Tak hanya itu, di kedai ini juga dilengkapi dengan makanan dan minuman lainnya.
Saat kami asik bercengkrama sambil ngobrol ngalor-ngidul sambil menikmati suasana malam, tiba-tiba masuk dua perempuan. Satu wanita manis dengan usia tak lebih dari 22 tahun dan satunya lagi berusia sekitar 28 tahun. Tapi tidak kalah menarik.
Jujur, aku kenal dengan kedua wanoja tersebut. Bahkan pada yang usianya lebih tua justru cukup akrab. Dia salah seorang mucikari yang biasa dipinta bantuan apabila ada salah seorang sahabat membutuhkan kehangatan pelukan wanita malam. Sebut saja namanya Ros (bukan nama sebenarnya).
"Ros..!" Aku coba memanggilnya.
Spontan Ros pun mencari arah suara yang memanggilnya. Lalu, dia memandangku sambil melemparkan senyum. Dia bersama satu wanita lainnya pun ikut bergabung.
"Wah, sepertinya mau pesen, ya?" tanpa sungkan Ros langsung straight to the poin. Maksud pesen di sini adalah memesan wanita tentunya.
Aku yang sudah paham dengan makusdnya hanya tersenyum sambil menggelengkan kepala.
"Nggak, lah. Kita hanya sekadar nongkrong saja sebelum pulang."
"Oh," jawab Ros datar. Raut mukanya tampak sedikit kecewa.
Setelah beberapa lama kami berlima ngobrol, aku mulai iseng bertanya tentang kegiatan Ros sekarang. Dengan enteng dia mengaku masih menjalankan profesi lamanya sebagai mucikari.