Mohon tunggu...
Elang Salamina
Elang Salamina Mohon Tunggu... Freelancer - Serabutan

Ikuti kata hati..itu aja...!!!

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Napak Tilas Pilpres 2019 dan Pengakuan Prabowo Jika Jadi Presiden

17 Oktober 2020   20:25 Diperbarui: 17 Oktober 2020   20:37 214
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cebong dan Kampret adalah warna pada Pilpres 2019. Hingga rakyat hampir terpecah belah. 

KONTESTASI Pemilihan Presiden (Pilpres) 2019 mungkin yang terpanas sepanjang sejarah politik tanah air. Pada saat itu terjadi head to head antara pasangan Joko Widodo (Jokowi)-KH. Ma'ruf Amin dengan pasangan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno. 

Menyandang status incumbent atau petahana, kala itu Jokowi tak menemui hambatan berarti untuk membentuk koalisi. Bersama Ma'ruf Amin, mantan Gubernur DKI Jakarta itu disokong oleh sembilan partai politik (Parpol) yang diikat Koalisi Indonesia Kerja (KIK). Mereka itu adalah PDIP, PKB, Golkar, Perindo, NasDem, Hanura, PKPI, PSI, dan PPP. 

Sementara rivalnya Prabowo-Sandiaga hanya didukung oleh lima parpol. Gabungan mesin politik ini diberi nama Koalisi Indonesia Adil dan Makmur. Mereka adalah Partai Gerindra, Demokrat, PKS, PAN dan Partai Berkarya. 

Persaingan pada kontestasi Pilpres kala itu tak hanya panas antara dua pasangan, tetapi menjalar hingga ke para pendukungnya. Cebong sebagai pendukung Jokowi cs dan Kampret pendukung kubu Prabowo pun kerap hampir terjadi bentrokan. 

Kedua kubu terus memanas selama musim kampanye. Saling serang melalui 'udara' atau melalui media massa maupun serangan 'darat' acap kali terjadi. 

Black campaign atau kampanye hitam seolah menjadi halal. Kubu Jokowi salah satunya menyerang Sandiaga Uno dengan isu situs skandalnya. Dan, Prabowo diserang dengan uang berstempel dirinya. 

Tak mau kalah, kubu Prabowo pun menyerang Jokowi. Hanya saja isu yang disebarkan boleh disebut usang, karena pernah muncul saat Pilpres 2014. Isu PKI. 

Selain itu masih banyak peristiwa-peristiwa lain yang semakin memanaskan tensi persaingan diantara kedua pasangan tersebut. Salah satunya masalah intoleransi. 

Bersyukur, Pilpres 2019 akhirnya bisa berlangsung relatif aman dan terkendali. Sebagai petahana, Jokowi bersama pasangannya Ma'ruf Amin berhasil keluar sebagai pemenang. Berdasarkan hasil rekapitulasi Komisi Pemilihan Umum (KPU) mereka mendulang 55,50 persen suara. Sedangan rivalnya, Prabowo-Sandi hanya mampu meraup 44,50 persen suara. 

Dengan hasil tersebut, untuk kedua kalinya berturut-turut, Jokowi mampu menang head to head atas Prabowo. Sebelumnya terjadi pada Pilpres 2014. 

Prabowo Gabung ke Koalisi Jokowi 

Tak sedikit yang menduga, pasca Pilpres tensi persaingan kedua kubu akan tetap panas. Dan, terbukti kubu Prabowo tidak terima hasil Pilpres. Mereka menggugat ke Mahkamah Konstitusi (MK). Persis seperti yang dilakukannya pada Pilpres 2014. Namun, lagi-lagi gugatan tersebut tak membuahkan hasil. Jokowi-Ma'ruf tetap saja dinyatakan sebagai pemenang. 

Siapa sangka, jelang pelantikan Jokowi dan Ma'ruf sebagai presiden dan wakil presiden, Prabowo dan Partai Gerindra yang selama ini menjadi rival utama memutuskan bergabung dengan koalisi pemerintah. 

Keputusan Prabowo ini menjadi headline di hampir pemberitaan media arus utama kala itu. Pro kontra juga tak terelakan. 

Satu sisi, Prabowo dicap pengkhianat oleh mantan sekutunya. Mereka merasa kecewa dan memutuskan tidak akan lagi mendukung mantan Danjend Kopasus tersebut. 

Namun, di sisi lain keputusan Prabowo ini disambut suka cita. Karena dianggap bisa merekatkan kembali perpecahan yang sempat terjadi di masyarakat. 

Prabowo pun dinilai bisa menutupi kelemahan-kelemahan yang ada pada diri atau kebijakan Jokowi. Dalam hal ini ada beberapa program kerja bagus Prabowo saat kampanye bisa diadopsi. 

Pro kontra hingga hari ini masih tetap terjadi meski tensinya tak sepanas awal bergabung. Namun begitu tak menyurutkan langkah Prabowo. Seperti diketahui, Prabowo saat ini dipercaya menjadi Menteri Pertahanan (Menhan) pada Kabinet Indonesia Maju (KIM). 

Prabowo Jika Terpilih 

Dalam beberapa waktu terakhir, terutama sejak Pandemi virus Korona (Covid-19) menyerang tanah air. Kinerja para menteri Jokowi banyak mendapat sorotan negatip dari sejumlah kalangan. Ada anggapan bahwa hal tersebut sebagai salah satu kegagalan orang nomor satu di Republik Indonesia ini dalam memilih para pembantunya di kabinet. 

Pertanyaannya, jika Prabowo Subianto yang terpilih jadi presiden, apakah pilihannya bakal beda? Ternyata tidak. 

Prabowo mengatakan, nama-nama yang dipilih Presiden Jokowi adalah yang terbaik di bidangnya masing-masing. Ia mengatakan jika dirinya terpilih menjadi Presiden di Pilpres 2019, kemungkinan besar akan memilih orang-orang yang sama. 

"Seandainya pun, umpamanya kemarin Saya yang presiden, saya lihat kok ini ini saya akan milih juga untuk kabinet saya," ujar Prabowo dalam wawancara eksklusif yang disampaikan oleh DPP Partai Gerindra. (Kompas TV). 

Pasalnya, saat menjadi pemimpin negara, menurut Prabowo harus mencari orang-orang terbaik untuk membangun dan memajukan bangsa.

Masih dikutip dari Kompas TV, Prabowo juga melihat bahwa yang dipilih Presiden Jokowi sebagai menterinya banyak yang terbaik. Bahkan jika dirinya menjadi presiden, kemungkinan ia juga akan memilih orang yang dipilih oleh Jokowi.

"Jadi saya lihat banyak yang dipilih pak Jokowi itu memang kalau saya jadi presiden bahkan saya juga ingin milih dia juga gitu dalam hati," kata Prabowo. 

Merujuk pada pernyataan Prabowo Subianto, boleh jadi para menteri Jokowi tersebut adalah yang terbaik. Artinya, mereka bukan tidak bisa bekerja, tetapi ada hal-hal lain yang membuat mereka seolah tak mampu bekerja. 

Pematiknya tentu bisa beragam. Misal, politik, kepentingan internal kementrian masing-masing atau tekanan lain dari pihak eksternal. Tentu ini sekadar dugaan. Yang lebih tahu alasan kinerja menterinya kurang memuaskan adalah Jokowi dan jajarannya sendiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun