Pertama, proses penanganan kasus yang menimpa LHI mantan presiden PKS, lain dari biasanya. dan ini menimbulkan pertanyaan dalam diri saya, jika berada dalam negara yang sama, menggunakan undang-undang yan sama serta penegaknya sama, mengapa harus perbedaan dalam menangani kasus hanya karena subjek yang dikenai sangkaan berbeda?
Kedua, berbagai pemberitaan yang membongkar "kebusukan" PKS, cenderung bersifat menjatuhkan. pokoknya harus jatuh-begitu kesannya-. Dan penggunaan data serta nara sumber yang menurut saya tidak relevan dengan kasus yang terjadi.
ketiga, berbagai analisis dan penjelasan para analis yang banyak berkembang dimedia sosial terkait kebenaran metode, kebenaran proses yang dituntunkan oleh peraturan atau undang-undang yang berlaku dinegeri ini, menganai peristiwa yang berkembang. Atau saya menyebutnya langkah-langkah wajar, justru seringkali bertentangan dengan apa yang digunakan oleh para pembongkar "kebusukan" PKS. Jadi yang mana yang wajar sesungguhnya? bagi saya dianggap wajar jika sesuai dengan aturan atau undang-undagn atau nilai yang berkembang dinegeri ini.
Keempat, bagaiman cara elit PKS dalam menagani konflik, dan cara pandang mereka terhadap kasus yang dihadapi. Benar-benar mematahkan teori-teori politik para pengamat. Pengamat bilang A, eh.. yang dilakukan PKS justru B.
Dan kelima, ini PKS dihantam badai. tapi kok kader-kadernya makin solid saja. bahkan dua kemenangan sebelumnya di Jabar dan Sumatera Utara membuat saya merasa aneh bin bingung.
Tapi keanehan dan kebingungan akhirnya sirna menjadi sebuah keyakinan, bahwa betapapun PKS digoyang oleh konspirasi atau kekuatan sebesar apapun, selama tujuan asasinya tidak berubah, maka selama itu pula PKS akan hidup ditengah-tengah masyarakat Indonesia, memperjuangkan hak-hak rakyat, menjaga keutuhan bangsa, mewujudkan good goverment yang bebas praktik penyalahgunaan wewenang. Dan yang paling penting adalah semua itu dalam rangka ibadah kepada Allah SWT.
Akan selalu ada orang yang tertarik menjadikan kebenaran sebagai prinsip hidupnya, dan kebenaran itu dia temui di PKS.
Bukan berarti karena benar maka PKS adalah sekumpulan orang suci yang tanpa dosa. Sadar karena PKS adalah sekumpulan manusia yang bisa salah dan khilaf, maka para kadernya justru semakin giat untuk semakin memantapkan diri, saling menguatkan dan saling menasihati. Bahu membahu dalam kebaikan dan mencegah jika terjadi kemunkaran. cenderung abai terhadap pembalasan dendam, dan terdepan dalam memaafkan kesalahan.Tidak pula menjadikan sombong nikmat yang dianugerahkan, namun semakin sabar bila didera ujian.
Semuanya bak sapu lidi. Tak satupun sebuah lidi yang merasa paling kuat, karena kekuata itu adalah efek dari besatunya hati dan bersatunya tindakan. mereka paham betul filosofi itu, bersatu kita teguh, sehingga tak ada jalan untuk bercerai lagi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H