SEJAUH ini nama Menteri Pertahanan (Menhan) Prabowo Subianto masih dianggap yang paling berpeluang menjadi calon presiden (Capres) pada pada Pilpres 2024 mendatang.Â
Peluang Prabowo menjadi yang terbuka lebar, mengingat elektabilitas dirinya hampir selalu bertengger di papan atas berdasarkan hasil survei beberapa lembaga.Â
Belum lagi, mantan Danjend Kopasus tersebut menjabat sebagai Ketua Umum (Ketum) Partai Gerindra, yang kabarnya telah sepakat akan mendukung kembali pimpinannya.Â
Setelah Prabowo, ada nama-nama kandidat lainnya yang dilihat dari elektabilitasnya juga cukup layak mencalonkan diri jadi orang nomor satu di republik ini.Â
Nama-nama kandidat tersebut adalah Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan; Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo; Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil, dan Ketua Umum Partai Demokrat, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY).Â
Kenapa Puan Maharani tidak termasuk dalam kandidat Capres? Jawabannya sudah bisa ditebak.Â
Elektabilitas Putri sulung Ketua Umum PDI Perjuangan (PDIP), Megawati Soekarnoputri tersebut sejauh ini masih belum mampu mengimbangi nama-nama kandidat yang penulis sebutkan tadi.Â
Elektabilitas Puan berdasarkan hasil dari beberapa lembaga survei selalu jadi penghuni papan bawah.Â
Bahkan, menurut hasil survei Indikator Politik Indonesia (IPI) yang dilaksanakan pada medio Juli 2020, hanya mencapai dua persen saja. Jauh di bawah kolega satu partainya, Ganjar Pranowo sebanyak 16,2 persen.Â
Belum lagi, kemungkinan besar jika dilakukan lagi survei tentang para kandidat yang memilik syahwat untuk nyapres, elektabilitas bukan tidak mungkin makin anjlok.Â
Kenapa?Â
Karena seperti diketahui belum lama ini, Puan sempat menjadi bahan cibiran, sasaran kritik dan pergunjingan negatif akibat pernyataannya tentang masyarakat Sumatera Barat (Sumbar) kurang pancasilais.Â
Pernyataannya ini kontan saja sangat menyinggung masyarakat Minangkabau dimaksud. Dan, parahnya sampai saat ini Puan bergeming untuk tidak memohon maaf atas pernyataannya dimaksud.Â
Kendati demikian, politik tidak pernah menganut hukum pasti. Segala hal yang tidak mungkin menurut logika berfikir kita, akan seketika menjadi mungkin oleh mereka-mereka yang terjun langsung dalam ranah politik.Â
Pasalnya, orang-orang politik selalu berupaya mencari jalan, dan bila perlu menghalalkan segala cara demi tujuannya tercapai.Â
Jika Puan CapresÂ
Nah, bicara tentang kemungkinan dalam politik. Bukan mustahil, nama Puan Maharani yang hingga saat ini elektabilitasnya "masih belum layak" diusung menjadi Capres, pada saatnya nanti justru sangat potensial.Â
Berdasarkan teori kemungkinan ini pula rupanya yang mendorong politisi PDIP, Ruhut Sitompul mengotak-atik calon pendamping Puan Maharani, apabila pada Pilpres 2024 mendatang diusung menjadi calon presidennya.Â
Dalam pandangan pria yang kerap disebut si Poltak Raja Minyak dari Tarutung tersebut ada beberapa nama yang layak disandingkan dengan "Putri Mahkota" partai banteng, salah satunya ada nama AHY.Â
"Ya, kalau Mbak Puan calon presiden, wakilnya AHY bisa, satu," jawab Ruhut dalam program NGOMPOL, Rabu (16/9). Dikutip dari JPNN.com
Masih dikutip JPNN.com, Ruhut lantas menyebut tiga nama lainnya. Yakni Ketum PKB Muhaimin Iskandar, Ketum Partai Golkar Airlangga Hartarto, dan Sandiaga Uno.Â
"Muhaimin (Iskandar) PKB bisa. Airlangga juga bisa, Golkar. Sandiaga Uno, Gerindra, bisa. Banyak yang bisa," sambung mantan anggta Komisi III DPR ini.Â
Pada kesempatan itu, Ruhut juga menyebut sejumlah tokoh lain yang bisa diusung partainya di Pilpres 2024 nanti.Â
"Ibu Mega itu sangat arif dan bijaksana. Mbak Puan bisa, Ganjar bisa, Pak Budi Gunawan bisa. Ada beberapa tokoh kami pantas," pungkas mantan kader Golkar ini.Â
Begitulah analisa politik versi Ruhut Sitompul. Tentu saja apa yang disampaikannya tersebut bisa terwujud bahkan sangat mungkin meleset jauh.
Salam
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI