Ralf Dahrendorf
Setelah membahas perspektif konflik Karl Marx dan Max Weber, perspektif konflik yang selanjutnya adalah perspektif konflik dari Ralf Dahrendorf. Dahrendorf melalui karyanya Clas and Conflict Class in Industrial Society berupaya memodifikasi konsep teori konflik Marx. Ia beranggapan bahwa konsep-konsep konflik Marx hanya berlaku pada saat masyarakat kapitalis saja, tetapi tidak pada masyarakat pasca kapitalis atau ia meyebutnya dengan masyarakat modern industrial. Menurut Dahrendorf, konflik pada masyarakat modern industrial tidak hanya dalam konteks pemilik alat-alat produksi yang selalu disangkut-pautkan Marx dengan ekonomi, politik dan sosial.
Modifikasi yang ia lakukan adalah dengan membangun pemahaman baru tentang perubahan struktur sosial masyarakat pasca kapitalis antara lain, dekomposisi kapital, dekomposisi pekerja, perkembangan kelas menengah baru, pertumbuhan mobilitas sosial dan pertumbuhan persamaan. Kelima hal tersebut menjelaskan proses perubahan masyarakat modern industrial tentang struktur kelas pekerja. Singkat kata, profesi-profesi yang muncul dikalangan masyarakat modern industrial menjadi tergolong sebagai pekerja tanpa harus memiliki alat-alat produksi. Hal ini yang menjadi kritik Dahrendorf tentang konsep-konsep konflik Marx tidak berlaku lagi dalam masyarakat modern indusrtial karena para pekerja telah menempatkan profesi-profesi mereka dan telah terlegitimasi.
Cuff & Payne (1984: 103) menyebutkan bahwa menurut Dahrendorf konflik yang terjadi dalam kelompok-kelompok kepentingan harus dipahami terlebih dahulu. Konflik dalam masyarakat pasca kapitalis telah terlembaga atau di ‘setting’.
Menurutnya, konflik telah diatur sedemikian rupa oleh kelompok yang memiliki kepentingan dan konflik tidak lagi merusak sistem sosial. Kelompok kepentingan artinya kelompok yang saling terhubung satu sama lain karena keterikatannya (Dahrendorf, 1986: 222). Selain itu, Dahrendorf mengatakan bahwa dalam masyarakat pasca kapitalis terdapat dua jenis kelompok yang mempengaruhi pembentukan kelas yakni kelompok potesial dan kelompok kepentingan, dan konflik hanya muncul pada kedua kelompok tersebut (Dahrendorf, 1986: 305-306).
Demikian penjelasan singkat perspektif konflik dari tiga tokoh sosiologi diatas. Dahrendorf dalam kritiknya terhadap konsep pemikiran Karl Marx seakan terlalu terburu-buru dalam membangun pemahaman baru terhadap masyarakat industrial modern. Karena kenyataannya kapitalis masih menguasai sebagian besar masyarakat yang tidak memiliki modal untuk usahanya atau tidak mampu untuk mencari pekerjaan apapun profesinya itu, profesi yang dijadikan suatu pekerjaan sebelumnya juga memiliki proses yang panjang untuk mendapatkan profesi tersebut. Sebagai contoh jika seorang anak miskin ingin menjadi seorang pilot atau dokter atau guru atau yang lain sebagainya, maka ia harus terlebih dahulu meraih pendidikan yang sesuai dan setara dengan profesi yang di inginkan tersebut. Oleh karena itu, bidang ekonomi menjadi salah satu konsepsi konflik baik dalam masyarakat kapitalis maupun masyarakat modern industrial sekalipun, karena saai ini yang namanya pekerjaan apapun membutuhkan modal walau sekecil apapun.
Kesimpulannya adalah konflik yang terjadi dalam masyarakat disebabkan karena adanya interaksi sosial yang telah dipengaruhi oleh struktur sosial dan terdapat kepentingan-kepentingan kelompok masing-masing didalamnya serta didominasi oleh pengaruh-pengaruh lain seperti ekonomi, sosial dan sebagainya. Konflik memang tidak terpisahkan dalam kehidupan masyarakat. Disisi lain, keberadaan konflik seharusnya memang ada, guna membangun kesatuan yang lebih kokoh dalam suatu kelompok.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H