Mendahului kelahiran Set, pada ayat ayat sebelumnya (Kej 4,16-24) diceritakan bahwa Kain, segera setelah peristiwa pembunuhan Habil, menyingkir ke tanah Nod, di sebelah Timur Eden.Â
Saya perkirakan ini kira kira di Utara Timur Sungai Tigris, di sekitar Azerbaijan yang sekarang. (Pada ayat ayat sebelumnya, dijelaskan bahwa dari Taman Eden mengalir satu sungai yang bercabang empat sungai, termasuk Eufrat dan Tigris).
Kain beranak cucu cicit di daerah itu. Anak Kain bernama Henokh. Salah satu turunan ke enamnya,atau generasi ke 7 dihitung dari Adam, bernama Lamekh. Lamekh adalah pria poligami pertama yang tercatat di Alkitab, isterinya bernama Ada dan Zila.Â
Ada dan Zila ini adalah putri Kenan, dari garis keturunan Set. Salah satu anak Zila bernama Tubal-Kain. (catatan : Alkitab juga mencatat nama yang sama yaitu Henokh dan Lamekh dari garis keturunan Set).
Sekali peristiwa, Lamekh yang sudah tua dan rabun, mengajak Tubal-Kain berburu.
Di kejauhan, mereka melihat binatang melintas. Segera Tubal-Kain meminta Lamekh untuk menarik busurnya. Mengena dan binatang itu mati. Mereka mendekat. Tetapi tahu apa yang terjadi.
Ternyata itu bukan binatang. Setelah diperhatikan dengan seksama, yang terbunuh dan terkena panah itu adalah Kain. Ya, Kain bapak moyang mereka, yang merupakan anak pertama pewaris takhta Adam, pendiri kota Nod.
Lamekh marah sejadi jadinya. Dia menumpahkan kemarahannya dengan memukuli Tubal-Kain. Tubal-Kain yang masih muda dan hijau namun masih bertenaga tersebut, tidak menerima. Ayah yang sudah renta dan kenyang asam garam pencak silat bertukar tinju dan bergulat dengan anaknya Tubal-Kain yang muda, hijau namun penuh tenaga.
Tubal-Kain kalah, terdesak dan terbunuh. Lamekh menyesal. Mangangguk bobar. Kepada kedua isterinya, tersedu sedu dia mencoba menceritakan apa yang terjadi, hingga anaknya Tubal-Kain yang dilahirkan Zila mati di tangannya (Kej. 4,23). Sesenggukan, Â Lamekh berkata.... Sebab jika Kain harus dibalaskan tujuh kali lipat, maka Lamekh tujuh puluh kali lipat (ay.24).
Zila tidak dapat menerima keadaan itu. Dia mencari waktu dan kesempatan untuk membunuh Lamekh suaminya si tua bangka itu.
Tapi untunglah Adam mendengarnya. Adam yang sudah tua renta itu datang menasehati mereka. Dia berkata kira kira begini ... cucuku, cukuplah kakekmu yang tua ini yang menderita lahir bathin menyaksikan pembunuhan dalam keluarga.Â