Seorang Paus yang bijak yaitu Paus Santo Anisetus (154 -- 167 M), kebetulan seorang Arab Suriah mengambil jalan tengah. Paskah diperingati sebagai satu rangkaian dengan peristiwa kematian Yesus. Namun tanggal dan peristiwanya disesuaikan dengan kalender paskah Jahudi. Salut saya dengan pendekatan beliau ini. Teori jalan tengah. Mirip falsafah Pancasila kita.
Konsili Nicea tahun 325 M, mengukuhkan pandangan Paus Anisetus. Konsili itu  merumuskan hari kebangkitan Yesus pada bulan purnama penuh, setelah titik balik matahari melintas garis lintang titik musim semi pada 21 Maret. Nah, karena faktor letak koordinat geografis terhadap matahari, munculnya bulan penuh, bisa berbeda di belahan bumi Utara misalnya Inggeris dengan belahan bumi Selatan, misalnya Australia.Â
Agar ada kesamaan diambillah suatu saat bulan penuh imaginer yang berlaku universal, yang disebut bulan ecclesiastic (arti harfiahnya -- bersifat terkait dengan kegerejaan). Ini mirip antara perpaduan sistem hisab dan rukyat dalam penentuan hilal (bulan) baru, plus sistem kalender matahari.
Akibatnya jelas. Paskah yang dirayakan Umat Kristen saat ini, selalu jatuh pada hari Minggu, tetapi tanggalnya tidak tetap. Bervariasi antara di akhir bulan Maret hingga pertengahan April. Tidak percaya ? Cekidot. Minggu Paskah, Â tahun 2002 jatuh pada 31 Maret; tahun 2006 pada tanggal 16 April, dan hari ini tahun 2021, tanggal 4 April.
Epilog
Praktek ritual dan perayaan keagamaan tidak hadir di ruang hampa. Pengetahuan, budaya dan kesepakatan kompromistis berkelindan di dalamnya. Woles saja. Tidak perlu puritan puritan amat. Ini masih mending. Bandingkan dengan hari perayaan nasional berbagai Negara yang masih menganut sistem monarkhi. Hari nasionalnya jatuh pada hari ulang tahun Raja atau Ratu. Untung sejauh ini tidak ada Raja Monarki yang hari  lahirnya tanggal 29 Pebruari. Bisa bisa cuma sekali empat tahun bangsa itu bergembira ria.
Pengaitan hari Nasional dengan tanggal lahir Penguasa ini bisa saja merupakan residu peradaban zaman preman. Mistifikasi penguasa baru sebagai sumber cahaya kehidupan bangsa. Â Memang, para Raja dan Ratu zaman dahulu cikal bakalnya adalah para preman yang berhasil mengkonsolidasikan kekuasaan dalam sebuah sistem yang terlegitimasi. Mirip seperti kisah Ken Arok versi Pramudya Ananta Toer.
Kalau sekarang banyak perkumpulan keamanan minta jatah preman, kutipan setoran ke penguasa lapak lapak di bulan baru, jangan jangan itu adalah karena terilhami dari preman Julius Caesar dan Kaisar Agustus ya. Umumnya para pedagang, penyewa lapak dan lain-lain, ya pasrah saja. Mending setor, dari pada nanti para preman tersebut, menyisipkan nama-namanya sebagai bulan baru. Bisa berabe. Hari raya atau tahun baru menjadi lebih lama. Kapan dapat THR nya. Nah, lho...
Happy Passover Day
Jakarta, Â 4 April 2021
Sampe Purba