Mohon tunggu...
Ramadhan (kang Adhan)
Ramadhan (kang Adhan) Mohon Tunggu... -

Pembelajar, berkawan dengan siapa saja. suka futsal & badminton. tentang hidup, "perbaikan adalah sebuah proses panjang" yang saya sebut belajar.

Selanjutnya

Tutup

Politik

PKS Dimata Saya

13 Maret 2013   16:35 Diperbarui: 24 Juni 2015   16:50 856
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Soal PKS, saya tidak tahan untuk tidak mencurahkan perasaan tentangnya. Bermula dari dihantamna PKS oleh badai -meminjam istilah Anis Mata- konspirasi yang mengena telak ke presidennya langsung Lutfi Hasan Ishaq. Saya hampir selalu mengikuti perkembangan yang ada di media. terutama opini yang berkembang bebas di Kompasiana. dan informasi yang saya dapatkan di PKS Piyungan, sebagai 400-an website politik terakses terbanyak di Indonesia versi alexa rank.

Ditambah rasa kagum saya karena partai ini menejadi tranding topik di dunia maya terutama sosmed diKompasiana terbanyak, terakhir saya buka 355.000 postingan. Wow!. di ikuti demokrat  sebanyak 107.000 postingan lalu disusul golkar 34.800 postingan.

Tentu saja postingan terkait PKS itu sangat beragam, setidaknya mereka semua terbagi menjadi tiga golongan. golongan pertama adalah golongan yang kontra terhadap PKS, bahkan hingga taraf menjelek-jelekkan PKS. Yang kedua adalah golongan yang lebih cenderung untuk mengamati perkembangan.

Dan yang ketiga adalah golongan yang secara aktif mendukung PKS dan memberi ruang untuk menjelaskan sosok PKS yang sebenarnya, baik melalui kronologi peristiwa maupun pengalaman yang dirasakan selama berinteraksi dengan PKS.

Saya bukan orang yang mengetahui detil tentang PKS, saya mengenalnya lewat kegiatan-kegiatannya. baik kegiatan pembinaan maupun kegiatan sosial yang dilakukan oleh PKS. selain itu saya dapatkan melalui media, baik berita TV maupun sosial media. Dan itu bukan dalam waktu yang lama hanya tiga tahun terakhir ini.

Bagi saya, selama berinteraksi dengan PKS ini saya mendapat suntikan pembaharuan keperibadian yang sangat radikal. Saya katakan radikal tidak mengarah pada Islam garis keras yang selama ini dipahami. Tetapi  perubahan kepribadian kontras antara kehidupan saya saat sebelum berinteraksi dengan PKS dan sesudah berinteraksi dengannya.

Dari pehaman yang eksklusif  dan cenderung mengannggap cara pandang saya terhadap Islam yang paling benar kala itu, menjadi pribadi yang memami Islam lebih utuh, universal, dan moderat, dan lebih menghargai golongan lain, dalam rangka memperkuat bangunan Islam melalui cara-cara atau gerakan yang berbeda.

Dan ketika badai -meminjam istilah Anis Mata- konspirasi besar melanda PKS, saya secara tidak sadar turut terkena kebimbangan dan keraguan. Apakah betul, nilai-nilai yang diajarkan selama berinteraksi dengan PKS benar-benar ditegakkan dilingkungan PKS bahkan dikalangan elitnya? dalah hati saya kembali bertanya-tanya tentang afiliasi saya terhadap PKS.

Dalam masa ini, saya cenderung untuk tidak tergesa-gesa dalam mengambil sikap. Hal ini rupanya terjadi pula pada beberapa kawan saya. ada pertanyaan-pertanyaan yang mencuat mengkonfrontasi eksistensi PKS sebagai sebuah partai dakwah.

Saya mengikuti perkembanga media, terutama opini yang berkembang di sosial media (saya cenderung enggan untuk mengikuti berita dari televisi, karena alasan tersendiri), terutama pendapat para analis dan opini yang berkembang di Kompasiana, lalu  memadukannya dengan informasi awal terkait PKS yang saya dapatkan selama berinteraksi dengan PKS dan nilai kebenaran yang saya yakini.

Ya... Saya yakin, memang ada konspirasi untuk menjatuhkan PKS. Keyakinan saya ini menciptaka kekaguman pada PKS ini.  setidaknya ada beberapa hal yang menumbuhkan keyakinan saya itu.

Pertama, proses penanganan kasus yang menimpa LHI mantan presiden PKS, lain dari biasanya. dan ini menimbulkan pertanyaan dalam diri saya, jika berada dalam negara yang sama, menggunakan undang-undang yan sama serta penegaknya sama, mengapa harus perbedaan dalam menangani kasus hanya karena subjek yang dikenai sangkaan berbeda?

Kedua, berbagai pemberitaan yang membongkar "kebusukan" PKS, cenderung bersifat menjatuhkan. pokoknya harus jatuh-begitu kesannya-. Dan penggunaan data serta nara sumber yang menurut saya tidak relevan dengan kasus yang terjadi.

ketiga, berbagai analisis dan penjelasan para analis yang banyak berkembang dimedia sosial terkait kebenaran metode, kebenaran proses yang dituntunkan oleh peraturan atau undang-undang yang berlaku dinegeri ini, menganai peristiwa yang berkembang. Atau saya menyebutnya langkah-langkah wajar, justru seringkali bertentangan dengan apa yang digunakan oleh para pembongkar "kebusukan" PKS. Jadi yang mana yang wajar sesungguhnya? bagi saya dianggap wajar jika sesuai dengan aturan atau undang-undagn atau nilai yang berkembang dinegeri ini.

Keempat, bagaiman cara elit PKS dalam menagani konflik, dan cara pandang mereka terhadap kasus yang dihadapi. Benar-benar mematahkan teori-teori politik para pengamat. Pengamat bilang A, eh.. yang dilakukan PKS justru B.

Dan kelima, ini PKS dihantam badai. tapi kok kader-kadernya makin solid saja. bahkan dua kemenangan sebelumnya di Jabar dan Sumatera Utara membuat saya merasa aneh bin bingung.

Tapi keanehan dan kebingungan akhirnya sirna menjadi sebuah keyakinan, bahwa betapapun PKS digoyang oleh konspirasi atau kekuatan sebesar apapun, selama tujuan asasinya tidak berubah, maka selama itu pula PKS akan hidup ditengah-tengah masyarakat Indonesia, memperjuangkan hak-hak rakyat, menjaga keutuhan bangsa, mewujudkan good goverment yang bebas praktik penyalahgunaan wewenang. Dan yang paling penting adalah semua itu dalam rangka ibadah kepada Allah SWT.

Akan selalu ada orang yang tertarik menjadikan kebenaran sebagai prinsip hidupnya, dan kebenaran itu dia temui di PKS.

Bukan berarti karena benar maka PKS adalah sekumpulan orang suci yang tanpa dosa. Sadar karena PKS adalah sekumpulan manusia yang bisa salah dan khilaf, maka para kadernya justru semakin giat untuk semakin memantapkan diri, saling menguatkan dan saling menasihati. Bahu membahu dalam kebaikan dan mencegah jika terjadi kemunkaran. cenderung abai terhadap pembalasan dendam, dan terdepan dalam memaafkan kesalahan.Tidak pula menjadikan sombong nikmat yang dianugerahkan, namun semakin sabar bila didera ujian.

Semuanya bak sapu lidi. Tak satupun sebuah lidi yang merasa paling kuat, karena kekuata itu adalah efek dari besatunya hati dan bersatunya tindakan. mereka paham betul filosofi itu, bersatu kita teguh, sehingga tak ada jalan untuk bercerai lagi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun