Mohon tunggu...
SAMSUL HUDA
SAMSUL HUDA Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

saya merupakan mahasiswa manajemen universitas muhammadiyah malang

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Strategi International Change in The Global Economic Environment

21 Juli 2022   18:14 Diperbarui: 21 Juli 2022   18:26 297
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 

Pertumbuhan Ekonomi Jangka Panjang 

Pertumbuhan ekonomi merupakan suatu proses  perubahan kondisi perekonomian suatu negara secara berkelanjutan menuju suatu keadaan yang lebih baik selama periode tertentu. 

Memahami perubahan ekonomi di tingkat global saat ini sangat penting untuk perumusan strategi bisnis global. Di dunia ini memiliki banyak negara dan setiap negara memiliki pola tingkat ekonomi yang berbeda. 

Ada perbedaan yang sangat besar yaitu dalam hal GDP per kapita. Di jepang dan negra maju lainnya GDP per kapita berada pada level beberapa puluh ribu dolar, sedangkan beberapa negra memiliki GDPS per kapita hanya beberapa ratus dollar. 

Di masing-masing negara pemerintah harus memikirkan jangka panjang dalam mengatasi dampak ekonomi. Dalam halnya peristiwa yang saat ini sedang membludak yaitu virus covid-19 yang membuat perekonomian dunia hancur.

Ditegaskan disetiap negara-begara berkembang  bahwa kini lebih sulit tiga kali lipat dibandingkan negara maju dalam menyelesaikan covid-19 ini banyak pertimbangan, mulai dari teknologi hingga kurangnya fasilitas kesehatan yang memadai dan sangat minim. 

IMF memproyeksi bahwa aka nada 170 negara mengalami pertumbahan pendapatan per kapita yang negative tahun ini. 

Untuk saat ini pertumbuhan ekonomi jangka panjang secara global mengalami pelambatan yang dimulai dari tahun 2019 melambat 2,9 persen karena perdagangan, investasi melemah. 

Di 2020 makin melemah dikarenakan pandemic yang ,meraja lela di seluruh belahan dunia yang menghancurkan perekonomian dunia. 

 

 IMD World Competitiveness Yearbook

                Buku Tahunan Daya Saing Dunia adalah laporan tahunan yang diterbitkan oleh Institut International Untuk Pengembangan Manajemen (IMD) yang berbasis di Swiss tentang daya saing suatu negara dan telah diterbitkan sejak 1989. Buku tahunan ini mengukur kinerja 63 negara berdasarkan 340 kriteria pengukuran berbagai aspek daya saing. Ini menggunakan dua jenis data:

  • 2/3 data statistic keras (sumber international / nasional)
  • 1/3 data survei (executive Opinion Survey)

 

 Dampak Covid-19 Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Jangka Panjang

 World Economic Forum melihat bahwa penyebaran (Covid-19) menunjakan dampak ekonomi terhadap dunia. Banyak dari sebagian negara yang memprediksi bahwa ekonomi di negaranya akan resesi. Dalah hal ini pertumbuhan ekonomi akan negative. 

Sebagian negara banyak yang sedang berlomba-lomba untuk mengeluarkan stimulus ekonomi demi menahan gebrakan efek virus covid-19 di sektor ekonomi. Dampak yang diberikan oleh covid-19 ini sangat besar seperti.

 COVID-19 and Trade

 Volume perdagangan barang dagangan dunia turun secara drastis pada paruh pertama tahun 2020 seiring pandemi COVID-19 telah menggangu perekonomian global. Indicator utama memberikan petunjuk tentang sejauh mana perlambatan dan bagaimana perbandingannya dengan krisis sebelumnya

Indeks manajer pembelian (PMI) menunjukkan ekspor baru pesanan pabrikan turun tajam ke 27,1 di bulan April 2020, dibandingkan dengan nilai baseline 50. Pada saat yang sama bulan, pesanan ekspor baru dalam jasa turun menjadi 21,7, juga diukur terhadap nilai dasar 50.

* Pada Mei 2020, indeks pesanan ekspor untuk manufaktur dan layanan naik kembali ke 32,2 dan 29,8, masing-masing, tetapi mereka tetap jauh di bawah tren.

* Pergeseran PMI cenderung menandakan perubahan dalam perdagangan actual arus, menunjukkan bahwa level perdagangan mungkin mencapai titik terendah pada bulan April

atau Mei 2020 sebelum mulai pulih pada bulan Juni.

* Penerbangan komersial global, termasuk penerbangan penumpang dan transportasi udara, turun 74 persen 5 Januari dan 18 April 2020.

* Penurunan menunjukkan perlambatan tajam di keduanya perdagangan barang dagangan dan perdagangan jasa komersial sejak penerbangan internasional membawa sejumlah besar kargo udara dan juga terkait erat dengan layanan yang diperdagangkan seperti perjalanan dan transportasi.

* Penerbangan telah pulih 58 persen hingga pertengahan Juni 2020, mungkin menunjukkan awal pemulihan karena langkah-langkah untuk melawan pandemi telah berkurang.

* Indeks throughput pelabuhan peti kemas yang disesuaikan secara musiman turun 8 persen tahun ke tahun di bulan Mei 2020, dengan tidak tanda yang jelas dari bottoming out.

* Penurunan pada tahun 2020 kurang dari penurunan 14 persen dari puncak ke palung selama krisis keuangan 2008-09, menunjukkan beberapa ketahanan dalam pengiriman kontainer di muka dari pandemi COVID-19.

 Prakiraan Ekonomi Global Pada Tahun 2030 dan Dampaknya Terhadap Covid-19

            Pada Oktober tahun 2003, Goldman Sachs menerbitkan laporan berjudul "Dreaming with BRICs: The Path to 2050." Laporan ini memperkirakan bahwa PDB Cina akan melampaui Jepang pada tahun 2015, dan pada tahun 2040 akan menyalip Amerika Serikat, menjadi yang terbesar di dunia. 

Ekonomi India diperkirakan akan memiliki ukuran yang sama dengan Jepang sekitar tahun 2030. Laporan tersebut menyoroti ekonomi BRIC, dalam 10 tahun sejak laporan itu diterbitkan, pertumbuhan ekonomi China semakin cepat dan PDB-nya melebihi Jepang pada tahun 2009.

PDB pada tahun 2030 (dalam dolar AS). Pangsa yang dipegang oleh negara-negara maju (Jepang, negara di Amerika Utara, dan negara-negara Eropa Barat) adalah sekitar 85% hingga tahun 1990. Persentase ini mulai menyusut pada tahun 2000 dan diperkirakan akan turun hingga hampir 40% pada tahun 2030. 

Pangsa Jepang di dunia global ekonomi yaitu 15% sampai tahun 2000, lalu turun kurang dari 5% pada tahun 2030. Posisi Jepang dalam ekonomi global akan menjadi marjinal. 

Di sisi lain, pangsa Cina akan tumbuh menjadi sekitar 18% pada tahun 2030, dan India akan meningkat menjadi sekitar 6%. Perkiraan ini juga menunjukkan bahwa pada tahun 2030, PDB China akan sebesar AS, dan PDB India akan melampaui PDB Jepang.

Perkiraan ini dihasilkan dengan rekayasa ulang perhitungan untuk faktor pertumbuhan, yaitu dengan meramalkan investasi dalam tenaga kerja dan modal, dan kemudian menambahkan Total Factor Productivity (TFP) untuk menghitung potensi pertumbuhan ekonomi. 

Saat meramalkan pertumbuhan ekonomi jangka panjang, penting untuk memperhitungkan perubahan komposisi populasi. Sebagai penjelasan sederhana dari struktur model ini, yang pertama addalah menentukan investasi dalam tenaga kerja dengan memperkirakan populasi usia kerja di masa depan (mereka yang berusia antara 20 dan 65 tahun) menggunakan perkiraan data populasi dari PBB.

PDB per kapita negara maju dengan negara berkembang yang tetap tidak berubah hingga tahun 2030. Pada bagian ini, berfokus pada perubahan PDB per kapita dari dua kelompok yang berbeda: negara maju di Amerika Utara, Eropa Barat, Jepang, dan NIE (Korea Selatan, Taiwan, Singapura, dan Hong Kong); 

dan negara berkembang di Cina, India, Amerika Latin, Eropa Timur / Eurasia, Timur Tengah, dan Afrika. Pada tahun 2030, PDB per kapita Amerika Latin akan menjadi sekitar $ 30.000, dan PDB Cina akan meningkat menjadi sekitar $ 20.000. Jika mempertimbangkan inflasi, tingkat ini masih tidak akan sama dengan negara-negara maju.

Sementara itu perbedaan antara negara maju dan berkembang akan terjadi, negara berkembang akan memiliki kehadiran ekonomi yang lebih besar. Dari perspektif perusahaan Jepang, strategi global hingga saat ini telah menyebabkan ekspansi di negara-negara barat dengan lingkungan ekonomi yang mirip dengan Jepang. 

Setelah mencapai tujuan tersebut, perusahaan kemudian melakukan ekspansi ke negara berkembang yang berperingkat lebih rendah, meskipun dalam skala yang lebih kecil. Namun, ke depan perusahaan harus mengarahkan fokus strategisnya pada negara berkembang, terutama negara maju yang mengalami pertumbuhan tinggi.

Pada tahun 2020  dunia dilanda pandemic Covid-19 yang membuat seluruh perekonomian negara turun. Mulai dari pertumbuhan ekonomi yang minus hingga beberapa negara mencapai resesi hingga PDB yang turun drastis jika dibandingkan 5 tahun kebelakang. 

Dengan berlakunya lockdown sementara di beberapa negara seperti Australia dan Cina membuat pertekonomian negara tersebut mejadi buruk. Perdagangan internasional terhenti sementara yang membuat pendapatan negara menjadi turun. Hal ini membuat target rencana pertumbuhan di setiap negara menjadi mundur.

Pandemi Covid-19 yang memicu krisis ekonomi di berbagai negara ini juga menyebabkan PDB dunia turun menjadi minus 3 persen dan mengakibatkan kerugian hingga $12 triliun dalam dua waktu ke depan menurut International Monatery Fund (IMF).  

Prospek pemulihan pasca-pandemi juga masih diambang ketidakpastian karena penularan virus yang tidak terduga, menurut IMF dalam laporan World Economic Outlook yang diperbarui. Menurut riset yang dibuat oleh Economist Intelligence Unit (EIU) menunjukkan Indonesia masih berada di angka positif, dengan memiliki PDB riil sebesar 1% pada 2020 ini. 

Meskipun angka ini tetap mengalami penurunan dari prediksi sebelumnya sebesar 5,1% pada 2019. 

Hasil riset menunjukan hanya tiga negara yang masih di angka positif, selain indonesia ada China memiliki PDB riil sebesar 1% pada 2020 yang sebelumnya 5,9% pada 2019 serta ada India 2,1%, sebelumnya sebesar 6% pada 2019.

Dampak Yang Terjadi Pada IMD World Competitiveness Yearbook Dengan Adanya Pandemic Covid-19

Dalam daftar indeks Daya Saing Global versi Institute for Management Development (IMD) yang baru di rilis ini setelah adanya pandemic covid-19, Singapura berada di urutan teratas, mengalahkan negara-negara ekonomi maju lain seperti AS dan Eropa. 

Menurut IMD, Singapura menjadi negara yang mendekati nilai sempurna dalam kajiannya. Negara yang menjadi salah satu tujuan investasi global itu berhasil mengalahkan negara-negara Eropa dan AS yang merupakan episentrum ekonomi global. 

Kekuatan utama Singapura terletak pada daya tarik investasi dan perdagangan internasional, pasar buruh, dan ketenagakerjaan. Dalam laporan sebelumnya Singapura juga berada di posisi teratas dan selalu masuk 10 besar. Sebaliknya, AS justru terus merosot sejak Singapura naik ke posisi puncak. Tahun ini AS berada di posisi 10. Penyebab utamanya diduga kuat akibat kebijakan proteksionisme Presiden Donald Trump.

AS di bawah kepemimpinan Trump mengalami sejumlah konflik diplomatik dan perdagangan dengan komunitas internasional, mulai dari Iran hingga China. Direktur IMD World Competitiveness Center Arturo Bris mengatakan, ketegangan antara AS dan sejumlah pemain ekonomi telah memberikan dampak negatif terhadap AS.

Peringkat daya saing Indonesia kembali mengalami penurunan. Data terbaru yang dirilis IMD World Competitiveness Year Book 2020, Indonesia berada di peringkat 40, anjlok delapan peringkat dibanding tahun sebelumnya di posisi 32. 

Turunnya daya saing versi IMD ditengarai akibat masih lemahnya fokus sasaran pembangunan yang dikembangkan pemerintah. Untuk itu, perlu dilakukan re-focusing arah pembangunan infrastruktur yang selama ini digencarkan pemerintah. 

Menurut IMD, dari hasil survei yang dirilis Selasa (16/6/2020), Indonesia memiliki beberapa tantangan di antaranya pertumbuhan ekonomi yang diperkirakan melambat pada semester I tahun ini. Faktor lainnya, ada kenaikan angka pengangguran serta bertambahnya tingkat kemiskinan akibat ekonomi yang terganggu karena imbas Covid-19.  

 

 Ditulis oleh:

Danny Tona Febrianto                                 202010160311238

Anas Aprillian Z. P                                         202010160311261

Raditya Sobfian Pratama                            202010160311255

Muhammad Ridlwan S                                202010160311266

Samsul Huda                                                    202010160311267

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

 

 

 

SUMBER

Motohashi, K. (2015). Global Business Strategy : Multinational Corporations Venturing into Emerging Markets. Tokyo: Springer.

 

https://www.imf.org/external/datamapper/NGDP_RPCH@WEO/OEMDC/ADVEC/WEOWORLD

https://finance.detik.com/berita-ekonomi-bisnis/d-4961646/dunia-dihantam-corona-ekonomi-china-india-dan-indonesia-masih-positif

https://nasional.kontan.co.id/news/peringkat-kompetitif-digital-masih-rendah-jokowi-minta-percepat-transformasi-digital

https://ekbis.sindonews.com/read/73136/33/peringkat-daya-saing-singapura-paling-kompetitif-indonesia-urutan-40-1592413612

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun