Mohon tunggu...
Elang Salamina
Elang Salamina Mohon Tunggu... Freelancer - Serabutan

Ikuti kata hati..itu aja...!!!

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Kontra Pemerintah, KAMI Mesra dengan Pandemi

18 September 2020   22:31 Diperbarui: 18 September 2020   22:50 329
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

PEMERINTAH di bawah kepemimpinan Presiden Joko Widodo (Jokowi) terus mencari cara agar secepatnya mampu melewati badai pandemi virus corona (Covid-19). Sebab, jika terus dibiarkan merajalela, bukan hanya nyawa yang terancam, tetapi sektor ekonomi pun dipastikan terpuruk hingga jurang resesi. 

Hanya saja, perlu kita soroti bersama, upaya pemerintah tersebut masih terkesan setengah hati. Betapa tidak, sejak virus asal Wuhan China ini mewabah di tanah air awal Maret 2020, tidak benar-benar menerapkan aturan yang tegas.

Bahkan, sepertinya mereka bingung antara ingin menyelamatkan kesehatan masyarakat dan menjaga pertumbuhan ekonomi agar tidak anjlok. 

Kebingungan ini akhirnya harus dibayar mahal. Jumlah pasien positif akibat serangan virus corona kian hari kian melonjak jumlahnya. 

Hingga hari ini, Jumat (18/9/20), jumlah total pasien positif mencapai 236.519. Dari jumlah ini, 170.774 orang diantaranya telah dinyatakan sembuh, dan 9.336 orang lainnya dilaporkan meninggal dunia. 

Tentu saja jumlah korban akibat penyebaran virus corona di atas sangat mengkhawatirkan. Bahkan jauh melebihi jumlah kasus yang terjadi di Negara asal virus, China. 

Bagaimana sikap pemerintah menghadapi situasi membahayakan tersebut? 

Baru-baru ini, Presiden Jokowi seolah baru bangun dari tidur panjangnya. Orang nomor satu di negara Indonesia ini sadar bahwa keputusannya untuk berdampingan dengan virus corona, yang dikemas dalam kebijakan new normal ternyata keliru. 

Presiden Jokowi akhirnya memutuskan, akan lebih mengutamakan kesehatan masyarakat dibanding dengan kepentingan ekonomi. Sebab, bila pagebluk itu tak juga menurun, pemulihan ekonomi pun akan tetap bergerak lamban. 

Maka dari itu, Presiden Jokowi memerintahkan terhadap segenap pembantunya untuk segera mematuhi keputusannya. Sedangkan terhadap masyarakat, dia pun tak bosan-bosannya menghimbau untuk selalu menerapkan protokol kesehatan dengan ketat.

Sayangnya, himbauan Presiden Jokowi tersebut masih kurang diperhatikan masyarakat. Bahkan, oleh pihak yang dalam beberapa waktu terakhir ini selalu berkoar hendak menyelamatkan Indonesia dari segala ragam keterpurukan. Pihak tersebut adalah sejumlah tokoh yang tergabung dalam Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia (KAMI). 

Sebagaimana diketahui, KAMI terbentuk atas inisiatif sejumlah tokoh nasional yang selama ini kerap bersebrangan dengan pemerintah.

Tokoh-tokoh tersebut diantaranya, Din Syamsuddin, Rizal Ramli, Rocky Gerung, Said Didu, Gatot Nurmantyo, bahkan belakangan Amien Rais pun ikut bergabung. 

Adapun tujuan dibentuknya KAMI katanya hendak menyelamatkan Indonesia yang dikhawatirkan terpuruk pada tahun 2024 mendatang. Intinya koalisi sejumlah tokoh nasional itu ada sebagai wujud dari aspirasi politik moral. 

Rasanya, jika melihat dari maksud dan tujuannya, KAMI begitu mendinginkan hati, menyejukan jiwa dan melegakan gendang telinga. Namun, realitanya justru bertolak belakang. 

Tengok saja, setelah melaksanakan deklarasi pada Selasa (18/8/20) di tugu proklamator, Kami kemudian melakukan sejumlah road show atau deklarasi di beberapa daerah. 

Boleh jadi itu adalah hak mereka untuk mendapat dukungan dan memperkokoh barisannya. Namun, pada prosesnya sangat tak sejalan dengan pemerintah soal penanganan pandemi virus corona. 

Sebagaimana telah disinggung, saat ini pemerintah tengah getol menggalakan dan menghimbau masyarakat agar senantiasa menerapkan protokol kesehatan dengan ketat, dengan harapan mampu memotong mata rantai penyebaran virus. Salah satunya dengan cara menjaga jarak atau social distancing. 

Nah, setiap pelaksanaan deklarasi di beberapa daerah, KAMI justru mesra dengan pandemi. Mereka seolah tidak mengindahkan himbauan pemerintah dimaksud, dengan cara terus bergerombol dengan para pendukungnya, sambil menyampaikan maksud dan tujuan terbentuknya koalisi. 

Jika begini, bagaimana masyarakat percaya, KAMI bercita-cita ingin menyelamatkan Indonesia. Sekadar mentaati himbauan pemerintah yang jelas-jelas demi kepentingan masyarakat umum pun mereka seolah tak menggubrisnya. 

Hal ini pula yang akhirnya memantik kemarahan publik dan warganet. Salah satu bentuk kemarahan tersebut ditumpahkan di media sosial twitter dengan membuat (tagar) #KAMIProvokatorPandemi. 

Schreenshot twitter remajamuslim
Schreenshot twitter remajamuslim
Salah satu contohnya datang dari pemilik akun Remaja Muslim@pencerah. Dengan tegas akun ini menilai, KAMI tidak layak menyematkan kalimat "Menyelamatkan Indonesia". 

Sangat tidak layak menyematkan kalimat "menyelamatkan Indonesia" oleh KAMI jika perilaku mereka justru menghancurkan Indonesia.

Saat pemerintah serius mengatasi pandemi Covid-19, mereka justru melakukan aktivitas kerumunan yang melanggar!
#KAMIProvokatorPandemi 

img-20200918-221712-5f64d274d541df07f13614c2.jpg
img-20200918-221712-5f64d274d541df07f13614c2.jpg
Menariknya cuitan tersebut di atas diretweet oleh politisi Partai Demokrat, Ferdinand Hutahaean, dengan dibubuhi caption cenderung lucu. Dalam kesempatan itu, Ferdinand menyebut sejumlah tokoh KAMI adalah aki-aki (Kakek-Kakek) sambil berharap terkena virus corona. 

"Saya tak berharap para aki2 KAMI ini kena covid, tp kalau terus2 begini tinggal tunggu saja waktunya," cuit Ferdinand.

Boleh jadi cuitan Ferdinand itu sebagai bentuk kekecewaannya atas prilaku tokoh KAMI yang tidak mengindahkan protokol kesehatan. Namun, sejujurnya penulis kurang setuju kalau mereka harus terpapar virus. Biarlah mereka sadar sendiri bahwa apa yang dilakukannya itu sangat mengancam kesehatan. 

Sebagai tokoh-tokoh yang katanya ingin menyelamatkan Indonesia, tentu mereka tak perlu menunggu masyarakat marah agar sementara ini menghentikan kegiatan deklarasi disertai kerumunan massa.

Salam

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun