Mohon tunggu...
Elang Salamina
Elang Salamina Mohon Tunggu... Freelancer - Serabutan

Ikuti kata hati..itu aja...!!!

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Najwa Setelah Drama “Kursi Kosong”

4 Oktober 2020   21:29 Diperbarui: 4 Oktober 2020   22:00 1612
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

DUA NAMA cukup tenar tanah air, Menteri Kesehatan (Menkes) Terawan Agus Putranto dan Jurnalis kondang, Najwa Shihab sepekan terakhir kembali menjadi pusat perhatian publik. Pemantiknya adalah "Drama Kursi Kosong".

Ya, sebagaimana diketahui, beberapa waktu lalu video unggahan Najwa Shihab dengan kursi kosong mendadak viral di media sosial. Dalam video tersebut, wanita yang akrab disapa Mbak Nana ini mendeskripsikan diri seolah sedang mewawancara Menkes Terawan. 

Beragam intepretasi terhadap unggahan video ini pun muncul. Ada yang bilang, Najwa Shihab sudah tidak bisa menahan kesabarannya, karena selalu gagal mengundang Menkes Terawan ke program acaranya. Tak sedikit pula yang menduga bahwa hal itu satire dari wanita kelahiran Makasar, 16 September 1977 tersebut. 

Jamak jika ada yang menilai demikian terhadap Najwa, mengingat dalam pengakuannya terhadap beberapa media massa, dia telah berulang kali mengundang mantan Kepala Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) itu. Namun, yang bersangkutan tak pernah sekalipun mau hadir. 

Seperti telah disinggung, sorotan publik akibat "Drama Kursi Kosong" juga menyasar kepada Menkes Terawan. Jendral bintang tiga itu langsung menjadi bulan-bulanan masyarakat, karena dianggap tidak bertanggung jawab terhadap tugas dan fungsinya selaku Menkes. Terutama soal penanganan virus Korona (Covid-19). 

Tak bisa disalahkan apabila reaksi publik begitu pedas. Sebab, sejak virus Korona mewabah di tanah air pada awal bulan Maret 2020, Menkes Terawan seolah tak mampu mengeluarkan kemampuannya untuk memutus rantai penyebaran virus. 

Alih-alih memutus mata rantai penyebaran, yang ada lonjakan kasus positif oleh virus Korona semakin meningkat. Malah, sekarang kasusnya sudah jauh melebihi negara asal virus. China. 

Parahnya, di saat negara tengah kelimpungan menangani virus Korona, pria kelahiran Yogyakarta, 5 Agustus 1964 itu seolah hilang ditelan bumi. Dia jarang sekali muncul di hadapan publik untuk memberi tahu apa sebenarnya yang terjadi. 

Selama ini justru Presiden Jokowi dan menteri lainnya yang lebih kelihatan aktip dalam penanganan virus. Sementara Menkes? Entahlah. Apakah dia sengaja sembunyi atau "disembunyikan" guna menghindari kegaduhan. 

Penulis sengaja sebut "menghindari kegaduhan" karena gaya komunikasi publik para menteri Jokowi, khususnya Menkes Terawan memang sangat lemah. Artinya, sebaik apapun program kerja jika disampaikan kurang tepat bakalan memantik intepretasi beragam, yang berujung silang pendapat. 

Salah satu contoh yang masih lekat dalam ingatan, Menkes Terawan dengan percaya diri mengatakan bahwa masyarakat Indonesia kebal terhadap virus Korona karena kekuatan doa. 

Penulis rasa, tidak ada maksud jelek darinya. Dia mungkin ingin memberikan rasa aman dan nyaman terhadap publik agar jangan panik. Tapi, saat cara penyampaiannya tidak tepat, membuat Menkes Terawan menuai cibiran. 

Nah, mungkin karena hal itu Menkes Terawan "ditarik mundur" oleh Presiden Jokowi untuk fokus bekerja di balik layar. Sementara urusan lapangan diserahkan pada menteri lainnya. 

Namun begitu, pikiran pemerintah dan masyarakat kerap tak sejalan. Publik selalu ingin melihat aksi nyata. Maka, saat unggahan video "Drama Kursi Kosong" beredar luas di media sosial, publik langsung menyalahkan Menkes Terawan. Bahkan, diantaranya ada yang meminta Presiden Jokowi untuk segera mencopot jabatannnya.

Terawan Dibela, Najwa Di-bully

Pro kontra dalam kehidupan sosial maupun pemerintahan adalah hal lumrah. Pun dengan kasus yang mendera Menkes Terawan. 

Seperti diketahui, sejak unggahan video "Drama Kursi Kosong" viral. Bannyak pihak langsung menyudutkan Menkes Terawan dan mengapresiasi Najwa Shihab. 

Kendati begitu, di pihak lain ada juga yang berlaku sebaliknya. Dalam hal ini, Menkes Terawan dibela, sementara Najwa Shihab bagian mendapat cibiran atau di-bully. 

Pihak yang membela Menkes Terawan diantaranya datang dari politisi PDI Perjuangan, Dewi Tanjung. Wanita yang biasa dipanggil Nyai Dewi ini meminta presenter Najwa Shihab untuk tidak menciptaoan polemik dan menyudutkan pemerintah di tengah pandemi covid-19. 

"Najwa Shihab, harusnya di saat negara tengah mengalami penyebaran Covid-19 kau jangan membuat gaduh dengan berita-berita yang menyudutkan pemerintah," kata Nyai Dewi, Sabtu (3/10/2020). (Warta Ekonomi). 

Masih dikutip dari Warta Ekonomi.com, Dewi menilai tindakan Najwa aneh dan tidak jelas arah. Hal itu lebih condong tindakan perundungan terhadap Menkes Terawan. 

"Sebagai manusia yang beragama harusnya kau punya hati nurani bukan menghakimi setiap orang yang kau wawancara. Nyari rating jangan begitu amat," imbuh Nyai Dewi. 

Tidak hanya Dewi Tanjung. Bentuk pembelaan terhadap Menkes Terawan juga datang dari Advokat sekaligus pengamat kebijakan publik, Azas Tigor Nainggolan. Dia menyesalkan aksi Najwa Shihab, karena akan mencederai citra positif yang sudah tersemat pada putri mantan Menteri Agama, Quraish Shihab tersebut. 

Dikutip dari Tribunnews.com, Tigor menyebut bahwa menolak hadir dalam undangan program wawancara hal wajar sebagai pejabat publik. Terlebih jika calon narasumber merasa tidak aman dan tidak nyaman. 

Menurut Tigor, penolakan bisa dilakukan jika ada indikasi wawancara itu memiliki maksud tertentu. Misal untuk menyudutkan pihak lain atau malah memojokan pribadi yang diwawancara. 

Pernah penulis tulis sebelumnya, pegiat media sosial, Denny Siregar pun sempat membela Menkes Terawan sekaligus menyindir Najwa Shihab. Dalam kesempatan itu, Denny menulis di akun facebook miliknya bahwa Menkes Terawan telah mundur, karena dihujat Najwa Shihab. 

Padahal, sebenarnya maksud Denny tak lebih dari menyindir Najwa. Sebabdi bawah tulisan, Denny menautkan video adegan Menkes Terawan sedang berjalan mundur jelang pelantikan sebagai Menkes. Selengkapnya ada di sini. 

Begitulah sebagaimana penulis katakan bahwa pro dan kontra adalah hal biasa. Ada yang suka, pasti ada pula yang benci. 

Namun, sebagai pejabat publik seperti Menkes Terawan rasanya cukup banyak alasan jika ada pihak yang gereget atau gemes atas kinerjanya saat ini, yang masih belum mampu mematahkan penyebaran virus Korona. 

Akan tetapi, cibiran bagi Najwa Shihab penulis rasa harus dilihat dulu niatnya. Apabila niatnya demi memotivasi Menkes Terawan agar lebih pro aktip dalam mengemban tugasnya selaku Menkes dan benar-benar ingin mengorek keterangan obyektip, rasanya tidak fair jika harus mendapatkan cibiran atau di-bully. Karena, itu telah menjadi hak dan kewajibannya selaku jurnalis. 

Namun, jika niatnya itu seperti yang dituduhkan Dewi Tanjung atau dugaan Tigor untuk menguliti dan mempermalukan Menkes Terawan, rasanya hal ini monggo dipersilahkan terhadap dirinya masing-masing.

Akan tetapi, sebagai jurnalis yang telah memiliki citra positip di mata masyarakat, rasanya Najwa Shihab tidak bakalan senaif itu menghancurkan namanya sendiri dengan mempunyai niat untuk memojokan calon nara sumbernya.

Salam

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun