Lembaga pendidikan adalah institusi yang berkewajiban membenarkan yang sebelumnya salah dan memberi tahu yang sebelumnya tidak diketahui.Â
Dikontekskan dengan kegagalan masyarakat yang belum lepas dari jerat patriaki, lembaga pendidikan berperan membumikan nilai-nilai emansipasi wanita yang menjadi gagasan Kartini.
Benar, gagasanya yang perlu disebarkan oleh lembaga pendidikan. Sayangnya, hari ini saya tidak melihat itu di lembaga pendidikan. Di hari Kartini, anak-anak sekolah hanya diwajibkan memakai kebaya dan diadakan beragam lomba.
Sebagai simbol emansipasi anak laki-laki juga turut memasak dalam perayaan hari Kartini. Bagi saya, kemeriahan memakai kebaya tidak cukup dan kurang relevan.Â
Kegiatan simbolik ini bagi saya adalah awan pekat yang menutup esensi dari perjuangan Kartini mengenai kesetaraan hak bagi perempuan. Pesan untuk meniru Kartini seahrusnya tidak hanya dengan memakai kebaya. Yang perlu ditiru seharusnya semangat dalam perjuanganya.Â
Meniru Kartini yang menyebarluaskan gagasanya lewat tulisan. Tulisan bahwa perempuan memiliki hak yang sama dengan laki-laki untuk dididik. Itu hal yang paling penting. Otonomi tubuh perempuan diwujudkan dengan keluarnya perempuan dari kurungan, keluar dari tradisi, untuk menciptakan sesuatu yang lebih baik. Ini bukan hanya soal emansipasi, tapi bagaimana perempuan bisa melakukan perubahan. Membaca surat Karini lebih penting daripada peragaan busana kebaya.
Besar sekali keinginan saya agar perayaan Hari Kartini dimaknai tidak hanya sebatas simbol visual dan penampilan fisik saja, tetapi juga memaknai perjuangan yang sifatnya filosofis. Apabila langkah ini kita ambil, saya optimis, tentakel gurita patriaki yang masih melekat dalam masyarakat bisa direduksi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H