Mohon tunggu...
sampe purba
sampe purba Mohon Tunggu... Pemuka Agama - Insan NKRI

Insan NKRI

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

NIAS, Nawacita Menggapai Tapal Batas

9 Desember 2018   21:22 Diperbarui: 9 Desember 2018   22:08 2071
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

NIAS -  Nawacita menggapai  tapal bataS

Oleh : Sampe L. Purba

Mengikuti kunjungan kerja pak Menteri Ignasius Jonan yang spartan militan dalam mewujudkan energi berkeadilan di gugus kepulauan NIAS, menorehkan seberkas haru. Pulau ini beberapa tahun lalu pernah mengalami black out listrik. Bayangkan, 4 kabupaten dan satu kota hampir kembali ke zaman gelap megalitik berbilang hari. 

Kini gardu induk telah beroperasi dan kabel listrik tegangan tinggi telah terbangun, untuk meningkatkan kehandalan pasokan. Jaringan pipa transmisi dan distribusi diakselerasi.   Walau mungkin secara bisnis belum turn over, mengingat di atas 90% pelanggan hanya tarif rumah tangga, tetapi Pak Menteri menekankan target elektrifikasi merata penuh secara nasional tidak boleh ditawar. Pak Direktur PLN pun mengangguk setuju, sambil berpantun jenaka.  BUMN hadir untuk melayani negeri.  Maskapai Garudapun sudah membuka direct flight dari Jakarta, walau belum bisa pp karena harus mengisi avtur di Kuala Namu.

Bupati dan Walikota serta unsur Forkominda se kabupaten Kepulauan Nias yang hadir  di sela-sela peresmian stasiun penyalur BBM satu harga, konversi paket perdana minyak tanah ke LPG, pembagian lampu tenaga surya hemat energi ke pedalaman yang jauh dari jaringan listrik,  mengharap pak Menteri mendorong pembangunan depo avtur.  

Pak Menteri  Jonan menoleh ke Direktur Pertamina. Pak Direktur komit mewujudkannya dalam 6 bulan ke depan. Tangki yang tersedia, berkat migrasi minyak tanah ke LPG, akan diisi avtur dan bbm komersial. Menteri Yasonna, putra Nias yang mempesona, tersenyum tipis. Tidak percuma, disela kunjungan dinasnya ke Gunung Sitoli, menyempatkan diri mengantar Pak Jonan ke lokasi peresmian, desa Sitolu Ori di Nias Utara. Sekali mendayung kayuh, dua tiga pulau terjangkau. Masuk barang itu. 

Direktur BBM BPHMIGAS,  dalam laporannya menyampaikan kesiapan BPHMIGAS mengawal nawacita merealisasikan stasiun penyalur bbm satu harga, demi mewujudkan energi berkeadilan  sesuai visi Pemerintah. Pemihakan Parlemen ke program yang mensejahterakan rakyat, merupakan amunisi tambahan sekaligus amanah. 

Bang Gus Irawan sang Ketua Komisi 7 mitra kerja KESDM, dengan senyum menawan menyaksikan pak Jonan mengisi  bbm secara simbolis ke tangki sepeda motor tua seorang pemuda. Hari itu, kami menyaksikan sinergitas tanpa sekat antara Parlemen, Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, Badan Usaha dan masyarakat.  

Agar tidak tinggal seremonial, berhias tepuk gemuruh tanpa ruh, pak Menteri menugasi saya mengobservasi incognito jauh hingga pedalaman Selatan. Saya sempatkan sekalian merekam geliat kehidupan masyarakat terkait dengan pembangunan infrastruktur, telekomunikasi, kesehatan dan pendidikan. Work balance life istilah kerennya.

Nias teranugerahi dengan potensi wisata alam yang menarik. Ada surfing di pantai Sorake dan Lagundi. Arus ombak balik massive break dari pantainya mampu menopang peselancar tambun bermain gembira di dinding pusaran buih lima gelombang rolling barrel setinggi  7 meter. Wisata bahari snorkeling dan diving di Pulau Hinako Nias Barat. Belum lagi wanitanya. Berkulit langsat putih bersih, mirip kombinasi Jepang, Filipina dan Kawanua.

APBD di Kabupaten Kota se Kepulauan Nias belum mencerminkan kemampuan mengkapitalisasi objek wisata secara optimal. Ketergantungan kepada Pusat, dalam bentuk Dana Perimbangan, termasuk di dalamnya dana desa sangat tinggi. Pendapatan asli daerah rata-rata di bawah 10%. Alokasi anggaran infrastruktur/ belanja modal tidak sampai 40%. Itupun dengan serapan rendah. Bahkan sebagian daerah mengalami defisit yang ditambal dengan penerbitan obligasi.

Kepada putri belia fotogenik duta wisata Nias yang hadir di peresmian, saya tekankan bahwa natural endowment hanyalah modal dasar menarik wisatawan. Infrastruktur jalan yang mulus, listrik yang handal, serta keamanan yang terjaminlah kunci utamanya.  Kebutuhan akan wifi yang kencang terkadang harus bersaing dengan wife. Di  abad modern zaman milenial industri 4.0 ini, sambil berwisata harus dapat bekerja dan komunikasi ke kantor induk atau klien.

Wisata alam lebih banyak di bagian Selatan, Tengah dan Barat. Gunung Sitoli, sebagai gerbang ke gugusan pulau di Samudera Hindia ini,  harus mampu menjadi hub yang asyik dan tidak hanya sekedar transit. Sinergitas antar Kabupaten dan kota merupakan keniscayaan. Festival Ya'ahowu 2018 hendaknya bukan sekedar pertandingan menonjolkan keunik unggulan masing-masing daerah. Tetapi harus bertransformasi dalam semangat persandingan dan kolaborasi.

Gunung Sitoli -- Bawo mataluo -- Pantai Sorake walau hanya berjarak 150 km, menghabiskan waktu tempuh 4 jam kendaraan darat. Sebagian jalan menelusuri garis pantai yang rawan abrasi. Rumah rumah penduduk di lahan sempit berdesak dengan parabola tua yang merangkap jemuran. Di halaman depan rumah banyak ditemukan kuburan. 

Baliho caleg berbagai partai bertabur merata sepanjang jalan di pusat pemukiman, sayangnya jarang yang  menyelipkan foto pasangan capres. Apakah sang caleg menjaring konstituen dari kedua kubu atau karena koalisi setengah hati, sulit menduganya.

Di jalanan yang sebagian tidak tergolong mulus, supir harus ekstra waspada. Seruas jalan sempit dibagi bersama petani yang sepeda motornya overweight dengan hasil panen. Satu dua anjing melintas, melewati  rombongan anak sekolah berbusana putih abu-abu. Di pasar yang hiruk, pedagang pakaian berbaur dengan penjual obat suplemen dan penjaja ikan segar. 

Kami melewati  hajatan nikah. Juga upacara adat meninggal dunia. Memento mori. Hidup hanya sementara, dan sekedar menunda kekalahan. Jadi ingat penyair Chairil yang setengah binal itu.

Jejak peninggalan budaya megalitik dan lompat batu/ Fahombo para prajurit handal yang  diwarisi para pemuda desa Gomo dan Bawo mataluo, membuat anda menahan nafas. Pelompat melayang ringan dan mendarat mulus, bak karateka Bruce Lee atau Chuck Norris dalam filem laga. 

Saya sempat berbincang dengan Pater Johannes di museum Kebudayaan Nias yang menyimpan  artefak budaya memori kolektif masyarakat pra sejarah. Beliau cerita, penduduk Nias asli dahulu ada yang tinggal di dahan kanopi pepohonan, namun tidak mampu bertahan dengan gempuran migrasi gelombang manusia berikutnya yang datang dari daratan Tiongkok melalui Yunan.

Sekelompok ibu dan remaja tanggung berkerumun di depan kantor desa, mencari namanya dalam deretan giliran penerima paket perdana konversi LPG. Mereka tidak terganggu dengan kekaguman saya ke anak muda yang melayang ringan seperti jurus gin-kang komik Kho ping hoo. Jangan jangan ibu-ibu dan remaja putri inipun adalah para pelompat handal, turunan langsung manusia Yunan yang mampu mengalahkan manusia pohon.

Mereka senang dapat perhatian Pemerintah. BPJS dan pendidikan telah merata. Air bersih dan jalanan yang rusak merupakan keluhan utama. Plus sinyal HP yang megap megap. Kami janji akan menyampaikannya ke Pusat. Mereka senang, ramah  bersahabat. Diiringi Indonesia Raya,  kami turuni 84 anak tangga desa adat Bawo mataluo, bersama pemuda dan anak anak Nias yang bersahaja. Aku janji mengupload videonya di youtube.

Jakarta, medio Desember 2018.             

Penulis -- traveller on duty

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun