==========
Maka terjawab pulalah mengapa para jenderal Orde Baru 1990an tidak menyukai alm. Prof. Habibie, bahkan setelah menjadi presiden. Itu tentu bukan soal-soal masalah pribadi ataupun agama. Apalagi jika dikaitkan dengan lepasnya Timor Leste. Sama sekali bukan itu.
Bagi Cilangkap hingga 1990an, urusan teknologi memang prerogatif tentara. Alasannya tidak lain: Perang Dingin. Kalau Habibie bikin pesawat, maka tak bisa lain, itu adalah sekaligus instrumen intelijen. Bahkan lambung pesawat yang sedang mengudara harus dapat menangkap luasnya kedalam laut di bawahnya. Tujuan ini berbeda dengan visi Habibie.
Nanggala-402 yang diproduksi tahun 1979 adalah buatan industri kapal pimpinan Habibie. Semacam kompromi teknologis sipil-militer Indonesia ketika itu. Kapal selam jenis baru yang sangat cekatan dan dapat memuat 45-60 orang prajurit, kurang dari satu batalyon darat ataupun satu skuadron tempur udara. Energik dan tangguh, dengan kedalaman maksimal 300 meter.
Maka ketika April 2021 ini Nanggala-402 tenggelam pada kedalaman 700 meter, terbitlah sebuah tanda tanya serius. Setelah 40 tahun lebih, apakah kerjasama teknologis sipil -- militer Indonesia masih dianggap mitos? Bukannya masa lalu, justru masa depan Indonesia lah yang agaknya masih diselimuti mitos.
RIP Nanggala - 402
TerimaKasih.
Hormat
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H