Dengan hasil tersebut, untuk kedua kalinya berturut-turut, Jokowi mampu menang head to head atas Prabowo. Sebelumnya terjadi pada Pilpres 2014.Â
Prabowo Gabung ke Koalisi JokowiÂ
Tak sedikit yang menduga, pasca Pilpres tensi persaingan kedua kubu akan tetap panas. Dan, terbukti kubu Prabowo tidak terima hasil Pilpres. Mereka menggugat ke Mahkamah Konstitusi (MK). Persis seperti yang dilakukannya pada Pilpres 2014. Namun, lagi-lagi gugatan tersebut tak membuahkan hasil. Jokowi-Ma'ruf tetap saja dinyatakan sebagai pemenang.Â
Siapa sangka, jelang pelantikan Jokowi dan Ma'ruf sebagai presiden dan wakil presiden, Prabowo dan Partai Gerindra yang selama ini menjadi rival utama memutuskan bergabung dengan koalisi pemerintah.Â
Keputusan Prabowo ini menjadi headline di hampir pemberitaan media arus utama kala itu. Pro kontra juga tak terelakan.Â
Satu sisi, Prabowo dicap pengkhianat oleh mantan sekutunya. Mereka merasa kecewa dan memutuskan tidak akan lagi mendukung mantan Danjend Kopasus tersebut.Â
Namun, di sisi lain keputusan Prabowo ini disambut suka cita. Karena dianggap bisa merekatkan kembali perpecahan yang sempat terjadi di masyarakat.Â
Prabowo pun dinilai bisa menutupi kelemahan-kelemahan yang ada pada diri atau kebijakan Jokowi. Dalam hal ini ada beberapa program kerja bagus Prabowo saat kampanye bisa diadopsi.Â
Pro kontra hingga hari ini masih tetap terjadi meski tensinya tak sepanas awal bergabung. Namun begitu tak menyurutkan langkah Prabowo. Seperti diketahui, Prabowo saat ini dipercaya menjadi Menteri Pertahanan (Menhan) pada Kabinet Indonesia Maju (KIM).Â
Prabowo Jika TerpilihÂ
Dalam beberapa waktu terakhir, terutama sejak Pandemi virus Korona (Covid-19) menyerang tanah air. Kinerja para menteri Jokowi banyak mendapat sorotan negatip dari sejumlah kalangan. Ada anggapan bahwa hal tersebut sebagai salah satu kegagalan orang nomor satu di Republik Indonesia ini dalam memilih para pembantunya di kabinet.Â