Bukan mustahil nama Anies Baswedan, Ridwan Kamil dan Khofifah Indar Parawansa merosot elektabilitasnya karena tidak mendengar aspirasi para buruh dan mahasiswa, sebagai representasi suara rakyat.Â
Beda hal jika mereka mendengarkan aspirasi dan satu suara dengan para buruh dan mahasiswa. Nilai tawar politik yang mereka dapatkan akan jauh lebih menguntungkan. Dan peluangnya maju Pilpres lebih besar.Â
"Mereka kan tidak memiliki partai politik, Kang?" tanya penulis terhadap sahabatku itu.Â
Kembali, sahabat penulis ini mengungkapkan analisanya. Sejauh ini ada beberapa partai politik kompeten tapi tidak memiliki kader mumpuni untuk dicalonkan. Mumpuni di sini bukan hanya tentang intelektualitas dan pemahaman masalah. Tapi memiliki popularitas dan elaktibikitas yang cukup memadai.Â
Pasalnya kedua faktor terakhir adalah modal utama pencalonan atau dicalonkan dalam sistem pemilihan langsung. Nah, jika pada saatnya kelak popularitas dan elektabilitas mereka (Anies, Ridwan dan Khofifah) tinggi, bukan mustahil malah cenderung dipastikan partai-partai politik yang tidak memiliki calon akan meminangnya.Â
Maka dari itu, nama-nama seperti Anies Baswedan, Ridwan Kamil dan Khofifah Indar Parawansa akan cenderung memihak aspirasi rakyat. Hal tersebut dimaksudkan untuk menjaga popularitas dan elektabilitasnya untuk kemudian berharap dipinang partai politik.Â
Sekalipun pada akhirnya tidak terpilih pada Pilpres 2024. Ketiga nama ini masih berkepentingan mempertahankan posisinya sebagai gubernur. Sebab masing-masing baru menjabat satu periode.Â
Begitulah analisa sahabat penulis terkait adanya aksi penolakan UU Ciptaker dari ketiga nama gubernur. Yuk, lanjut ngopi!
Salam
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H