Mohon tunggu...
Elang Salamina
Elang Salamina Mohon Tunggu... Freelancer - Serabutan

Ikuti kata hati..itu aja...!!!

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Wanita Malam itu Mantan Kekasihku

24 Oktober 2020   22:12 Diperbarui: 24 Oktober 2020   23:28 1052
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi kompas.com

Rudy pasrah. Saat memasuki kantor pimpinan redaksi salah satu majalah lokal. Bayangan kemarahan bosnya seperti telah tepat di depan mata. 

Langkah kakinya berat, tetapi dia paksakan masuk. Meski, dia tahu materi berita untuk headline yang dia emban belum beres. Karena, masih ada beberapa sumber yang belum dia dapatkan keterangannya.

"Sore, Pak," sapa Rudy, setelah tepat di depan bosnya itu. Jantungnya berdegup kencang saat si bos acuh dengan laptopnya.

"Silahkan duduk!"  ucap di bos, masih tetap acuh.

Perasaan Rudy makin tidak karuan. Namun, dia paksakan juga untuk duduk tepat di depan sang bos. Jarak mereka sangat dekat, hanya dipisahkan meja kerja.

"Sekarang, coba kamu jelaskan hasil investigasimu. Ingat, tiga hari lagi deadline!"

Keringat besar dan kecil langsung menyerang sekujur tubuh Rudy. Dia paham betul sipat bosnya itu. Bakal marah besar jika dia tahu materi beritanya belum beres. Apalagi, berita tersebut akan dijadikan halaman utama.

"Anu, Pak. Saya ... saya ...," Rudy benar-benar berada dalam tekanan dan ketakutan luar biasa.

"Anu ... anu apa? Cepat jelaskan!"  teriak si bos. Sorot matanya tajam memandangi Rudy yang tengah tertunduk.

"Maaf, saya belum berhasil mengorek informasi lebih banyak, Pak. Masih ada beberapa nara sumber belum berhasil saya temui."

Si bos langsung marah besar. Dia menggebrak meja kerjanya sangat keras, sehingga Rudy pun tampak kaget dan mukanya langsung pucat. "Ngapain aja kerja kamu. Saya tidak mau tahu, besok lusa berita itu sudah harus ada di meja kerja saya. Silahkan keluar!".

***

Lagu The Beatles berjudul "Yesterday" mengalun indah di sebuah cafe sudut kota. Di pojok ruangan, tampak Rudy sedang menilik-nilik tiga buah foto. Dua pejabat Pemda serta satu pengusaha barang jasa sukses.

"Kalian merepotkanku saja," gumam Rudy. Seorang wartawan khusus politik dan hukum.

Rudy terus memandangi tiga buah foto yang ada di tangannya. Sesekali menyeruput kopi dan menghisap rokok. Meski tampak santai, tetap saja mimik wajahnya menyiratkan kebingungan.

Selang berapa lama, Rudy mengeluarkan handphone di balik saku celananya. Kemudian menilpun seseorang. "Kalau bisa, sekarang kamu aku tungu di Selaz Caffe. Penting!"

"Oke. Aku, tunggu!" Rudy menutup handphone-nya, kemudian dimasukin lagi ke saku celana.

Lagu The Beatle yang berjudul "Hey Jude" tengah mengalun merdu saat seorang pria tegap menghampiri Rudy. Dia langsung mengajak salaman, dan duduk persis berhadapan pada satu meja yang berada di sudut cafe.

"Ada apa?" tanya pria tegap tadi.

Rudy langsung menyodorkan ketiga foto yang sedang dipegangnya pada si pria tegap. "Kamu yakin tiga orang ini terlibat kasus yang sedang aku hadapi?"

"Yakin."

"Kalau begitu, siapa wanita yang suka di-booking-nya?"

"Entahlah. Aku hanya tahu nama dan tempat mereka bermain gila." kata si pria tegap sambil menyodorkan secarik kertas.

Rudy hanya menghela nafas panjang mendengar jawaban itu. Kemudian setelah menghabiskan kopi masing-masing, keduanya pun meninggalkan cafe.

***

Di sebuah klub malam, tampak seorang wanita berambut panjang, putih mulus, dibalut dress hitam ketat. Lekukan seksi tubuhnya tampak nyata. Dia berdiri menghadap meja bartender, sambil menenteng gelas berisi minuman.

Sesekali sorot mata si wanita itu menyapu seluruh ruangan yang ada di klub malam. Masih tampak sepi, karena waktu masih menunjukan jam 19.00 WIB. Biasanya klub malam itu ramai dikunjungi setelah di atas pukul 22.00 WIB.

Kesal berdiri, si wanita seksi ini mendaratkan bokong seksinya di kursi yang tersedia untuk tamu yang ingin menikmati minuman keras hasil racikan bartender.

Dia tidak sadar, saat mulai duduk, ada seorang pemuda mengawasinya dari lobi. Kedua matanya tak lepas memandangi punggung wanita seksi itu. Ternyata, dia Rudy.

"Itu pasti orangnya," gumam Rudy. Dia pun segera mendekati tempat bartender.

Tanpa menoleh ke si wanita seksi, Rudy langsung duduk di kursi kosong lainnya. Dan, langsung memesan minuman. "Martini satu, jangan dikocok!".

Sambil menunggu pesanannya, Rudy coba memperkenalkan diri pada wanita seksi yang berada di sampingnya. "Perkenalkan saya Rudy, kamu Shinta, kan?"

Namun, wanita itu tak acuh. Tidak peduli ada pria yang mengajaknya berkenalan. Dia terus saja meneguk minuman.

Rudy tersenyum kecut. Tapi, dia tak patah arang. Dia kembali mengulurkan tangannya untuk bersalaman. "Aku Rudy, kamu, Shinta, kan?"

Merasa terus diganggu, wanita yang dianggap Shinta itu menoleh perlahan. Namun, alangkah kagetnya dia saat telah jelas memandang wajah Rudy.

"Kau ... kau ... Rudy satu kampusku, kan?".

Tanpa sadar Rudy pun melongo. Setelah jelas melihat wajah cantik wanita itu. Rudy kenal betul siapa dia.

"Kamu ...?" Rudy tak mampu meneruskan kata-katanya.

"Kau benar Rudy, kan?" kembali wanita seksi itu meyakinkan dugaannya.

"Iya. Aku Rudy! Kamu ... kamu ... Risma, kan?"

"Iya. Aku Risma!".

Mendengar jawaban si wanita seksi yang ternyata bernama Risma, si wartawan politik dan hukum itu langsung menggenggam tangan Risma. Dia adalah mantan kekasihnya, saat masih kuliah.

"Kenapa?" tanya Rudy. Dia masih tak percaya dengan pandangannya itu.

Risma terdiam. Hanya bulir air mata keluar dari kedua sudut mata indahnya itu. Alih-alih menjawab, Risma malah balik bertanya. "Kau sedang apa di sini?"

Spontan Rudy merogoh tiga foto yang ada di balik saku baju. Kemudian diperlihatkan pada Risma.

Setelah dilihat, Risma tersenyum. Rudy jelas bingung dengan perubahan sikap mantan kekasihnya itu.

"Kamu mengenal ketiga orang ini?"

Risma mengangguk. "Apa hubunganmu dengan orang-orang bejat ini?".

Naluri wartawan Rudy mengalahkan rasa bingungnya. Dia pun mengaku sedang menyelidiki prilaku ketiga orang public figure tersebut yang kabarnya suka main gila dengan para wanita malam.

"Benar mereka ini langgananmu?" tanya Rudy. Suaranya berat. Hatinya hancur. Tak tega melihat mantan kekasihnya terjerumus pada dunia malam.

"Iya. Memang aku sengaja menjeratnya agar jatuh dalam pelukanku."

"Tapi, kenapa?".

Tampak wajah Risma tak mampu menyembunyikan rasa amarah. Dia mengaku ingin menghancurkan kehidupan rumah tangga ketiga orang tersebut.

Rudy makin bingung. Dia coba menggengam kembali kedua tangan Risma. Lalu bertanya lirih. "Kenapa?".

Risma akhirnya terbuka. Dia sengaja masuk ke lembah nista demi membalas dendam atas kehancuran keluarganya, yang diakibatkan oleh ketiga orang tersebut.

"Lalu?" tanya Rudy.

Sambil bercucuran air mata, Risma menjelaskan, ayahnya yang seorang pejabat publik dijebak oleh seorang wanita muda atas suruhan ketiga orang dalam foto. Demi mendapatkan proyek miliaran rupiah.

Jebakan itu berhasil. Namun rumah tangga orang tuanya hancur. Mereka bercerai sehingga beberapa bulan kemudian ayahnya meninggal dunia. Depresi.

Mendengar penuturan mantan kekasihnya, Rudy terdiam. Lalu, dia memeluknya erat.

***

Siang itu, Rudy telah berada di kantor redaksi. Dengan langkah tegap dia memasuki ruangan kantor bosnya dengan dibarengi seorang wanita seksi.

"Saya sudah bawa bukti-bukti kuat untuk bahan berita edisi ini, Pak" terang Rudy.

Si bos sumringah. " Bagus. Tapi, siapa wanita ini?"

"Dia kekasihku, Pak,"  tegas Rudy.

"Maksudmu?"

Sambil menatap Risma, pemuda itu menjelaskan bahwa Risma adalah orang yang bisa membuktikan dugaan prilaku TO (baca: Target Operasi) terhadap ketiga orang tersebut. Namun, Rudy keberatan jika berita ini sampai dipublikasikan.

"Tapi, saya tegaskan jika materi berita ini naik cetak, saya akan resign dari perusahaan ini."

"Kenapa?" si bos, kaget.

"Sebab, saya tidak mau kekasih saya ini terseret dalam pemberitaan."

Kemudian, Rudy menjelaskan pengalamannya mencari sumber berita hingga akhirnya bertemu Risma. Setelah paham pokok masalahnya, Rudy meragu. Dia tidak mau Risma tercemar.

Mendengar penuturan anak buahnya, si bos akhirnya maklum.

"Kalau begitu berita ini kita cancel. Tapi, kau jangan resign. Segera korek info tentang tikus-tikus yang ada di kantor kejaksaan!".

"Siap, Pak."

Kedua insan itu akhirnya meninggalkan ruangan. Selanjutnya, mereka merenda kembali merenda hubungan mereka yang sempat putus.

Tamat

Artikel ini pernah tayang di Secangkir kopi bersama

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun