Mohon tunggu...
sampe purba
sampe purba Mohon Tunggu... Pemuka Agama - Insan NKRI

Insan NKRI

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

NIAS, Nawacita Menggapai Tapal Batas

9 Desember 2018   21:22 Diperbarui: 9 Desember 2018   22:08 2071
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Kepada putri belia fotogenik duta wisata Nias yang hadir di peresmian, saya tekankan bahwa natural endowment hanyalah modal dasar menarik wisatawan. Infrastruktur jalan yang mulus, listrik yang handal, serta keamanan yang terjaminlah kunci utamanya.  Kebutuhan akan wifi yang kencang terkadang harus bersaing dengan wife. Di  abad modern zaman milenial industri 4.0 ini, sambil berwisata harus dapat bekerja dan komunikasi ke kantor induk atau klien.

Wisata alam lebih banyak di bagian Selatan, Tengah dan Barat. Gunung Sitoli, sebagai gerbang ke gugusan pulau di Samudera Hindia ini,  harus mampu menjadi hub yang asyik dan tidak hanya sekedar transit. Sinergitas antar Kabupaten dan kota merupakan keniscayaan. Festival Ya'ahowu 2018 hendaknya bukan sekedar pertandingan menonjolkan keunik unggulan masing-masing daerah. Tetapi harus bertransformasi dalam semangat persandingan dan kolaborasi.

Gunung Sitoli -- Bawo mataluo -- Pantai Sorake walau hanya berjarak 150 km, menghabiskan waktu tempuh 4 jam kendaraan darat. Sebagian jalan menelusuri garis pantai yang rawan abrasi. Rumah rumah penduduk di lahan sempit berdesak dengan parabola tua yang merangkap jemuran. Di halaman depan rumah banyak ditemukan kuburan. 

Baliho caleg berbagai partai bertabur merata sepanjang jalan di pusat pemukiman, sayangnya jarang yang  menyelipkan foto pasangan capres. Apakah sang caleg menjaring konstituen dari kedua kubu atau karena koalisi setengah hati, sulit menduganya.

Di jalanan yang sebagian tidak tergolong mulus, supir harus ekstra waspada. Seruas jalan sempit dibagi bersama petani yang sepeda motornya overweight dengan hasil panen. Satu dua anjing melintas, melewati  rombongan anak sekolah berbusana putih abu-abu. Di pasar yang hiruk, pedagang pakaian berbaur dengan penjual obat suplemen dan penjaja ikan segar. 

Kami melewati  hajatan nikah. Juga upacara adat meninggal dunia. Memento mori. Hidup hanya sementara, dan sekedar menunda kekalahan. Jadi ingat penyair Chairil yang setengah binal itu.

Jejak peninggalan budaya megalitik dan lompat batu/ Fahombo para prajurit handal yang  diwarisi para pemuda desa Gomo dan Bawo mataluo, membuat anda menahan nafas. Pelompat melayang ringan dan mendarat mulus, bak karateka Bruce Lee atau Chuck Norris dalam filem laga. 

Saya sempat berbincang dengan Pater Johannes di museum Kebudayaan Nias yang menyimpan  artefak budaya memori kolektif masyarakat pra sejarah. Beliau cerita, penduduk Nias asli dahulu ada yang tinggal di dahan kanopi pepohonan, namun tidak mampu bertahan dengan gempuran migrasi gelombang manusia berikutnya yang datang dari daratan Tiongkok melalui Yunan.

Sekelompok ibu dan remaja tanggung berkerumun di depan kantor desa, mencari namanya dalam deretan giliran penerima paket perdana konversi LPG. Mereka tidak terganggu dengan kekaguman saya ke anak muda yang melayang ringan seperti jurus gin-kang komik Kho ping hoo. Jangan jangan ibu-ibu dan remaja putri inipun adalah para pelompat handal, turunan langsung manusia Yunan yang mampu mengalahkan manusia pohon.

Mereka senang dapat perhatian Pemerintah. BPJS dan pendidikan telah merata. Air bersih dan jalanan yang rusak merupakan keluhan utama. Plus sinyal HP yang megap megap. Kami janji akan menyampaikannya ke Pusat. Mereka senang, ramah  bersahabat. Diiringi Indonesia Raya,  kami turuni 84 anak tangga desa adat Bawo mataluo, bersama pemuda dan anak anak Nias yang bersahaja. Aku janji mengupload videonya di youtube.

Jakarta, medio Desember 2018.             

Penulis -- traveller on duty

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun