Mohon tunggu...
Elang Salamina
Elang Salamina Mohon Tunggu... Freelancer - Serabutan

Ikuti kata hati..itu aja...!!!

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Puan (Kembali) Polah, Hubungan SBY-Mega Makin Runyam?

7 Oktober 2020   19:34 Diperbarui: 7 Oktober 2020   19:43 2132
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

PUAN Maharani beberapa waktu lalu sempat menjadi bulan-bulanan publik dan warganet. Hal itu dipantik oleh ucapannya bahwa warga Sumatera Barat (Sumbar) kurang mendukung Pancasila. Hal tersebut dia sampaikan saat pengumuman pasangan calon Pilgub Sumbar yang diusung partainya, PDI Perjuangan. 

Polah Puan itu tidak hanya trending di media sosial dan menuai banyak kritik. Akan tetapi harus dibayar mahal dengan mundurnya pasangan calon dari usungan PDI Perjuangan. 

Dengan demikian, pertama kali dalam sejarah bahwa partai berlambang banteng gemuk moncong putih ini tidak turut serta dalam kontestasi Pilgub Sumbar. 

Belum juga peristiwa yang dianggap menyinggung masyarakat Minangkabau itu benar-benar hilang dari ingatan publik, Puan kembali menjadi sorotan tajam. 

Dalam sidang paripurna pengesahan Omnibus Law RUU Cipta Kerja, Senin (5/10/20), perempuan kelahiran Jakarta, 6 September 1973 tersebut dianggap telah melakukan sabotase terhadap salah seorang anggota DPR Fraksi Demokrat, Irwan Fecho. 

Sabotase yang dilakukan Puan adalah mematikan mikropon saat Irwan Fecho tengah melakukan interupsi. Sialnya, prilakunya itu tertangkap kamera dan beredar luar di media sosial. 

Terang saja, putri kandung dari Ketua Umum (Ketum) PDI Perjuangan, Megawati Soekarnoputri ini kembali harus menelan pil pahit. Apa yang pernah dialaminya saat menyinggung perasaan masyarakat Minangkabau harus kembali dirasakan. Lagi, Puan menjadi bulan-bulanan publik dan warganet. 

Parahnya, Ketua DPR perempuan pertama di Indonesia ini dianggap anti demokratis oleh banyak kalangan, terutama oleh pihak-pihak yang menolak RUU Cipta Kerja. Pasalnya, Puan dianggap telah membungkam aspirasi anggota dewan lainnya untuk menyampaikan aspirasi. 

Tidak sampai di situ. Setelah mikropon Irwan Fecho dimatikan, interupsi anggota Fraksi Demokrat lainnya, seperti Beny Kaharman pun tak digubris. Akibatnya, para anak buah Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) tersebut walk out dari jalannya sidang. 

Ancam Elektabilitas Puan 

Puan Maharani dalam kurun waktu tak terlalu lama menjadi bahan cibiran dan bulan-bulanan publik tentu tidak akan menguntungkan dirinya secara politik. Dua peristiwa tersebut (kasus Sumbar dan sabotase mikropon) bisa jadi akan membuat angka elektabilitas dirinya terancam lebih jeblok. 

Sebagaimana diketahui, angka elektabilitas adalah hasil survei berdasarkan kepercayaan publik terhadap hal yang ditanyakan atau disurveikan. Nah, dua kejadian yang menimpa Ketua DPR RI ini jelas-jelas bersinggungan dengan masyarakat luas. 

Pertama pastinya dengan masyarakat Sumatera Barat, yang sudah barang tentu hampir tersebar di seluruh nusantara. Kedua sudah barang tentu dengan masyarakat buruh, yang aspirasinya tidak didengar. 

Bukan mustahil jika tidak ada gerbrakan Puan yang bisa diterima masyarakat luas akan sangat berdampak buruk terhadap raihan elektabilitasnya. Dan, hal ini akan sangat merugikan PDI Perjuangan apabila partai ini masih kekeuh memprioritaskan namanya menjadi kandidat Pilpres 2024. 

Sekedar mengingatkan, sebelum terjadi dua peristiwa tersebut di atas, elektabilitas Puan Maharani masih sangat jauh dari kata memuaskan untuk bisa dicalonkan. Dia masih bercokol di papan bawah dengan raihan 2 persen berdasarkan survei terakhir Indikator Politik Indonesia (IPI) yang dilaksanakan pada medio Juli 2020. 

Meski begitu, sebenarnya PDI Perjuangan tidak usah risau jika elektabilitas Puan Maharani jeblok bahkan lebih parah dari hasil survei terakhir IPI, asal bisa membuka pintu kesempatan lebih lebar terhadap kader partai lainnya. 

Kader dimaksud adalah Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo. Pasalnya, menurut hasil survei IPI pada waktu yang sama, politisi senior PDI Perjuangan ini justru menempati peringkat paling atas, 16,2 persen. 

Mega - SBY Makin Runyam? 

Aksi walk out anggota Fraksi Demokrat dan disabotasenya mikropon Irwan Fecho pada saat sidang paripurna bukan kali pertama terjadi. Sebelumnya telah cukup banyak peristiwa serupa dalam perjalanan sejarah DPR RI. 

Namun, pada peristiwa terakhir ini cukup menarik kita bahas. Pasalnya melibatkan dua partai politik yang sudah lebih dari satu dekade ini berseteru. PDI Perjuangan dan Demokrat. 

Ya, untuk lebih tepatnya perseteruan antara tokoh dari masing-masing partai, yakni SBY dari Demokrat dan Megawati dari PDI Perjuangan. Meski SBY bukan lagi ketua umum partai, namanya jelas tidak bisa dipisahkan. Sebab, dia yang telah mendirikan partai ini para tahun 2003 silam. 

Beberapa waktu lalu, disharmonis hubungan SBY - Mega sudah mulai coba dicairkan dengan bertemunya pala putra kedunya. AHY dengan Puan. 

Tapi, dengan terjadinya beda pandangan politik ditambah lagi dengan aksi sabotase Puan yang diakhiri aksi walk out Fraksi Demokrat, bukan tidak mungkin akan semakin membuat runyam hubungan SBY dengan Megawati. Sekaligus semakin memperlebar jarak hubungan kedua partai. 

Tengok saja, pasca sidang paripurna para politisi Partai Demokrat menyerang dan mengkritik keras Puan Maharani sebagai representasi dari PDI Perjuangan. Salah satunya datang dari Kepala Badan Pemenangan Pemilu DPP Partai Demokrat, Andi Arief. Dia menyindir masa lalu Puan melalui akun twitter miliknya. 

"Anggota Fraksi Demokrat sedang bicara, tiba-tiba mic dimatikan. Dulu kau menangis saja kami berikan tampungannya dalam wajan-wajan penghormatan. Puan Marahani," tulisnya. (Pikiran Rakyat.com). 

Masih dikutip dari Pikiran Rakyat.com, Imelda Sari juga melontaroan sindiran halus dengan mempertanyakan keberlangsungan demokrasi di negeri ini. 

"Gambar berbicara, saat anggota Fraksi Demokrat, Irwan Fecho bicara menyampaikan sikap anggota, mic dimatikan oleh Pimpinan DPR. This is democracy?" tanyanya. 

Salam

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun