Pun dengan konstelasi politik. Pada zaman Soeharto hanya ada tiga partai yang boleh berdiri. Partai tersebut adalah Golkar, PDI dan PPP (P3). Namun, pada realita di lapangan dua partai selain Golkar tak lebih dari boneka demokrasi zaman orba semata.Â
Saat itu Golkar begitu sangat dominan, karena partai berlambang pohon beringin ini sebagai alat politik Soeharto selain ABRI untuk melanggengkan kekuasaannya.
Namun, tidak ada apapun di dunia ini yang abadi, pun dengan kekuasaan Soeharto. Sang jendral murah senyum ini akhirnya harus lengser keprabon pada tanggal 21 Mei 1998.Â
Hanya saja, bisa jadi apa yang dialami Soeharto sepanjang Mei 1998 hingga akhirnya harus turun dari jabatannya adalah "hukum karma", akibat dari apa yang telah dia lakukan lebih dari tiga dekade sebelumnya.Â
Seperti telah disinggung, Soeharto naik menuju singgasana kekuasaan melalui strategi yang kemudian populer dengan sebutan kudeta merangkak dan derasnya gelombang aksi demontrasi mahasiswa.Â
Ya, berkat desakan kuat dari mahasiswa disertai peristiwa kerusuhan dimana-mana dan atas permintaan anak emasnya, Harmoko yang saat itu sebagai Ketua MPR, akhirnya Kamis, 21 Mei 1998, Soeharto lengser dan digantikan oleh wakilnya, BJ Habibie.Â
Soeharto Tutup UsiaÂ
Setelah lengser dari jabatannya, tidak banyak aktivitas yang dilakukan oleh penguasa orba ini dalam ranah politik nasional. Beliau mungkin hanya menghabiskan masa tua dan pensiunnya dengan bercengkrama dengan anak serta cucunya. Karena isteri tercinta, Ibu Tien telah wafat dua tahun sebelum dirinya lengser.Â
Soeharto siapaun paham adalah mantan seorang jendral yang disegani dan gagah berani. Namun, sekuat apapun beliau rupanya tidak mampu melawan takdir Ilahi.Â
Karena usianya yang terus menua, Soeharto mulai sering sakit-sakitan, sehingga akhirnya tepat 27 Januari 2008 sang penguasa orba tersebut tutup usia.Â
Terlepas dari segala kontroversinya selama hidup dan menjabat presiden RI, meninggalnya Soeharto tetap saja meninggalkan luka begitu dalam di hati masing-masing masyarakat tanah air.Â