Saat pulang kerja suasna rumah yang biasa ramai jika si bunda pulang menjadi sepi. Memang tadi pagi si ayah telpon bahwa Nafisah pusing dan panas jadi tidak sekolah.Â
Siang harinya gantian ibu saya menelpon bahwa cucunya yang kecil panas tinggi dan badanya bentol-bentol merah. Suasana hati sudah tidak karuan mendergar anak 2 sakit. Saya hanya meminta di kompres jangan dipakaikan baju cukup kaus dalam sam celana pendek saja dan di beri obat penurun panas. Yang jadi masalah si kecil pasti tidak mau dikompres.
Tak terasa pukul tiga pun tiba tergesa-gesa saya keruang TU untuk absen kemudian pulang dengan was-was memikirkan bagaimana keadaan si bocah.
Masuk rumah tidaka da suara ramai hanya ada suara tivi ternyata si kecil dan si kakak tidur setelah minum obat.
Dengan perlahan sebisa mungkin tidak menimbulkan suara saya masuk, bersih-bersih dan menghampiri kakak adik yang sedang tidur. Hati teriris melihat mereka tidur dengan gelisah dan suhu tubuh yang tinggi, terutama si bontot yang badanya pada merah -merah.
Menjelang magrib saya diantar suami membawa dede ke klinik terdekat. Setelah diperiksa ternyata ruam merah disebabkan alergi, bisa cuaca, makanan, susu, sabun, dan lain-lain. Begitu penjelasan dokter Zulkifli.
Setelah menerima obat dan melakukan pembayaran kita pulang karena akan membawa si kakak gantian ke dokter. Sampai rumah  yang gede lapor bunda tenggorokan kakak sakit, kepala juga pusing. Aduh! yang satu belum sembuh nambah lagi yang sakit.Â
Setelah memberikan obat kepada yang bontot . Saya memgajak Nafisah (qnak ke 2) ke dokter tapi dia tidak mau dengan alasan sudah ga deman tinggal pusing doang bun. Sudah saya bujuk berkali-kali tetap saja tidak mau ke dokter. Alhasil saya memberikan obat dan saya suruh tidur saja dengan harapan besok pagi mereka sembuh.
Sekarang saatnya melihat kondisi si kakak Hana (si sulung) di kamar. Â Si kakak sedang tiduran sambil memijit-mijit kepalanya dengan air mata yang mengalir sampai ke pipi. Kakak ayo ke dokter sama bunda ajak saya. Ga mau ah bun kakak minum tolak angin sama cdr aja nanti juga sembuh jawabnya. Ke dokter aja biar tahu sakitnya kenapa? Bujuk saya karena si kakak paling malas ke dokter dan minum obat. Ga usah bun Nafisah aja yang ke dokter katanya masih menolak.Â
Nafisah ga mau kak tahu sendiri adeknya sama dengan kamu paling malas berurusan dengan dokter. Kakak mau makan, minum cdr  dan tolak angin aja baru tidur. Lanjutnya. Ok tapi kalau nanti malam ga bisa tidur dan masih pusing harus ke dokter ga ada alasan ya jawab saya. Iya bundaaa..
Setelah makan dan minum cdr dan tolak angin si  kakak pun tertidur. Saya kembali melihat ke ruang tengah karena Nafisah dan adiknya tidur bersama. Alhamdulillah mereka sudah tidur saya pun lumayan lega. Dan istirahat di dekat mereka.
Pukul sebelas yang kecil tiba-tiba nangis kejer ketika saya raba tubuhnya ternyata suhu badanya yang tadi sudah turuh naik lagi sampai 40C dan si kakak Nafisah ngigau manggil-manggil bunda. Saya jadi panik mana ni yang saya pegang terlebih dahulu. Tanpa berpikir panjang saya memanggil ayahnya yang sudah tidur. Dengan suara yang sedikir berteriak karena panik saya membangunkannya kemudian meminta memberikan obat kepada si kecil. Setelah minum obat tidak bisa langsung tidur karena tanganya sibuk menggaruk badanya yang ruam karena gatal.
Saya serahkan si kecil ke ayahnya agar di indung-indung. Saya menghampiri si kakak yang mengigau dan membangunkanya. Ternyata panasnya naik juga alhasil rumah yang tadi sudah sepi kembali ramai dengan tangisan si kecil. Nafisah saya suruh minum.obat penurun panas kemudian saya suruh tidur tapi tidak mau malah menangis dan memeluk adiknya yang digendong si ayah.Â
Kakak ko nangis kenapa? Sakit banget ya kepalanya? Ga bun kakak sedih lihat dede Fawwaz sakit katanya padahal sendirinya juga sakit. Karena sayangnya kepada sang adik sampai dia menangis melihat adiknya sakit.Â
Dia minta tidur berpelukan dengan adiknya tapi sang adik tidak mau. Setelah cape dengan tangisnya mereka berdua tidur kembali dan alhamdulillah panasnya pun sudah turun. Pukul 3 si kecil bangun dengan senyum manisnya sambil memanggil nda.. nda.. dengan suaranya yang gemesin dan cium-cium bundanya. Saya terbangun disambut senyum manisnya. Dedek sudah sembuh tanya saya dengan semangat menjawab dah.Â
Alhamdulillah sudah sembuh tinggal sedikit lagi ruam di kaki dan tangannya. Dan sikakak pun bangun karena mendengar suara adiknya yang berisik. Ternyata si kakak pun sudah tidak panas dan pusing lagi. Alhamdulillah ya Allah telah memberikan kesembuhan kepada anak-anak hamba. Tinggal yang gede yang masih sakit kepala dan tenggorokan. Semoga segera sembuh juga. Aamiin.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H