Mohon tunggu...
Samsul Bakri
Samsul Bakri Mohon Tunggu... Mahasiswa - Masih belajar menulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Mahasiswa Ekonomi Undip

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Cara Tetap Makan Opor Ayam dan Tidak Kesepian bagi yang Nggak Pulkam di Libur Idul Adha

24 Juni 2023   12:03 Diperbarui: 30 Juni 2023   19:00 771
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menjadi mahasiswa rantau itu tidak mudah. Berat, kamu yang biasa sama orang tua tidak akan kuat, kalau kata Dilan, biar aku saja. 

Cobaan materi hingga perasaan harus kamu tanggung saat memutuskan untuk kuliah jauh dari orang tua. Yang dulunya makan sudah disediakan, saat di kos kamu harus masak sendiri. 

Kalau uang jajanmu banyak mungkin tidak terlalu repot. Tapi bagaimana pun rasa masakan Burjo dan Warteg tidak seenak masakan ibu. 

Rempahnya mungkin sama, tapi ada satu bumbu yang tidak dimiliki aa Burjo dan mbak-mbak warteg, yaitu cinta. Sedangkan masakan ibu bumbu utamanya cinta, merica garam dll itu hanya pelengkap.

Berbicara soal makanan, cobaan anak rantau akan sangat terasa berat di momen penting keagamaan, misalnya idul adha. Hari raya ini identik dengan daging dan ketupat. 

Di rumahmu pasti banyak aneka masakan lezat, tapi sayangnya makanan itu mungkin tidak bisa kamu nikmati, sebab ongkos pulang terlalu mahal. Atau mungkin ada tugas dosen yang harus segera kamu selesaikan sehingga tidak ada waktu utnuk pulang ke rumah. Apalagi mahasiswa yang berasal dari luar Jawa.

Rasa galau saat kita harus mendekap sendirian di kos, sembari mendengar takbiran kadang bisa meneteskan air mata. Saat buka hp, airnya makin deras keluar karena story WA teman isinya kumpul sama keluarga.

Tentunya ada banyak hal lain yang menurut saya menyedihkan bagi anak rantau. Tapi tak usah gusar nan galau, kamu tidak sendirian. Ada saya dan ribuan mahasiswa lainnya yang senasib dengamu. 

Untuk kamu yang mahasiswa baru (maba), saya sebagai mahasiswa rantau yang sudah melalui 4 kali idul adha di rantau, akan memberikan beberapa tips sederhana agar kamu tetap bisa makan enak dan tidak kesepian di hari raya ini.

1. Berkunjung ke rumah teman yang rumahnya dekat

Kamu pasti punya teman dekat yang warga lokal kan, kalau bukan, minimal rumahnya hanya 2-4 kabupaten/kota dari kampusmu. Saya punya cerita. 

Jadi saya berkuliah di Kota Semarang, sedangkan saya asalnya dari daerah Sulawesi Tenggara. Waktu libur idul adha di kampusku biasanya sangat singkat, hanya 1-2 hari saja. 

Dengan tiket pesawat yang sangat mahal, waktu 24 jam di rumah teap saja rasanya kurang sepadan jika ekonomi keluarga pas-pasan. 

Akhirnya saat itu saya memutuskan untuk tidak pulkam. Stay di Jawa. Kekhawatiran akan rasa sepi saat idul adha pasti muncul. 

Tapi, syukurnya saya punya teman, namanya Arif, dia teman satu asramaku. Dia orang Kendal, tepatnya di daerah Kecamatan Sukerejo. 

Tau saya tidak pulkam, dengan itikad baik dia mengundangku untuk ikut lebaran di rumahnya. Tanpa berpikir panjang, saya langsung ikut. Kami ke sana lewat daerah Sumowono, cuacanya dingin sekali, dan ada kabut yang cukup tebal sepanjang perjalanan. 

Mungkin sekitar 2 jam perjalanan dari Tembalang, Kota Semarang kami pun sampai di rumah Arif. Dan ternyata di sana juga dingin. 

Daerahnya di ketinggian, Gunung Prau terlihat jelas dari rumah temannku. Suasana desanya juga asri. Ada banyak sayur-sayuran yang ditanam oleh warga lokal.

Sesampainya di sana, saya ingin istirahat karena capek di perjalanan. Tapi keluarga temanku memaksa untuk ikut makan dulu. Sebenarnya saya agak sungkan dan ga enakan, tapi dipaksa. Katanya tidak sopan menolak ajakan itu. 

Akhirnya saya ikut makan,toh saya juga mulai lapar dan butuh asupan yang hangat untuk tubuh yang menggiggil saat itu.

Keesokan harinya, saya sholat. Dan momen terbaiknya saat pulang dari masjid. Aneka masakan kue khas jawa sudah menghiasi meja ruang tamu rumah itu. Dengan sedikit malu-malu, saya ikut mencicipi satu piring nasi hangat lengkap dengan rawon sapinya. 

Orang tua dan sodara-sodaranya sangat ramah. Saya sebagai orang jauh seketika merasakan nuansa kekeluargaan, banyangan idul adha yang surap kita sudah lenyap dihapus oleh kehangatan keluarga ini. Dan keesokan harinya kami kembali ke Semarang untuk menjalani aktivitas perkuliahan seperti biasanya

Jadi buat kamu yang tidak pulkam, sudah mau mencoba metode ini?

2. Ikut Jadi Panitia Kurban

Metode berikutnya yang mungkin saya rekomendasikan adalah jadi panitia kurban di masjid kampus atau masjid di dekat kos kalian.

Ilustrasi daging kurban, pengemasan daging kurban, bungkus daging kurban. (Shutterstock via kompas.com) 
Ilustrasi daging kurban, pengemasan daging kurban, bungkus daging kurban. (Shutterstock via kompas.com) 

Saya dulu mencoba cara ini di tahun 2019. Masjid Al Ikhlas kalau saya tidak salah ingat namanya. Masidnya terletak di Jalan Bulusan Selatan. Masjidnya tidak terlalu besar, tapi kalau tidak salah sapi diterima lumayan banyak.

Selepas sholat, saya bersama 3 kawanku langusung ambil posisi uuntuk membantu. Kami di bagian potong-potong. 

Saat tangan-tangan kami yang kaku ini dipaksa untuk memotong daging menjadi bagian yang lebih kecil dan memisahkan lemak pada daging, pikiran kamu fokus untuk itu.

Jadi tidak ada waktu untuk sedih-sedihan karena mengingat yang di rumah (catacan: saya sudah menelpon orang-orang di rumah sebelum menjadi panitia)

Selain itu, ibu-ibu dan bapak-bapak di sana sangat ramah. Mereka terus bertanya banyak soal latar belakang kami. saya dengan antusias menjawab. 

Sesekali mereka bercanda untuk memecah keheningan. Suasan guyup terasa kental saat itu. Tidak ada sekat suku, antara aku yang suku Muna, 2 kawanku Batak dan Minang, serta mereka yang suku Jawa.

Setelah itu masing-masing kami diberi daging sapi masing-masing 4 kg. Total kami kumpulkan bertiga, 12 kg daging sapi yang siap untuk diolah menjadi steak-stekan, sate dan rendang.

Dan lagi, tidak ada alasan untuk tidak bahagia di hari yang besar.

3. Ikut Kumpul Sesama yang Tidak Pulkam

Cara ini bisa jadi alternatif ke-3 jika tidak mau idul adha mu suram. Saya yakin yang tidak pulkam saat idul adha itu ada banyak. Hanya tugasmu adalah mengumpulkan simpul yang tidak pulkam itu dalam satu tempat.

Beruntung saya punya beberapa teman yang juga berasal dari Timur Indonesia tidak pulkam. Jadi biasanya kami memutuskan untuk ngumpul di satu tempat. Di sana nanti kita bakar sapi, ayam dan beragam lainya. 

Rasa sepenanggungan tidak pulkam akhirnya memaksa kami untuk ceria. Soalnya kalau mau adu nasib, siapa yang lebih nasibnya? sama. kami semua sama. Seperti anak negeri yang diasingkan negerinya sendiri. 

Jika tak ada solidaritas, akan sulit hidup bagi seorang minoritas rantau yang tidak pulkam. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun