Mohon tunggu...
Elang Salamina
Elang Salamina Mohon Tunggu... Freelancer - Serabutan

Ikuti kata hati..itu aja...!!!

Selanjutnya

Tutup

Politik

Beda SBY dengan Jokowi Versi Jusuf Kalla

23 September 2020   17:32 Diperbarui: 23 September 2020   17:46 433
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Perawakannya kecil. Namun kantongnya pasti tebal. Iya, lah. Dia itu seorang pengusaha dan pernah masuk dalam lingkaran kekuasaan. Dia adalah Muhamad Jusuf Kalla. 

DALAM perjalanan sejarah pemerintahan Republik Indonesia (RI), Muhamad Jusuf Kalla tercatat telah dua kali menjabat Wakil Presiden. Pertama pada periode 2004 - 2009 mendampingi Presiden Soesilo Bambang Yudhoyono (SBY). Kedua, pada periode 2014-2019 mendampingi Presiden Joko Widodo (Jokowi). 

Jadi wakil presiden bukanlah jabatan satu-satunya yang pernah pria kelahiran Bone, Sulawesi Selatan, 15 Mei 1942 ini emban dalam lingkaran pemerintah. Sebelumnya, beliau juga pernah dipercaya menjadi Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat (2001--2004), dan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Republik Indonesia (1999--2000). Bahkan, Jusuf Kalla juga pernah berkiprah di partai Politik sebagai Ketua Umum Golkar masa jabatan 2004 - 2009. 

Begitulah sekelumit perjalanan karier politik Jusuf Kalla, sebelum akhirnya beliau memutuskan pensiun. Kini beliau hanya aktip di bidang kemanusiaan, sebagai Ketua Palang Merah Indonesia dan Ketua Dewan Masjid Indonesia. 

Kendati demikian, bukan berarti Jusuf Kalla lepas begitu saja dengan konstelasi politik tanah air. Sebaliknya, pria berkumis ini masih cukup perhatian. 

Salah satu bukti, belum lama ini Jusuf Kalla meminta pada pemerintah untuk menunda Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) serentak yang rencananya akan dilaksanakan pada 9 Desember 2020. 

Permintaan Kalla ini disebabkan melencengnya prediksi penyebaran virus corona yang semula berakhir bulan September. Nyatanya mundur lagi hingga mencapai puncaknya pada bulan Desember atau bertepatan dengan pelaksanaan Pilkada. 

Perbandingan SBY dengan Jokowi

Sebagai mantan Wakil Presiden dengan dua sosok yang berbeda, yakni SBY dan Jokowi, tentu saja Jusuf Kalla sangat bisa membedakan siapa lebih enak dan lebih baik diantara keduanya. Dan boleh jadi, di luaran sana juga banyak pihak yang penasaran ingin mempertanyakan hal tersebut.

Dan, salah seorang yang memiliki kesempatan untuk mempertanyakan hal ini adalah mantan Direktur Utama (Dirut) TVRI, Helmy Yahya. Kesempatan tersebut disampaikan adik kandung Tamtowi Yahya itu pada saat acara bincang-bincang yang ditayangkan chanel Youtube Helmy Yahya Bicara, Selasa (22/9/20).

"Bapak dua kali menjadi wakil presiden, lebih enak zaman Pak SBY atau lebih enak zaman Pak Jokowi?" tanya Helmy. Dikutip dari Sindonews.com.

"Ya sama lah, cuma beda kepemimpinannya, gayanya. Kalau zamannya Pak SBY, semua masalah ekonomi diserahkan kepada saya. Kalau zaman Pak Jokowi, semua soal dirapatkan. Semua soal. Jadi rapatnya bisa satu minggu bisa empat lima kali," papar JK.

Helmy Yahya penasaran. "Senang sekali rapat Pak Jokowi?"


"Begitu gayanya, keputusan diambil bersama," jawab JK.

"Jadi, artinya apa? Di zaman Pak SBY..."

"Lebih ringkas, lebih terarah, lebih cepat lah kita mengambil keputusan," sambar JK.

"Makanya Bapak bilang lebih cepat lebih baik ya?" balas Helmy Yahya sambil tertawa, diiyakan JK. 

Boleh jadi dalam perbincangan tersebut di atas Jusuf Kalla tidak secara terang-terangangan memilih presiden mana lebih baik atau lebih enak. Namun, jika menggaris bawahi kalimat "jaman SBY, semua masalah ekonomi diserahkan pada saya (Jusuf Kalla), sepertinya beliau lebih cenderung memihak SBY. 

Meski begitu jangan dulu cepat percaya. Sebab, hal ini hanya menurut perkiraan penulis saja. Boleh jadi pembaca budiman di luar sana memiliki pandangan yang berbeda.

Salam

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun