Mohon tunggu...
Samsul Maarif
Samsul Maarif Mohon Tunggu... Lainnya - Peneliti Sosial-Budaya

Sharing pengetahuan serta pengalaman dalam tema-tema sosial, budaya, serta lingkungan.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Orang Sosial di Proyek Pertambangan: Apa Saja Kontribusi yang Bisa Diberikan?

23 Oktober 2024   10:51 Diperbarui: 29 Oktober 2024   16:38 110
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Industri pertambangan selama ini biasanya identik dengan ilmu-ilmu eksakta seperti misalnya ilmu geologi, ilmu tentang tanah, dan ilmu tentang jenis-jenis mineral yang terkandung di perut bumi. Tetapi tahukah kalian bahwa sebuah industri pertambangan juga membutuhkan tenaga-tenaga lulusan ilmu sosial dalam rangka mendukung operasional mereka? Tulisan ini akan mencoba membagikan pengetahuan dan pengalaman saya sebagai konsultan di bidang sosial bekerja di proyek pertambangan. 

Awal mula keterlibatan

Sampai tulisan ini dibuat, paling tidak saya sudah memiliki pengalaman terlibat dalam tiga kegiatan yang bersentuhan dengan proyek pertambangan dalam kapasitas sebagai tenaga riset di bidang sosial. Pengalaman pertama di sebuah lokasi tambang batubara di Kalimantan. Dua lainnya di site tambang di wilayah timur Indonesia. 

Awal mula keterlebitan saya tidak terlepas dari ajakan seorang senior yang sudah terlebih dahulu bekerja dalam riset-riset tambang. Sama seperti saya, senior saya tersebut bekerja secara lepas atau freelance untuk beberapa konsultan yang memerlukan seorang peneliti di bidang sosial. Beliau juga sekaligus merupakan senior saya di jurusan Antropologi sewaktu kami kuliah di Depok awal tahun 2000-an.

Pada medio 2018, senior saya tersebut berencana melakukan sebuah riset sosial untuk sebuah perusahaan tambang Batubara yang berlokasi di Kalimantan. Beliau kemudian menghubungi saya untuk menanyakan beberapa hal terkait dengan karakteristik sosial-ekonomi-budaya desa-desa di lokasi tersebut. Secara kebetulan, pada tahun 2015 saya memang pernah mengerjakan riset sosial di sebuah desa tidak jauh dari lokasi proyek yang akan didatangi senior saya tersebut. Waktu itu kegiatan saya di sana dibiayai oleh sebuah organisasi lingkungan.

Setelah cukup lama tidak saling kontak, pada awal tahun 2023 senior saya tersebut kembali menghubungi saya. Kali ini meminta saya untuk secara langsung membantu kegiatan studi dampak sosial yang akan dilakukan di desa-desa sekitar areal operasional tambang Batubara di lokasi yang masih sama. Perusahaan tambang batu bara itu mulai beroperasi di tahun 2019. Mereka berencana melakukan Stakeholder Engagement bertepatan dengan lima tahun operasional di tahun 2023.      

Pada saat itulah saya berkesempatan mengunjungi hampir 20 desa di sekitar lokasi tambang, bertemu secara langsung dengan stakeholder yang ada di sana untuk mendengarkan persepsi, dampak positif maupun negatif yang mereka rasakan akibat hadirnya tambang, serta harapan-harapan mereka ke depannya seperti apa. Pengalaman pertama tersebut memberi sebuah kesan bagi saya, bersentuhan dengan masyarakat di sekitar site tambang memiliki tantangan yang lumayan besar. Tantangan ini nanti akan saya bahas sebagai bagian dari tulisan.

Pengalaman kedua dan ketiga, saya berkesempatan mengerjakan Studi Sosial Dasar atau Social Baseline Study dan melakukan Studi Kelayakan Lingkungan dan Sosial atau Environmental and Social Due Diligence/ESDD. Keduanya berlokasi di site tambang yang berbeda yang berlokasi di wilayah Indonesia timur.

Ketiga pengalaman di atas memberi gambaran bagi saya tentang aspek apa saja yang didalami dalam sebuah riset sosial di lokasi site tambang. Selain itu juga saya mendapat gambaran tentang tantangan-tantangan apa saja yang dihadapi saat melakukan sebuah riset pada masyarakat di sekitar lokasi proyek pertambangan.           

Dalam tulisan kali ini, saya mencoba untuk membagikan pengetahuan dan pengalaman-pengalaman tersebut, yakni mengenai dinamika riset bertemakan sosial di site pertambangan berdasarkan tiga pengalaman yang sudah saya ceritakan di atas. Saya juga akan berbagi apa saja tantangan yang dihadapi, serta strategi dan pendekatan yang bisa dilakukan saat menjalankan riset sosial pada masyarakat di sekitar lokasi atau site pertambangan.

Apa tujuan riset sosial?

Mengapa sebuah proyek pertambangan memerlukan riset sosial? Mungkin akan muncul pertanyaan dari pembaca, mengapa sebuah proyek pertambangan memerlukan riset-riset yang berkaitan dengan tema-tema sosial? Apa saja manfaat yang diperoleh oleh sebuah perusahaan pertambangan dengan dilakukannya riset-riset sosial? Kemudian hasil riset tersebut digunakan untuk apa saja?

Apa saja manfaat dan tujuan dari hasil kajian sosial di lokasi sekitar pertambangan memerlukan jawaban yang kompleks. Demikian juga mengapa sebuah proyek pertambangan memerlukan hasil kajian dari riset sosial. Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaa ini perlu pengetahuan yang konprehensif dan sumber literatur yang juga memadai. Saya akan coba menjawabnya sebatas pengatahuan dan pengalaman yang saya miliki saat ini.

Salah satu tujuan perusahaan pertambangan memerlukan kajian-kajian dalam aspek sosial masyarakat sekitar wilayah operasional mereka adalah untuk memenuhi berbagai standar dan regulasi yang ditetapkan baik di dalam negeri maupun internasional. Standar-standar ini mencakup aspek yang luas seperti lingkungan, tenaga kerja, HAM, dan seterusnya. Regulasi-regulasi yang ada juga salah satunya mengatur tentang pemenuhan hak-hak masyarakat lokal yang secara langsung berpotensi terkena dampak dari adanya opersional perusahaan. 

Selain untuk memenuhi standar dan regulasi-regulasi tadi, riset-riset sosial terhadap masyarakat di sekitar lokasi pertambangan diperlukan bagi perusahaan sebagai landasan untuk merancang strategi komunikasi dan perencanaan program-program yang akan diimplementasikan di tingkat masyarakat. Studi dasar atau baseline study yang memberikan gambaran mengenai kondisi sosial-ekonomi penduduk, budaya, tantangan yang dihadapi serta potensi-potensi yang dimiliki masyarakat itu sendiri ke depannya bisa menjadi acuan yang sangat berguna bagi kebijakan dan program yang akan dilaksanakan kemudian hari. 

Jenis-jenis riset sosial

Beberapa jenis riset sosial yang dilakukan oleh perusahaan pertambangan di antaranya riset sosial dasar atau Social Baseline Study, Studi Kelayakan Lingkungan dan Sosial/Environment and Social Due Diligence (ESDD), Studi Dampak Lingkungan dan Sosial/Environment and Social Impact Assessment (ESIA).

Ada juga riset sosial yang hanya fokus pada satu aspek misalnya riset pemetaan stakeholder (Stakeholder Mapping/Stakeholder Engagement), riset-riset tematik atau khusus seperti riset tentang masyarakat adat (Indigenous People) dan peninggalan-penggalan budaya (Cultural Herritage), dan seterusnya sesuai dengan konteks lokasi dan kebutuhan perusahaan tambang itu sendiri.

Sebagai catatan, riset-riset dengan tema sosial ada yang berdiri sendiri alias tidak dijalankan bersamaan dengan riset bertemakan lingkungan (environment), tetapi ada juga yang dilakukan berbarengan dengan riset-riset lingkungan. Riset yang secara khusus merupakan sebuah riset sosial misalnya Riset Sosial Dasar atau Social Baseline Study.  Dalam riset tersebut tim riset, metode, format laporan, dan sebagainya memang dikhususkan dengan tujuan untuk melakukan riset sosial.

Berbeda halnya dengan Social Baseline Study yang kegiatannya hanya fokus riset sosial, pada riset-riset lainnya seperti ESDD dan ESIA kegitan riset yang dilakukan tidak hanya fokus pada aspek sosial tetapi dilakukan berbarengan dengan aspek-aspek lingkungan/environment. Laporan riset yang dihasilkan terdiri dari banyak bab atau chapter, terdiri dari bab mengenai lingkungan dan bab tentang tema sosial. Oleh karena itu tim kerja biasanya terdiri dari orang sosial dan orang lingkungan.             

Aspek-aspek yang didalami dalam riset sosial

Aspek-aspek yang didalami dalam sebuah riset sosial di desa-desa sekitar lokasi pertambangan berbeda dari riset yang satu dengan riset lainnya. Aspek-aspek mana saja yang perlu dikaji tergantung dari kebutuhan dan tergantung juga pada jenis riset yang sedang dikerjakan.   

Pada riset dasar atau Baseline Study, aspek-aspek yang didalami mencakup data-data dasar mengenai uraian kondisi dasar ekonomi penduduk yang mencakup jenis dan sumber-sumber penghidupan/pendapatan keluarga/mata pencaharian/besaran pendapatan dan seterusnya atau dikenal juga dengan istilah livelihood. Data-data dasar lainnya yang didalami juga mencakup profil tingkat pendidikan, kesehatan, dan data-data dasar lainnya yang dianggap perlu diketahui dari sebuah masyrakat atau komunitas. Dengan kata lain, baseline study berisi deskripsi atau profil dari masyarakat yang berada di sekitar kawasan operasional tambang.

Perlu diketahui bahwa dalam riset sosial, data-data dasar yang disebutkan di atas tadi didalami dengan baik secara menyeluruh, bukan sekedar data statistik atau deskripsi yang bersifat di permukaan. Misalnya ketika berbicara tentang mata pencaharian, tidak hanya sebatas deskripsi jenis atau sumber-sumber pengahasilan, tetapi juga perlu didalami dinamika dan perubahan yang terjadi dari waktu ke waktu dalam aspek tersebut. Sejak kapan perubahan itu terjadi, dan apa saja faktor-faktor pemicu perubahan dalam mata pencaharian. Sebagai contoh, perubahan mata pencharian penduduk dari menanam karet menjadi sawit, atau yang tadinya memanfaatkan hasil-hasil hutan kayu/nonkayu, berubah menjadi pedagang dan seterusnya.

Pada riset Environmental and Social Due Diligence/ESDD beberapa aspek sosial yang didalami antara lain mencakup aspek hubungan dengan komunitas lokal, kesehatan dan keselamatan komunitas, aspek pengambilalihan lahan (land acquisition) dan juga livelihood, aspek tanggung jawab sosial perusahaan (CSR), aspek masyarakat adat (Indigenous People), dan Warisan Kebudayaan (Cultural Heritage).

Tidak jauh dengan ESDD, aspek-aspek sosial yang didalami dalam ESIA antara lain tentang masyarakat terdampak (Project Affected People), kependudukan (demography), pendidikan dan skill penduduk (educations and skills), kesehatan dan sanitasi, air bersih, agama (religion), tradisi, etnisitas, dan kelompok rentan (vulnerable group), nilai-nilai kultural atau adat, institusi atau lembaga sosial di desa, dan warisan-warisan kebudayaan (cultural heritage). Di sini aspek-aspek penghidupan masyarakat (livelihood) juga didalami mencakup jenis pekerjaan, pendapatan dan pengeluaran, tingkat kesejahteraan, dan seterusnya.   

Tantangan yang dihadapi

Tantangan yang dihadapi dalam melakukan kajian sosial di desa-desa sekitar lokasi pertambangan pertama terkait dengan medan yang biasanya relatif lebih menantang. Site pertambangan biasanya berada di remote area atau tempat-tempat yang relatif jauh dari permukiman atau desa-desa di sekitarnya. Tidak heran jika desa-desa di sekitar lokasi pertambangan juga kebanyakan merupakan desa-desa yang juga remote dengan jarak yang lumayan jauh dan terkadang dengan akses transportasi yang masih sulit ditempuh.

Tantangan kedua terkait dengan penerimaan dan respon penduduk terhadap kehadiran tim peneliti di lapangan. Sebetulnya hal ini sedikit banyak tergantung juga dengan reputasi perusahaan tersebut di mata penduduk desa-desa sekitar. Jika reputasinya baik dan komunikasi antara perusahaan dengan penduduk sebelumnya sudah berjalan baik, biasanya repon mereka terhadap kehadiran tim peneliti juga akan positif. Sebaliknya, jika reputasi perusahaan buruk dan pola komunikasi tidak berjalan, kemungkinan masyarakat akan memberi respon negatif pada kegiatan penelitian.

Meski demikian hal tersebut bukanlah sebuah rumus baku. Meskipun reputasi perusahaan sudah baik dan sudah terjalin komunikasi sebelumnya, masyarakat masih terbuka untuk menyampaikan aspirasi mereka atau mengutarakan complain atau keluh keseh mereka.

Sebagai contoh pengalaman yang saya rasakan, biasanya komplain yang disampaikan kepada perusahaan berkaitan dengan realisasi harapan-harapan yang sudah ada sebelumnya. Di sini biasanya terdapat ruang-ruang ketidakpuasan sebagian masyarakat yang merasa realisasi peluang/opportunity yang sudah mereka harapkan di awal ternyata tidak sesuai dengan yang diharapkan.         

Meski demikian, secara kebetulan mayoritas penduduk di tiga lokasi yang saya datangi dalam penelitian sosial tidak menolak keberadaan proyek tambang di wilayah mereka. Kehadiran proyek tambang dimaknai sebagai sebuah kesempatan atau opportunity lapangan pekerjaan dan memperoleh penghasilan dari kegiatan lain seperti menjadi vendor-vendor untuk memenuhi beragam kebutuhan perusahaan yang bisa dipenuhi oleh masyarakat.

Strategi dan pendekatan di lapangan

Dalam menjalankan sebuah riset sosial di lapangan, persiapan-persiapan khusus sebelum keberangkatan bisa sangat membantu kelancaran dan kesuksesan hasil riset ke depannya. Misalnya persiapan dalam hal-hal kecil seperti menyiapkan pakaian dan outfit yang nyaman dan cocok buat menemani aktivitas sehari-hari. Selain itu juga perlu disiapkan peralatan pekerjaan sehari-hari yang mumpuni, seperti laptop yang dalam kondisi prima untuk mendukung pekerjaan, alat perekam suara jika diperlukan, ATK yang cukup, dan seterusnya.

Selain persiapan yang bersifat teknis seperti disebutkan di atas, persiapan nonteknis juga berperan penting untuk menjamin kelancaran kegiatan penelitian di lapangan. Persiapan nonteknis ini bisa mencakup melatih kemampuan atau skill interpersonal, melatih skill cara berkomunikasi yang persuasive, kemampuan menjadi pendengar yang baik, serta melatih kemampuan berempati terhadap subjek penelitian.   

Strategi dan pendekatan utama dalam melakukan riset sosial pada masyarakat di sekitar proyek pertambangan adalah dengan bersikap wajar dan menghindari memberikan janji apa pun kepada masyarakat yang kita datangi. Sampaikan dengan jelas siapa kita dan apa maksud atau tujuan kita datang ke masyarakat.

Bisa juga dengan menyampaikan apa keuntungan atau manfaat dari kegiatan riset yang sedang dilakukan baik bagi perusahaan maupun bagi masyarakat ke depannya. Misalnya, dengan diadakannya riset sosial ini, perusahaan memiliki pengetahuan yang lebih baik tentang kondisi masyarakat dan harapan-harapan mereka, sehingga hal tersebut bisa dijadikan landasan atau titik tolak bagi perencanaan ke depan.

Selain strategi dan pendekatan yang disebutkan di atas, perlu menjaga kesehatan fisik dan mental selama di lapangan saat melakukan riset. Apalagi dalam konteks penelitian lapangan di desa-desa sekitar site pertambangan dengan medan yang dikenal menantang. Asupan makanan yang cukup dan bergizi serta makan secara teratus menjadi kunci daya tahan tubuh. Usahakan juga untuk istirahat secara cukup di malam hari dengan memenuhi waktu tidur yang cukup.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun