Mohon tunggu...
Elang Salamina
Elang Salamina Mohon Tunggu... Freelancer - Serabutan

Ikuti kata hati..itu aja...!!!

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Fakta di Balik Kekalahan Donald Trump dan Ramalan buat Prabowo

8 November 2020   11:48 Diperbarui: 8 November 2020   12:01 2622
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sementara, fakta lain dari kekalahan Donald Trump ini, saya jadi teringat atas ramalan pakar komunikasi sekaligus pengamat politik, Prof. Tjipta Lesmana. 

Prof. Tjipta sempat mengutarakan analisanya di salah satu media massa arus utama, bahwa jika Joe Biden berhasil memenangkan pertarungan Pllpres AS bisa mengancam niat Menteri Pertahanan (Menhan) Prabowo Subianto menuju kursi Indonesia 1 pada Pilpres 2024 mendatang. 

Dalam pandangan Prof. Tjipta, bila Joe Biden menjadi Presiden AS diprediksi akan getol menyuarakan isu Hak Asasi Manusia (HAM) di Indonesia. Dengan begitu, hampir dipastikan Biden tidak akan mendukung siapapun kandidatnya yang memiliki rekam jejak terhadap pelanggaran HAM dimaksud. Bagaimanapun, menurutnya Indonesia akan terseret untuk selaras dengan kepentingan AS. 

Untuk itu, Prof. Tjipta mengatakan, Prabowo Subianto bukan tidak mungkin akan kembali gagal menjadi orang nomor satu di Republik Indonesia. Karena, Ketua Umum Partai Gerindra itu diduga terlibat pada kasus penculikan aktivis mahasiswa pada tahun 1997-1998 silam. Saat dirinya masih aktip di militer. 

Boleh jadi ramalan atau analisa tersebut di atas benar adanya. Namun, yang patut diingat adalah bahwa isu pelanggaran kerap menyerang Prabowo setiap kali dirinya maju Pilpres. 

Hasilnya sama-sama kita saksikan bersama, Prabowo memang selalu kandas dalam tiga kali keikutsertaannya pada pesta demokrasi lima tahunan dimaksud. Namun, saya rasa hal itu bukan karena isu pelanggaran HAM. 

Buktinya, hingga hari ini dugaan itu tidak terbukti. Saya kira, kekalahan Prabowo saat itu karena rival-rivalnya luar biasa tangguh. 

Sebut saja pada Pilpres 2009 saat masih jadi cawapres Megawati Soekarnoputri. Lawan berat ada dalam diri Soesilo Bambang Yudhoyono (SBY). Saat itu pendiri Partai Demokrat ini begitu banyak simpati publik dengan politik playing victim dan penampilan fisiknya yang dianggap mayoritas kaum emak-emak sangat pantas menjadi pemimpin. 

Kemudian pada Pilpres 2014 dan 2019 lagi-lagi Prabowo harus dipertemukan dengan lawan tangguh dalam diri Joko Widodo (Jokowi). Saat itu Jokowi memang benar-benar tengah naik daun dan sangat disukai publik. 

Jokowi kala itu dianggap representasi kepemimpinan yang tepat bagi kalangan masyarakat menengah ke bawah. Hal ini karena dia dinilai sederhana dan merakyat dalam menjalankan roda pemerintahan, sehingga mengundang banyak simpati publik. 

Salam

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun