Mohon tunggu...
Elang Salamina
Elang Salamina Mohon Tunggu... Freelancer - Serabutan

Ikuti kata hati..itu aja...!!!

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Anies-Gatot Superior Jika Manfaatkan Politik "Mulung Muntah" dari Mantan Pendukung Prabowo

5 Oktober 2020   19:16 Diperbarui: 5 Oktober 2020   19:23 649
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

UNTUK beberapa waktu ke depan, saya sudah berniat untuk tidak dulu membahas soal Pilpres 2024. Baik itu tentang kemungkinan koalisi partai, maupun mengulik para kandidat yang kira-kira memiliki peluang cukup besar, dilihat dari kacamata politik hari ini. 

Hanya saja, niat ini terpaksa diurungkan setelah saya membaca sebuah artikel atau tepatnya berita dari Sindonews.com tentang kemungkinan bersatunya Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan dengan salah seorang prepdeklarator Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia (KAMI), Gatot Nurmantyo. 

Saya jadi terpancing kembali untuk coba sedikit membedhanya. Tentu, disesuaikan dengan kemampuan seuprit saya sendiri dalam memahami politik praktis. 

Adalah pakar hukum tata negara, Refly Harun yang menganalisa bahwa adanya kemungkinan Anies dan Gatot "dikawinkan" pada Pilpres 2024 mendatang. Hal tersebut dia utarakan di channel Youtubenya sendiri. Refly Harun. 

Dalam kesempatan itu, Refly menilai akan menjadi sebuah kekuatan dahsyat apabila Anies dan Gatot Nurmantyo dipersatukan sebagai simbol perlawanan dari rezim saat ini. 

"Ceruk kosong yang ditinggalkan Prabowo, sejauh ini Anies Baswedan yang mengisi. Banyak sekali pendukung Prabowo yang kecewa kemudian menjagokan Anies Baswedan yang dianggap sekarang sebagai simbol perlawanan the establishment rezim Jokowi," kata Refly. (Sindonews.com) 

Di sisi lain, lanjut Refly, akhir-akhir ini, sejak Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia (KAMI) dideklarasikan dan ada pengadangan di mana-mana, nama Gatot Nurmantyo yang merupakan Presidium KAMI melonjak, naik terus, dan ada kemungkinan diperhitungkan dalam perhelatan 2024. Hal ini, masih dikatakan Refly akan menjadi keuntungan sendiri bagi Gatot. 

Permasalahannya tinggal menentukan siapa yang mau menjadi nomor dua (Baca: calon wakil presiden). Sebab, diyakini dalam masing-masing benak psikologis keduanya harus menjadi nomor satu. 

Merujuk pada pernyataan Refly tersebut di atas, ada dua hal menarik yang ingin saya utarakan dalam kesempatan ini. Apa sajakah? 

Pertama, KAMI buka kedok

Analisa atau statement Refly Harun tentang mantan Panglima TNI, Jendral (Purn) Gatot Nurmantyo yang memiliki syahwat maju Pilpres dan memiliki kesempatan bagus seolah membuka kedok KAMI yang selama ini kekeuh pada pendiriannya sebagai kelompok pergerakan moral masyarakat. 

Nyatanya, Refly yang juga salah seorang deklarator KAMI secara terang-terangan menyebutkan nama koleganya, Gatot Nurmantyo sebagai salah seorang yang berpeluang maju Pilpres. Dalam pandangan sederhana saya, ini merupakan cara KAMI secara perlahan memasuki ranah politik. 

Kedua, coba manfaatkan politik mulung muntah 

Mulung muntah adalah istilah bahasa sunda yang dalam arti sebenarnya berarti mungut muntah atau sisa. Namun, mulung muntah di sini adalah sebuah arti kiasan yang berarti mengambil kesempatan dalam kesempitan. 

Tak dipungkiri, pasca bergabungnya Gerindra dan Prabowo Subianto dengan koalisi pemerintahan, banyak pendukungnya kecewa. Mereka akhirnya memilih untuk mencari dukungan lain. 

Diantara para pendukung militan Prabowo saat Pilpres 2019 adalah Persaudaraan Alumni (PA) 212 dan Gerakan Nasional Pengawal Fatwa (GNPF). Jumlah dukungan dari kedua kelompok ini tidaklah sedikit. Mereka adalah sebuah kelompok dengan basis massa cukup banyak. Belum lagi ditambah dengan kelompok lain yang juga merasa kecewa terhadap sikap politik Prabowo. 

Nah, apa yang dikatakan Refly Harun tersebut di atas adalah kesempatan Anies dan Gatot untuk mulung muntah dua kekuatan ini dari pihak sebelumnya, Prabowo Subianto. 

Peluang mendapatkan dukungan dari dua kelompok besar ini sangat terbuka lebar. Sebab, seperti dikatakan Refly, kedua kelompok ini adalah representasi kelompok perlawanan terhadap pemerintah. 

Hal tersebut sejalan dengan langkah politik yang diambil Anies dan Gatot. Sejauh ini kedua tokoh tersebut juga disebut-sebut sebagai simbol perlawanan pemerintah. 

Jadi, sepakat dengan Refly Harun, jika kedua kelompok ini bersatu dan dukungannya dicurahkan sepenuhnya kepada Anies dan Gatot (jika bersatu), akan menjadi sebuah kekuatan yang cukup diperhitungkan pada Pilpres 2024. 

Refly Harun Lupa

Ya, jika Anies dan Gatot Nurmantyo bersatu dan mampu mulung muntah dari suara pendukung Prabowo, diprediksi menjadi sebuah kekuatan yang patut diperhitungkan pada Pilpres 2024 mendatang. Sebagaimana diutarakan Refly Harun. 

Hanya saja, Refly Harun juga jangan lupa bahwa sekuat apapun dukungan jika Presidential Threshold atau ambang batas Pilpres 25 persen suara syah nasional atau 20 persen dari jumlah total kursi DPR tidak dirubah, akan percuma. Artinya, Anies dan Gatot masih harus bisa meyakinkan partai politik untuk meminangnya. 

Kemungkinan, PKS bisa diharapkan untuk meminang Anies dsn Gatot, karena posisinya sebagai partai oposisi. Namun,  ini belum cukup memenuhi regulasi ambang batas. 

Sementara, partai-partai oposisi lainnya, misal PAN dan Demokrat sepertinya sulit untuk mendukung pasangan Anies - Gatot, mengingat kedua partai ini juga memiliki kepentingan politik internal. 

PAN kecenderungannnya tengah mendekati koalisi pemerintahan. Sedangkan Demokrat, sejak awal menjagokan ketua umumnya, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) untuk maju pilpres. 

Pun dengan partai-partai politik yang sekarang tergabung dalam koalisi pemerintah akan sulit mendukung pasangan Anies - Gatot. Alasannya, mereka juga bakal lebih menjagokan kadernya sendiri dibanding orang lain. 

Jadi kesimpulannya, Anies dan Gatot boleh jadi memiliki modal basis dukungan cukup. Namun demikian mereka harus terus berusaha mendongkrak elektabilitas dirinya jaih lebih tinggi. 

Pasalanya, dengan elektabilitas yang tinggi, saya rasa bukan mereka yang harus mencari partai politik. Akan tetapi, partai politik sendiri yang bakal datang untuk mengajukan dukungannya. 

Waktu empat tahun ini menjadi kesempatan mereke berdua untuk membuktikan diri layak diusung. Dan, harus dimanafaatkan sebaik mungkin. Jika tidak, jangan harap ada partai politik yang mau meminangnya. 

Salam

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun