Mohon tunggu...
Samroh Septiani
Samroh Septiani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswi Program Studi Pendidikan Agama Islam Universitas Islam Negeri KH Syaifuddin Zuhri Purwokerto

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Tantangan Literasi Media

25 Juni 2022   18:43 Diperbarui: 25 Juni 2022   18:46 906
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Berita Hoaks dan Penyebaran Paham Radikal

Media sosial telah dimanfaatkan sebagai cara baru bagi kelompok radikal untuk menyebarkan benih-benih ideologi ekstrimis. Di era digital seperti sekarang, dunia maya telah menjadi kekuatan nyata yang menghubungkan soliditas dan militansi kelompok radikal hingga ke lintas negara. Keberadaannya menawarkan kemudahan dalam berinteraksi dan pengorganisasian. Karena itu, kemunculan mereka di jejaring virtual turut mengubah strategi dan pola teror. Bahkan pada dekade kedua abad ke-21 ini muncul kecenderungan kelompok radikal meningkatkan interaksi dan propagandanya. Dengan memanfaatkan laman-laman tertentu untuk menyebarkan ide dan gagasan kebencian, pemahaman radikal.

Di era disrupsi informasi seperti sekarang ini, di mana segala hal berubah dengan cepat, warganet harus dibekali dengan kemampuan literasi digital baik dalam rangka melawan hoax maupun penyebaran paham radikal.

Karenanya, sejak dini, pendidikan literasi digital harus digalakkan guna membangun pondasi pendidikan karakter yang selaras dengan perkembangan zaman. Mengingat, kehidupan mereka pasti akan senantiasa bersinggungan dengan jagat digital yang serba online. Literasi digital bisa menjadi sarana tepat dalam upaya menangkal budaya konsumsi informasi secara instan yang menyebabkan banyak masyarakat dan warganet masih terjebak dalam berita hoaks.

Melalui pendidikan literasi digital, tradisi membaca di dunia maya akan terbangun, sehingga mereka mampu memilih informasi tepat, dan membangun informasi yang bersifat membangun, bukan menyulut kemarahan dan kebencian yang berujung terseret arus radikalisme untuk selanjutnya bertindak kekerasan.

Maka warganet akan terbiasa menemukan beragam perbedaan pendapat yang mungkin ia temukan dari bacaan yang dibaca. Sehingga, terbangunlah pemahaman bahwa toleransi bermanfaat untuk menyuburkan pengetahuan dan perdamaian, sementara intoleransi menumbuhkan kebencian dan permusuhan. Hal ini karena warganet mampu mengkonstruksi hal baik dan buruk dalam pikiran mereka. Model perilaku seperti ini tentu saja sangat dibutuhkan untuk menghindarkan diri dari ideologi radikal yang merusak kedamaian dan ketentraman NKRI.

Untuk itu mari manfaatkan media sosial guna kepentingan yang bermanfaat melalui penyebaran dan posting konten konten positif yang menumbuhkan optimisme antar anak bangsa.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun