Mohon tunggu...
Samroh Septiani
Samroh Septiani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswi Program Studi Pendidikan Agama Islam Universitas Islam Negeri KH Syaifuddin Zuhri Purwokerto

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Tantangan Literasi Media

25 Juni 2022   18:43 Diperbarui: 25 Juni 2022   18:46 906
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

Globalisasi, biasa diartikan oleh banyak orang sebagai suatu proses mendunia, salah satu faktor globalisasi adalah perkembangan teknologi. Teknologi merupakan suatu sarana untuk menyediakan hal hal yang diperlukan bagi kelangsungan dan kenyamanan hidup manusia. Di era globalisasi ini kemajuan teknologi yang sangat pesat juga pastinya membawa banyak hal positif dan negatif, karena semua orang sudah merasakan adanya teknologi maka semua hal yang muncul bersamaan dengan semakin majunya teknologi juga akan berdampak bagi semua orang.

Teknologi di zaman sekarang ini sangat berpengaruh pada kehidupan, bohong adanya jika kita sebagai generasi sekarang menyatakan tidak menggunakan, dan memerlukan teknologi, karna dapat dilihat bahwa kebanyakan bahkan hampir semua generasi milenial memanfaatkan kecanggihan teknologi dalam kehidupan sehari-hari. Jika tidak ada teknologi mungkin kita masih hidup seperti nenek moyang kita pada zaman purba dulu, yang pastinya pada zaman itu kita akan menemui banyak kesulitan. Meskipun dengan adanya teknologi yang semakin canggih banyak dampak negatif yang ditimbulkan tapi kemajuan teknologi juga tidak bisa kita hindari. Umpamanya, bahkan jika kabut asap merupakan risiko bagi kehidupan manusia, kita harus ingat bahwa kehidupan di alam, tanpa teknologi, mungkin saja adalah kematian yang besar.

Globalisasi, teknologi dan tuntutan kemampuan literasi media

Perkembangan teknologi media dan informasi yang sangat pesat menuntut khalayak untuk memiliki pengetahuan, keterampilan dan kemampuan untuk mengakses, menganalisis, mengevaluasi, dan memproduksi isi pesan informasi media yang biasa disebut dengan kemampuan literasi media. Maka disinilah dapat dilihat bahwa kecerdasan dan kebijakan manusia menggunakan teknologi sedang diuji dalam menghadapi zaman yang semakin maju ini.

Tantangan yang menantang

Dalam menghadapi era digital yang cukup kompleks kita harus mempunyai kesiapan diri sebagai "digital native" (generasi yang lahir dan tumbuh dalam dunia digital), selain itu kita juga perlu meng-Upgrade diri untuk terus berkembang sesuai dengan kemajuan teknologi, Hal tersebut merupakan suatu bentuk tuntutan yang harus dipenuhi oleh generasi saat ini, tuntutan tuntutan tersebut lah yang menjadi sebuah tantangan yang sangat menantang bagi manusia.

Literasi menjadi tolak ukur yang sangat penting dalam kemajuan sebuah bangsa. Dimana membaca menjadi langkah awal untuk memperluas pengetahuan seseorang dalam rangka meningkatkan sumber daya manusia. Keterampilan dalam literasi media menjadi hal yang mesti dikuasai oleh pengguna teknologi digital di era yang semakin maju ini, ada beberapa tantangan dalam berliterasi media, yaitu

Pertama, Arus informasi yang banyak

Tantangan yang paling kuat dalam literasi digital adalah arus informasi yang banyak. Artinya masyarakat terlalu banyak menerima informasi disaat bersamaan. Apalagi di era post-truth sekarang ini, yaitu era dimana penyebaran berita atau informasi yang tidak berdasarkan fakta yang objektif atau terbukti kebenarannya. Berkembang nya peralatan digital dan akses informasi digital yang membanjir membuat keterampilan dalam literasi digital menjadi hal yang perlu dikuasai oleh pengguna teknologi media dan informasi, Dalam hal inilah literasi media berperan, yakni untuk mencari, menemukan, memilah serta memahami informasi yang benar dan tepat.

Kedua, Konten negatif

Konten negatif juga menjadi salah satu tantangan terbesar untuk literasi media. Contohnya konten pornografi, isu sara dan lainnya. Kemampuan individu dalam mengakses internet, khususnya teknologi informasi dan komunikasi harus dibarengi dengan literasi digital. Sehingga individu bisa mengetahui, mana konten yang positif dan bermanfaat serta mana konten negatif.

Berita Hoaks dan Penyebaran Paham Radikal

Media sosial telah dimanfaatkan sebagai cara baru bagi kelompok radikal untuk menyebarkan benih-benih ideologi ekstrimis. Di era digital seperti sekarang, dunia maya telah menjadi kekuatan nyata yang menghubungkan soliditas dan militansi kelompok radikal hingga ke lintas negara. Keberadaannya menawarkan kemudahan dalam berinteraksi dan pengorganisasian. Karena itu, kemunculan mereka di jejaring virtual turut mengubah strategi dan pola teror. Bahkan pada dekade kedua abad ke-21 ini muncul kecenderungan kelompok radikal meningkatkan interaksi dan propagandanya. Dengan memanfaatkan laman-laman tertentu untuk menyebarkan ide dan gagasan kebencian, pemahaman radikal.

Di era disrupsi informasi seperti sekarang ini, di mana segala hal berubah dengan cepat, warganet harus dibekali dengan kemampuan literasi digital baik dalam rangka melawan hoax maupun penyebaran paham radikal.

Karenanya, sejak dini, pendidikan literasi digital harus digalakkan guna membangun pondasi pendidikan karakter yang selaras dengan perkembangan zaman. Mengingat, kehidupan mereka pasti akan senantiasa bersinggungan dengan jagat digital yang serba online. Literasi digital bisa menjadi sarana tepat dalam upaya menangkal budaya konsumsi informasi secara instan yang menyebabkan banyak masyarakat dan warganet masih terjebak dalam berita hoaks.

Melalui pendidikan literasi digital, tradisi membaca di dunia maya akan terbangun, sehingga mereka mampu memilih informasi tepat, dan membangun informasi yang bersifat membangun, bukan menyulut kemarahan dan kebencian yang berujung terseret arus radikalisme untuk selanjutnya bertindak kekerasan.

Maka warganet akan terbiasa menemukan beragam perbedaan pendapat yang mungkin ia temukan dari bacaan yang dibaca. Sehingga, terbangunlah pemahaman bahwa toleransi bermanfaat untuk menyuburkan pengetahuan dan perdamaian, sementara intoleransi menumbuhkan kebencian dan permusuhan. Hal ini karena warganet mampu mengkonstruksi hal baik dan buruk dalam pikiran mereka. Model perilaku seperti ini tentu saja sangat dibutuhkan untuk menghindarkan diri dari ideologi radikal yang merusak kedamaian dan ketentraman NKRI.

Untuk itu mari manfaatkan media sosial guna kepentingan yang bermanfaat melalui penyebaran dan posting konten konten positif yang menumbuhkan optimisme antar anak bangsa.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun