"Menurut Pendapat saya, kunci kemenangan adalah Jawa. Siapa yang biasa menguasai Jawa, itulah yang menang,"...
KEPULAN asap rokok tak henti-hentinya keluar dari mulut seorang pria dengan raut wajah tegang. Pria ini tampak serius memimpin sebuah rapat kecil bersama beberapa orang lainnya dalam sebuah ruangan tak begitu besar.
Siapa pria tersebut? Dia adalah Diva Nusantara Aidit, salah seorang yang disebut-sebut sebagai aktor intelektual atau dalang terjadinya peristiwa pengkhianatan Gerakan 30 September Partai Komunis Indonesia (G30S PKI) tahun 1965 silam.
Nah, kalimat yang tertulis pada paragraf pembuka di atas adalah penggalan dialog DN Aidit bersama kawan-kawan sepahamnya, dalam sebuah adegan film Pengkhianatan G 30 S PKI 1965. Sebagaimana diketahui, film yang sempat menjadi "tontonan wajib" zaman kekuasan Orde Baru (Orba) tersebut disutradarai oleh Arifin C Noer.
Sekali lagi, apa yang tertulis di atas adalah penggalan dari reka adegan film. Benar tidaknya, tentu saja penulis pun tidak berani memastikan. Namanya film, bisa saja dilebih-lebihkan atau bahkan melenceng jauh dari peristiwa sebenarnya.Â
Yang pasti dan tidak bisa diganggu gugat kebenarannya adalah tepat pada 30 September atau tanggal 1 Oktober dini hari tahun 1965 telah terjadi penculikan sekaligus pembunuhan terhadap enam petinggi TNI Angkatan Darat dan satu perwira menengah. Untuk kemudian peristiwa yang menjadi sejarah kelam bangsa dan Negara Indonesia tersebut dikenal dengan istilah Pengkhianatan G30S PKI.Â
Adapun para petinggi TNI AD dan satu perwira menengah yang menjadi korban kebiadaban gerakan makar PKI tersebut adalah Letjen TNI Ahmad Yani, Mayjen TNI Raden Suprapto, Mayjen TNI Mas Tirtodarmo Haryono, Mayjen TNI Siswondo Parman, Brigjen TNI Donald Isaac Panjaitan, Brigjen TNI Sutoyo Siswomiharjo dan ajudan Jendral Abdul Haris Nasution, Lettu Pierre Andreas Tendean.Â
Banyak teori dan spekulasi yang berkembang, kenapa dan siapa dalang di balik aktor pembunuhan para korban yang akhirnya dinobatkan sebagai pahlawan revolusi tersebut. Namun, dari sekian banyak teori hampir seluruhnya menjurus ke PKI.Â
Partai berlambang palu arit ini merasa kesal, marah dan kecewa karena para petinggi TNI AD dianggap sebagai penghalang program PKI yang ingin membentuk angkatan bersenjata kelima.Â
Mereka menginginkan buruh dan tani dipersenjatai dengan dalih memperkokoh pertahanan dan keamanan negara. Terlebih kala itu sedang terjadi konfrontasi dengan negara tetangga, Malaysia.Â