Sebab, meski kontestasi pesta demokrasi lima tahunan ini masih sekitar empat tahun, Anies Baswedan dianggap salah satu calon yang diunggulkan. Elektabilitas pria kelahiran Kuningan, 7 Mei 1969 ini selalu di peringkat atas, besaing ketat dengan Prabowo dan Ganjar Pranowo.Â
Keunggulan ini juga diakui Refly Harun. Dalam satu berita yang pernah penulis baca, pakar hukum dan tata negara ini sempat menyatakan, jika ambang batas pilpres atau presidential thershold tidak berubah (25 persen suara sah nasional atau 20 persen dari jumlah total kursi DPR), maka jumlah calon yang bertarung kemungkinan besar hanya dua pasangan.Â
Perkiraan Refly, pasangan tersebut merupakan "Calon Istana" dan "Calon Luar Istana".Â
Dalam hal ini, "Calon Istana" maksudnya adalah kandidat yang di-endorse oleh Presiden Jokowi dan PDI Perjuangan. Bisa itu pasangan Prabowo-Puan Maharani, atau siapapun yang elektabilitasnya teratas, seperti halnya Ganjar Pranowo.Â
Sementara untuk "Calon Luar Istana", Refly mengedepankan nama Anies Baswedan dan Ridwan Kamil, atau Sandiaga Uno jika keluar dari Partai Gerindra.Â
Nah, kembali pada perkembangan terakhir Anies Baswedan yang cukup banyak mendapat kritik akibat kebijakan "jungkir balik" soal penanganan virus corona, bukan tak mungkin elektabilitas dia terus menurun apabila tak mampu mengatasi.Â
Yang bakal diuntungkan atas turunnya elektabikitas Anies, dalam pandangan sederhana penulis adalah kedua kubu. Baik "Calon Istana" maupun "Calon Luar Istana".Â
Bagi "Calon Istana", jika elektabilitas Anies terus merosot dan menyebabkan tak diusung partai politik, memungkinkan peluang menang Pilpres makin terbuka lebar.Â
Setidaknya, pasangan "Calon Istana" bakal lebih memperhitungkan nama Anies Baswedan dibanding dengan nama kandidat lainnya.Â
Sementara bagi kandidat "Calon Luar Istana", keuntungannya adalah kesempatan untuk diusung maju Pilpres makin besar. Lantaran elektabilitas pesaing beratnya terpuruk.Â
Itulah sebabnya kenapa dengan kondisi Jakarta yang semakin parah tingkat penyebaran virus corona, boleh jadi nama-nama seperti Prabowo Subianto, Ridwan Kamil, Sandiaga Uno atau bahkan mungkin nama-nama lain yang mengintip peluang pada tepuk tangan alias merasa diuntungkan, jika dilihat dari kacamata politik.Â