak (korteks prefrontal) juga mulai berkembang pada masa ini. Korteks prefrontal berperan dalam fungsi kognitif, termasuk perencanaan dan pembuatan keputusan.Â
Jika perkembangan otak pada masa ini didukung dengan baik, maka tidak tertutup kemungkinan kecerdasan seseorang bisa jauh meningkat meskipun memiliki perbedaan ukuran dan volume.
Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Dr. Margriet van Hek, ada kesenjangan antara minat baca anak laki-laki dan perempuan. Anak perempuan lebih suka membaca untuk belajar sedangkan anak laki-laki membaca hanya untuk kesenangannya saja.Â
Lalu, menurut hasil penelitian yang telah dilakukan The Organization for Economic Co-operation and Development, anak laki-laki cenderung menghabiskan waktu lebih sedikit untuk mengerjakan pekerjaan rumah dan lebih sering terlambat masuk kelas. Hal inilah yang membuat beberapa peneliti menganggap anak perempuan lebih cerdas dari anak laki-laki.
Dari uraian yang telah dijelaskan diatas, ternyata ukuran otak tidak menjamin seseorang akan menjadi lebih pintar dibanding yang lain!
Pada kasus kondisi kemampuan akademik mahasiswa dan mahasiswi disuatu kelas, kemampuan dan kecerdasan sangat dipengaruhi oleh perkembangan otak seseorang.Â
Jika seseorang terbiasa dengan rutinitas monoton dan tidak memiliki tantangan sepanjang hidupnya, maka perkembangan otak akan melambat yang kemungkinan akan membuat seseorang tidak dapat menggunakan fungsi otaknya dengan maksimal.Â
Sebaliknya, jika seseorang cenderung melatih kemampuan otaknya dengan membaca, berdiskusi, memetakan hal-hal baru yang ditemuinya serta memiliki kemampuan adaptasi yang tinggi terhadap masalah dan tantangan, maka secara tidak langsung ia sedang melatih perkembangan otaknya agar terus tumbuh sempurna.
Sampai disini kita sudah mulai faham mengapa para mahasiswa cenderung lebih lemah secara akademik dibandingkan para mahasiswi meskipun para pria memiliki ukuran otak yang lebih besar.Â
Sebesar apapun volume otak yang kita miliki, jika tidak dilatih dengan baik maka kemampuan otak tidak akan berkembang dengan sendirinya. Semoga artikel ini dapat memberikan wawasan dan pemahaman baru bagi kita semua. Terimakasih.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H