Maksud berimbang di atas adalah sudah tentu sama-sama sulit. Lantaran, keduanya sama sekali bukan kader partai politik sebagai salah satu sarat utama menuju pencalonan.Â
Artinya, syahwat politik keduanya untuk nyapres baru bisa terlaksana apabila diusung oleh partai politik yang mampu memenuhi ambang batas Pilpres atau presidential threshold.Â
Untuk bisa mendapatkan kepercayaan partai politik tersebut tentu tidak mudah. Ada beberapa cara yang harus bisa dipenuhi.Â
Pertama, baik Gatot maupun HRS harus bisa mendongkrak elektabilitasnya setinggi mungkin. Hal ini pastinya bakal sangat diburu oleh partai politik. Lantaran dengan elektabilitas yang tinggi akan membuka peluang untuk memenangi kontetasi Pilpres.Â
Kedua, dengan cara mengikuti konvensi capres. Itupun jika ada partai politik yang membuka peluang untuk siapapun pihak yang memiliki syahwat untuk nyapres.Â
Biasanya konvensi atau penjaringan calon tersebut suka dilaksanakan oleh partai-partai politik yang belum memiliki kader terbaik yang bisa diandalkan untuk maju Pilpres. Sejauh ini ada beberapa partai politik yang penulis rasa tidak memiliki kader partai mumpuni. Salah satunya adalah Nasdem.Â
Selain Ketua Umumnya, Surya Paloh yang cukup mumpuni. Penulis rasa, Nasdem tidak memiliki kader yang digadang-gadang bakal diusung maju Pilpres. Sayang, sepertinya Surya Paloh tidak tertarik untuk maju pada pesta demokrasi lima tahunan tersebut.Â
Dengan begitu, kemungkinan besar Partai Nasdem akan melaksanakan konvensi capres/cawapres. Hal ini tentu saja menjadi peluang bagi Gatot atau HRS untuk coba mendaftarkan diri.Â
Kendati begitu, hal tersebut di atas baru sebatas asumsi. Bisa saja pada saatnya nanti Gatot dan HRS tidak memiliki keinginan nyapres dan fokus berada di luar ring pemerintahan sebagai juru kontrol penguasa.Â
Salam
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H