Selain unik, terjangkit “Virus Ahok” ini nya juga bergejala aneh, antara lain: Pertama, meniru gaya Ahok yang mereka benci, misalnya membuat Relawan “Sahabat…..” membuat relawan “Suka…” membuat relawan atau komunitas atau grup ini dan itu, tiba-tiba semua meng-klaim sudah berhasil mengumpulkan sekian ratus ribu KTP, lewat jaringan rumah ibadat, lewat pramuka, lewat orang muda, lewat pasar, dan mungkin saja lewat cara halus menggunakan dukun.
Bukankah ini sikap munafik para pecundang.?
Aneh yang kedua adalah, sikap kekanak-kanakan. Hanya dengan ucapan salah 1 ketua atau pengurus Parpol, sudah Gede rasa (GR), merasa didukung dan pasti diajukan sebagai kandidat, lalu klaim sana dan sini, sudah sekian parpol yang akan dukung tetapi ketika ada parpol tersebut punya wacana lain, langsung marah, ngambek, mutung atau teriak-teriak di Medsos, bukankah selalu berbangga diri katanya dewasa, katanya gentlemen, katanya mau berpolitik dengan segala resiko, katanya…. dan katanyaa….? Ah dasar banci Politik.
Aneh ketiga, seolah-olah Jakarta atau Indonesia ini milik agama, sehingga yang boleh menentukan kandidat adalah pemuka agama. Lalu lewat penuka agama, keluarlah tafsir soal kafir sana dan kafir sini, soal rasis, soal pribumi dan non pribumi, soal perkataan kasar dan selalu dibesar-besarkan, padahal banyak juga anggota DPRD yang omong kasar dan teriak “Cina An**ng..!” ketika rapat mediasi di Kemendagri (https://www.youtube.com/watch?v=aHmiab5QfEs).
Para pemuka Agama yang seharusnya menjadi penjaga moral, iman dan etikapun mau diseret-seret ke ranah Politik, bahkan ikut-ikutan menjadi dungu, terpancing emosi karena keyakinan berbeda atau etnis yang berbeda, ternyata sudah tertular juga.
Aneh keempat, apapun yang dilakukan Ahok pasti negatif. Tidak ada satupun hal baik yang dilakukan Ahok dipuji, oleh KLA selalu dianggap hal buruk yang diulang-ulang dan diungkit tanpa peduli itu fitnah atau fakta, padahal sebagian besar masyarakat Jakarta bersikap sebaliknya, dan kalian malah tampil beda, cobalah sedikit berubah menjadi humanis, jujur dan kalau baik katakan baik, buruk katakan buruk, bukankah orang yang santun, beriman dan bermoral itu demikian? Jika untuk komentar, opini dan tindakan saja sudah korupsi, maka dapat dipastikan hal lain cenderung akan korupsi.
Aneh yang kelima, adalah para KLA yang belum mendapat dukungan parpol ini makin lugu saja dalam berpolitik, dan mulai berkomplot, berteman dengan sesama pembenci Ahok karena “The enemies of my enemy is my friend” untuk berjamaah mengerubuti Ahok. Padahal Ahok sendiri tidak melayani, kecuali yang sudah menyerang pribadi dan keterlaluan rasis serta bisa menimbulkan kerusuhan. (Kasus kampung Luar Batang), selebihnya selalu rakyat yang melayani opini ataupun komentar KLA ini, artinya kalian itu tidak dianggap sebagai lawan yang setara.
Ingat ya, saat ini anda semua berhadapan dengan rakyat DKI yang menentukan nasib anda di Pilkada bukan Partai Politik, jangan sampai menjadi PilPahit, dan menjadi Partai politik yang ketinggalan Kereta dan kehilangan logika berpikir karena dikalahkan 5 sekawan pendiri Teman ahok yang masih hijau dalam berpolitik, anak kemarin sore dan rasanya cocok menjadi anak atau cucu anda.
Kami akan mencatatkan fenomena ini dengan tinta emas dalam sejarah demokrasi di Indonesia, bahwa kami memilih pemimpin yang bersih, jujur, tegas dan mendahulukan kepentingan rakyat, tanpa peduli beda warna kulit, beda keyakinan dan beda suku, yang adalah pemimpin untuk melayani kami, bukan preman, penguasa atau maling.
Samsi Darmawan