Mohon tunggu...
Elang Salamina
Elang Salamina Mohon Tunggu... Freelancer - Serabutan

Ikuti kata hati..itu aja...!!!

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kisah Penyintas Jugun Ianfu Indonesia Jadi Budak Seks Tentara Jepang

1 Oktober 2020   20:34 Diperbarui: 28 Mei 2021   14:52 1788
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: CNNIndonesia / Wikimedia/United Kingdom Government

TIDAK bisa dipungkiri, bagi seluruh makhluk hidup yang ada di seantero alam, seks merupakan kebutuhan untuk reproduksi. Namun, bagi kita bangsa manusia, ada kalanya seks digunakan untuk kesenangan atau sekadar melampiaskan nafsu birahi semata.

Berangkat dari hal tersebut di atas. Tak heran jika sejak zaman dahulu kala telah terjadi perdagangan seksual yang dilakukan oleh para wanita untuk melayani nafsu birahi lawan jenisnya. 

Perdagangan seks terus berkembang seiring perkembangan zaman, termasuk di Indonesia. Contohnya seperti yang pernah penulis ulas pada artikel sebelumnya tentang bagaimana perdagangan cukup marak saat penjajahan Belanda. 

Rumah-rumah bordil tempat mangkal wanita si penjaja seks bertebaran dimana-mana demi memuaskan hasrat kaum penjajah. Misal, Gang Dolly, Maca Po dan Saritem. 

Sementara untuk para pria Belanda yang kantungnya tebal, biasanya lebih memilih wanita dijadikan gundiknya, atau biasa disebut nyai. Wanita yang dijadikan gundik ini tal ubahnya kehidupan suami isteri, tinggal satu rumah. Namun, tidak ada ikatan apapun, alias hanya dipakai selama dibutuhkan. Selengkapnya silah baca pada artikel ini. 

Baca juga: Pemerkosaan Nanking, Asal Muasal Terbentuknya Jugun Ianfu

Merujuk pada perlakuan penjajah Belanda dalam memuaskan hasrat seksualnya boleh jadi normal-normal saja. Artinya mereka memperlakukan wanita penjaja seks dengan wajar. Istilah kata, ada uang abang sayang, tak ada uang abang ditendang. 

Namun, hal itu tidak terjadi pada masa penjajahan Jepang. Kala itu, banyak wanita dijadikan Jugun Ianfu. 

Jugun Ianfu adalah wanita yang dipaksa untuk menjadi pemuas kebutuhan seksual atau budak seks tentara Jepang yang ada di negara jajahan termasuk Indonesia pada kurun waktu tahun 1942-1945, atau saat berkecamuk Perang Dunia ke-2. 

Dikutip dari Antaranews, berdasarkan riset Dr. Hirofumi Hayashi, seorang profesor di Universitas Kanto Gakuin, Jugun Ianfu termasuk orang Jepang, Korea, Tiongkok, Malaya (Malaysia dan Singapura), Thailand, Filipina, Indonesia, Myanmar, Vietnam, Indo, orang Eropa di beberapa daerah kolonial (Inggris, Belanda, Prancis, Portugis), dan penduduk kepulauan Pasifik. Jumlah perkiraan dari Jugun Ianfu ini pada saat perang, berkisar antara 20.000 dan 30.000 orang. 

Namun, fakta lain ada yang menyebutkan jumlah korban pasti dalam praktik perbudakan seks ini jauh lebih banyak dibanding dengan hasil riset tersebut di atas. Jumlahnya bisa mencapai ratusan ribu orang. 

Schreensot Chanel youtube Anna Masiana
Schreensot Chanel youtube Anna Masiana
Sementara di Indonesia sendiri jumlah wanita yang dijadikan Jugun Ianfu menurut keterangan Anna Marsiana dalam chanel youtube Anna Marsiana sedikitnya tercatat sekitar 1900 orang yang tersebar di berbagai daerah di Indonesia. Jumlah ini kemungkinan besar makin bertambah jika diungkap dengan sebenar-benarnya. 

Para wanita yang dijadikan budak seks tersebut usianya masih berkisar belasan tahun. Tentu saja wanita dimaksud memiliki paras cantik dan menarik. 

Baca juga: Kisah Pilu Wanita Korban Jugun Ianfu Masa Penjajahan Jepang

Rekrutmen para wanita yang akan dijadikan budak nafsu tentara Jepang itu diambil begitu saja atau dijemput paksa dan dinaikan dalam truk. Kemudian, diiming-imingi akan dijadikan wanita penghibur dengan gaji yang lumayan besar. Semisal jadi penyanyi, pemain sandiwara, pekerja di rumah makan atau pekerjaan lainnya. 

Namun, kenyataannya mereka dimasukan ke bangunan besar seperti bekas rumah sakit atau barak yang sudah disulap menjadi rumah bordil. Di sanalah mereka dijadikan budak seks tentara Jepang dan diperlakukan layaknya binatang. 

Masih menurut keterangan Anna, para wanita yang dijadikan Jugun Ianfu rata-rata sehari dipaksa melayani nafsu seks tentara Jepang sekitar tiga hingga empat orang. Dan itu terjadi hampir tiap hari. 

Bahkan yang paling menyedihkan, ada wanita Indonesia yang rahimnya membusuk akibat perlakuan bejat para tentara Jepang di maksud. Malah, setelah pendudukan Jepang berakhir, ada juga wanita yang terpaksa tidak pulang ke kampungnya karena hamil. 

Senada dengan Anna Marsiana, salah seorang wanita yang pernah dijadikan Jugun Ianfu, Mardiem, menceritakan kisah pilunya kepada chanel youtube Hendi Wijoyo. Menurut pengakuannya, dia terus dipaksa untuk melayani nafsu seks para tentara Jepang hingga lima orang tanpa jeda alias bergiliran. 

Schreensot chanel youtube Hendi Wijoyo
Schreensot chanel youtube Hendi Wijoyo

Baca juga: Rosita Jugun Ianfu Militer Jepang

Seberapa kuat pun dia berontak untuk tidak melayani nafsu seks tentara Jepang, tetap saja tak mampu melawan. Yang ada malah mendapat penyiksaan pedih dan sangat menyakitkan. 

Sementara, Sri Sukanti juga menuturkan pengalaman pahitnya saat dipaksa jadi Jugun Ianfu pada saat usianya masih sembilan tahun kepada chanel youtube Ianfu penyitas. Wanita asal Solo, Jawa Tengah tersebut mengaku dijemput oleh tentara Jepang yang bernama Ogawa atau lebih tepatnya dipaksa untuk ikut. Soalnya, kalau tidak menurut, salah satu orang tuanya bakal mati.

Schreensot chanel youtube ianfu penyitas
Schreensot chanel youtube ianfu penyitas
Demi keselamatan kedua orang tuanya, Sri pun akhirnya menurut dan dengan sangat terpaksa harus menjadi budak seks tentara Jepang. Pengalaman pahit tersebut menurut Sri tidak akan pernah bisa dilupakan sampai dia meninggal dunia. 

Pengakuan mantan Jugun Ianfu yang penulis paparkan di sini tentu hanya secuil kisah dari sekian banyaknya wanita yang dijadikan budak seks tentara Jepang. Yang pasti, selain menjadi beban hidup berat selama hidupnya, mereka yang pernah menjadi Jugun Ianfu juga kerap mendapat stigma negatif dari masyarakat. Hal tersebut, jelas makin memperparah kondisi psikologis mereka. 

Salam

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun