Musa : Pemimpin Yang Mempersiapkan Bangsa Petarung
Oleh : Sampe L. Purba
Bagian pertama
Lima Kitab pertama di Alkitab, secara umum  dipercaya ditulis oleh Musa. Termasuk peristiwa yang dia sendiri tidak mengalaminya. Mengenai cerita penciptaan alam, penciptaan manusia, kejatuhan manusia ke dalam dosa, air bah, cerita tentang Abraham -- Ishak -- Yakub dan seterusnya, diceritakan dengan runut. Beberapa di antaranya sangat njelimat malah.
Alkitab tidak menjelaskan apa referensi yang digunakan Musa dalam penulisan tersebut. Ada beberapa literatur yang menyatakan bahwa Kitab tersebut sebetulnya adalah tradisi lisan yang direkonstruksi para Rabbi Yahudi. Sebagian ditulis ketika mereka di pembuangan Babilonia. Jejak jejaknya dapat dirunut di talmud-talmud, yaitu kodifikasi diskusi para rabi yang berkaitan dengan hukum Yahudi, etika, kebiasaan dan sejarah.
Tetapi -- tentu saja kalau dalam ranah iman -- ya itu tidak perlu dipertanyakan. Kitab Musa itu diilhamkan oleh Tuhan. Selesai urusan. Tanpa perdebatan lebih lanjut. Hanya saja, di antara cerita ceritanya, banyak juga ditemukan kemiripan dalam mitos mitos sejarah kuno.
Cerita air bah Zaman Nuh misalnya. Kisah banjir yang agak mirip juga ditemukan dalam mitologi kebudayaan Mesopotamia (Epos Atrahasis), Yunani - Â Deukalion putera Prometheus, Hindu -- Raja Manu, bahkan dalam dongeng mitologi Batak, Siboru Deak Parujar versus Naga Padoha.
Musa -- Pemimpin yang menuntun bangsa Israel keluar dari Mesir, untuk kembali ke Tanah Kanaan -- Tanah Perjanjian. Dalam jangka waktu selama 40 tahun, Musa sang tokoh sentral berhasil meletakkan dan membangun dasar dasar militer, agama dan kehidupan sipil suatu bangsa.Â
Ada simbol, ritual, ikatan genealogis dan historis, hak hak dan kewajiban penduduk maupun warga negara, serta wilayah kediaman. Kisah pembentukan bangsa Israel kuno - to build a nation - Â dapat ditinjau dari berbagai perspektif. Tulisan ini TIDAK mengupas dari aspek iman atau penafsiran theologis.
Pada zaman Musa (sekitar abad ke 14 BCE), bahkan sebelum Musa - peradaban di Mesir sudah relatif maju. Bangsa itu telah dapat membuat bangunan piramida, dengan ventilasi dan ruang bawah tanah yang kompleks, menjulang tinggi ke angkasa, maju dalam ilmu kedokteran, pertanian, pengawetan mayat/ mummi, sihir dan sebagainya.
Alkitab mencatat, bahwa Musa -- dididik di istana Firaun --segala ilmu dan hikmat orang Mesir (KPR 7,22). Ya ilmu militer, ilmu politik, arsitektur, diplomasi, agama dan budaya sekitar dan sebagainya.
Tidak mudah bagi Musa untuk merubah mentalitas bangsanya, yang terbiasa menjadi budak/ tenaga kerja di bawah rezim Firaun  selama beberapa generasi. Musa melakukan revolusi mental, disiplin dan sebagainya. Selepas dari kejaran Firaun, Musa tidak mengarahkan bangsa itu lewat jalur Sinai utara melewati Palestina (peta jalur nomor 40 dalam google map modern), atau jalur tengah gurun Sinai menuju Syur (peta jalur nomor 50 dalam google map).
Kedua jalan raya tersebut adalah jalur dagang pada masa itu yang digunakan kerajaan kerajaan besar seperti Suriah dan Asiria Babylon -- Sumeria kuno. Jalur itu dapat ditempuh di bawah 10 hari perjalanan ke Tanah Kanaan.
Barangkali karena pertimbangan taktis militer dan pengenalan wilayah, Musa membawa bangsa itu ke arah Selatan, ke tanah Midian, menyusur searah pantai Timur teluk Suez, ke arah Kadesh Barnea, Timur laut semenanjung Sinai - Â teluk Aqaba yang sekarang, jalan raya 523 dalam peta modern. Musa mengenal betul wilayah tersebut.
Dia menghabiskan waktunya sekitar  40 tahun di kawasan itu, termasuk waktu menggembalakan domba mertuanya Yitro. Di gurun itu juga dia menerima perintah di kaki gunung Sinai untuk kembali ke Mesir menghadap Firaun.
Musa dan rombongannya tiba di kaki Gunung Sinai, setelah lebih 2 bulan menempuh perjalanan yang berat. Perjalanan ini agak seret. Hal itu dapat dimaklumi. Mereka tidak terbiasa long march. (ini mengingatkan saya ke cerita long marchnya pasukan Siliwangi meninggalkan kantong pertahanan Jawa Barat ke Jawa Tengah sesuai perjanjian Renville). Romantikanya rumit.
Rakyat yang bersama Musa bukan militer. Sangat bervariasi mulai dari bayi, pengantin baru, ibu ibu hamil, orang tua, setengah baya, hingga orang orang tua renta. Â Belum lagi kawanan ternak, perkakas dapur, harta kekayaan, minyak wangi, kulit lumba-lumba, senjata dan sebagainya.Â
Afiliasi loyalitas dan politik juga beragam. Beberapa di antaranya adalah mantan mandor dan ambtenar yang ditugaskan Pemerintah Mesir dalam mengawasi rodi rakyat. Agak miriplah ketika terjadi transisi kekuasaan pada awal kemerdekaan kita. Ada yang langsung mendukung, tetapi tidak sedikit juga yang bersimpati ke Pemerintah Kolonial. Juga ada yang wait and see.
Di perjalanan melewati padang yang gersang, air terbatas, binatang berbisa seperti ular banyak, tentu tidak mudah mengatur  manusia lebih dari 600.000 an orang. Saya dapat memahami dan mencoba berempati kepada orang orang awam ini kalau mereka sering bersungut sungut, kurang berterima kasih dan merencanakan pemberontakan (plot) kepada Musa.
Musa, out of nowhere, tetiba de facto menjadi pemimpin sekumpulan besar orang, tanpa melalui Pemilu, serta belum ada regulasi, pemerintahan atau alat negara seperti polisi dan tentara.
Berbagai peristiwa penting -- to build a nation -- dilakukan Musa di sekitar Sinai itu -- Wilayah itu agak datar dan luas, sehingga dapat menampung perkemahan dan juga peternakan  mereka.
Beberapa di antaranya adalah :
- Menetapkan hukum hukum sipil dan agama. Â Hukum hukum sipil ini mirip dengan hukum yang berlaku di daerah sekitar pada masa itu. Yang paling menonjol adalah menempatkan pria memiliki privelese jauh di atas wanita, apa lagi dengan budak.
- Merancang dan mempersiapkan kerajaan yang bersifat theokratis, di mana Suku Lewi memiliki hak istimewa, dan keturunan Harun menjadi imam.
- Menyelesaikan pembangunan dan sarana peribadatan (tabernakel) dan aturan aturan ritualnya.
- Mendata penduduk -- milisi yang siap tempur laki laki umur 20 tahun ke atas, dan menunjuk pemimpin pemimpin suku dan militer.
Musa yang double standard
Musa membuat aturan bahwa bangsa Israel tidak boleh menikah atau menikahkan anak dengan penduduk setempat di manapun mereka berada.
Sebelumnya, Musa telah menikah dengan putri imam Yitro (Rehuel) bernama Zippora. Kok Yitro seorang imam ?. Imam agama apa ?. Menurut The book of Jasher, Yitro adalah penganut Agama monoteis.
Sebagai flashback, ketika Adam diusir dari taman Eden, di tangannya dia membawa tongkat. Tongkat ini diwariskan turun temurun ke Abraham hingga ke Yusuf di Mesir. Setelah Yusuf meninggal dunia, ada rezim Firaun baru di Mesir. Firaun baru ini membasmi rezim lama. Kaum Yusuf pun kena getahnya.
Firaun mengangkat Yitro menjadi imam agamanya. Ketika Yitro memasuki rumah peninggalan Yusuf, dengan mata batinnya dia mengenali satu tongkat, langsung diambilnya. Kepada raja Firaun dia minta izin kembali ke Midian daerah asalnya, sebagai imam dan raja bawahan di sana. Tongkat itu ditancapkan di kebunnya. Tidak ada orang yang dapat mencabutnya.
Singkat cerita ketika Musa dalam pelariannya ke Midian, dia mencabut tongkat tersebut. Dengan mata batinnya Yitro segera tahu bahwa Musa bukan orang sembarangan. Zipporapun dipersunting oleh Musa. Tongkat itulah yang dipegang Musa ketika terjadi perang tanding dengan para ahli sihir Firaun.
Ternyata, sementara Musa menggembleng bangsa itu, diam diam dia mengawini putri Raja setempat -- orang Kush. Zippora waktu itu pastilah sudah tua (mungkin 60 tahunan). Â Ini membangkitkan amarah Harun dan Miryam Saudara Musa.
Mereka memimpin pemberontakan umat Israel kepada Musa. Alkitab mencatat, Musa berhasil mengatasi pemberontakan kedua Saudaranya tersebut. Tetapi saya kira dengan beberapa kompensasi.
Alkitab mencatat, yang diangkat Musa menjadi imam turun temurun adalah anak anak dan keturunan Harun. Musa tidak memberi peran apa apa kepada anak cucunya sendiri.
Strategi merebut Tanah Perjanjian
Dari Kadesh -- Barnea, Musa mengirim 12 orang intelijen ke Tanah Kanaan -- sisi barat Sungai Yordan, mengikuti jalan Syur ke Horma, Hebron hingga ke Rehobot jauh ke Utara di perbatasan Libanon yang sekarang. Mereka mengintai dan menyelidiki dari sepanjang garis pantai Palestina hingga lembah Yordan di Barat.
Sepuluh dari dua belas orang pengintai memberikan laporan yang mengkuatirkan.Tanah itu subur, tetapi kota kotanya teguh berbenteng, orang orangnya tinggi tinggi serta kuat-kuat. Hanya dua orang yang memberi semangat, bahwa mereka dapat mengalahkannya.
Yosua dan Kaleb tidak membantah fact finding dari yang sepuluh orang tadi. Musa menyimak penjelasan kedua belas orang tersebut. Tidak berkomentar. Kawanan bangsa Israel yang mendengar laporang intel ini segera tawar hati. Mereka ketakutan, memberontak dan mencoba mengangkat satu pemimpin baru untuk memimpin mereka kembali ke Mesir.
Musa segera sadar bahwa bangsa ini belum siap sebagai milisi. Mereka perlu digembleng. Mereka diperintahkan kembali ke arah laut Teberau (teluk Aqaba) lagi. Â Ini seperti simalakama bagi orang Israel. 40 tahun lagi menjadi pengembara di padang gurun?
Pada hal tanah yang dijanjikan sudah di depan mata. No way. Dengan menghiraukan Musa, mereka maju menyerang bagian Selatan tanah Kanaan. Orang Amalek dan Orang Kanaan yang di pegunungan segera menyambut menghujani mereka  dengan senjata. Mengejar hingga Horma di Kanaan Selatan. Inilah  kekalahan mereka yang pertama. Mereka traumatis.Â
Musa yang paham ilmu militer sadar, bahwa peluang memenangkan perang kalau langsung ke jantung pertahanan perbukitan Yudea, Hebron atau Betel di sisi barat Sungai Yordan, peluang mereka untuk menang kecil.
Musa tentu saja tidak mau bangsa itu mati konyol. Perlu penggemblengan menjadi prajurit sejati, yang tangguh dan pemberani. Bangsa itu balik arah, mengitari  padang gurun Sin dan bermukim di sepanjang lembah Arabah hampir 38 tahun, sebagai bangsa nomaden.  (Ul. 2, 14), sambil mengamat amati Tanah Kanaan yang sesungguhnya tidak terlalu jauh lagi.
Juga mencari informasi intelijen mengenai kekuatan raja raja di Transyordania. Generasi tua yang berangkat dari Mesir sudah pada mati. Yang tinggal adalah generasi muda, yang cekatan dan tidak pernah merasakan perbudakan di Mesir. Mereka lahir dan besar digembleng di gurun pasir. Ini adalah generasi baby boomer, bonus demografi.
Artinya apa ?
Musa -- menggunakan informasi intelijen yang diperoleh para pengintainya itu. Faktanya belakangan Musa lebih mengikuti pendapat yang sepuluh orang. Musa memilih memasuki Tanah Kanaan dari sisi Timur Sungai Yordan. Daerah Transyordania yang sekarang.
Setelah melewati sungai Zered (di sisi selatan Laut Mati), pasukan Musa yang muda muda ini menekuk habis bangsa bangsa di sepanjang Transyordania ini, dan menduduki wilayahnya. Â Ada dua bangsa yang mereka tidak perangi, yakni orang Edom (keturunan Esau), dan orang Moab (keturunan Lot). Mereka secara genealogis masih bersaudara. Ompu martinodohon.
Di dataran Moab, di ujung utara Laut Mati, terdapat gunung Nebo. Dari puncak gunung tersebut, kota kota Tanah Kanaan seperti Yerikho telah kelihatan. Itu hanya sekitar 40 Km ke arah Barat.
Di tanah Moab ini, Musa meninggal dunia. Suksesi kepemimpinan beralih ke Yosua. Yosua -- berumur sekitar 80 tahunan menerima warisan suatu generasi anak anak muda, yang tangguh dan cekatan berperang.
Musa telah meninggalkan legacy. Suatu bangsa yang kuat dan generasi muda yang tegar. Bangsa petarung, fighter. Termasuk berperang dengan sangat keji, seperti membumi hanguskan kota musuh, menjarah harta berharga,  membunuh para tawanan  anak anak dan wanita yang sudah menikah, tetapi mengambil wanita wanita mudanya misalnya (Bil. 31,17-18). Ini tentu menimbulkan efek gentar, teror dan kengerian bagi bangsa bangsa sekitar. Ends justify the means.Â
Yosua, ajudan yang menerima gemblengan, mewarisi strategi dan taktik yang diajarkan Musa, dan milisi anak anak muda fighter  berusia di bawah 40 tahun, melanjutkan perang penaklukan Tanah Kanaan.
Sepantaran Yosua, hanya ada Kaleb. Kaleb di usia yang tidak lagi muda, 85 tahun menuntaskan dendamnya. Dalam invasi merebut Kanaan - Tanah Perjanjian itu, dia memilih medan perang di Hebron, kota berkubu yang dihuni manusia raksasa Enak dan keturunannya. Sang Veteran Gurun Panglima tua itu membuktikan keberanian dan kepiawaiannya. Para raksasa itu terusir. (Yosua 15,13).
Perang dan penaklukan itu, berlangsung lama. Puluhan tahun. Setahap demi setahap, negeri itu diduduki.  Tetapi ada juga penduduk setempat yang memberikan perlawanan yang tangguh. Yosua Cs terpaksa menerima keberadaan penduduk setempat diam  bersama mereka. Koeksistensi perang dingin, misalnya orang Yebus di Yerusalem (Yos.15,63).Â
Dalam beberapa palagan perang  tercatat dilakukan secara brutal dan keji. Bumi hangus. Misalnya di Yerikho, tua muda , pria wanita, dan harta benda ditumpas habis. Untung saat itu belum ada Konvensi Geneva. Kalau tidak, Yosua dan para Panglimanya - saya kira - akan dituntut sebagai penjahat perang.
Jakarta, Â Â Â Â Mei 2020
Bahan Referensi:
Alkitab, LAI
Book of Jasher
Commentary on the Bible, Adam's Clarke
Encylocpedia Britannica, vol 12 -- Moses
Legends from the Talmud and Midrash, Hayim N. Bialik and Yohosua H. Ravnitzky
Moses and Akhenaten, The Secret History of Egypt at the Time of the Exodus, A. Osman
The Lion Atlas of Bible History, Paul Lawrence
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H