"Oh, gitu? Asik dong banyak duit," aku sedikit menggodanya.
Ternyata godaanku itu ditanggapi kurang senang oleh Ros. Dia mengaku dalam beberapa bulan terakhir penghasilannya turun drastis.
"Banyak duit apaan. Repot sekarangmah, ah."
"Koq, repot. Emangnya kenapa?" Aku pura-pura tidak paham.
Dengan gamblang Ros mengaku bahwa semenjak banyak tempat hiburan tutup, jarang sekali pria hidung belang yang mengontaknya untuk memesan wanita wanita-wanita yang dia asuh. Dalam seminggu paling cuma tiga atau empat orang saja. Bahkan, parahnya dia pun kadang suka menerima order sendiri kalau ada pria yang menginginkannya.
Padahal sebelum pandemi, dalam sehari dia bisa menerima pesanan hingga lima atau enam orang pria hidung belang. Untuk itu dia hanya ongkang-ongkang kaki sambil menikmati uang komisi dari para wanita yang mendapatkan order.
Lebih jauh, Ros pun mengungkapkan bahwa tarif yang dia patok untuk sekali kencan tidak segede pada saat belum pandemi. Dulu Ros mematok tarif paling mahal hingga Rp. 700.000 untuk wanita muda cantik dan masih baru. Sedangkan termurah Rp. 300.000 untuk wanita yang peminatnya mulai kurang.
Akan tetapi, sekarang dia harus banting harga. Tarif paling mahal Rp. 250.000. bahkan, jika wanita asuhan mau, Rp. 150. 000 pun dilepas.
Menurutnya, tarif yang dia terapkan itu masih mending. Dia pernah mendapat keluhan dari salah seorang rekannya sesama wanita malam. Si wanita itu sempat merelakan tubuhnya dinikmati lelaki hidung belang hanya dengan tarif Rp. 50.000, demi bisa memberikan uang jajan untuk anaknya.
Padahal, masih menurut Ros, wanita yang disebutkannya itu biasaanya memasang tarif sekitar Rp. 200. 000.
"Makanya saya ingin wabah ini cepat beres. Mau cari kerja lain juga apa. Sekarang apa-apa serba susah," ungkap Ros.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!