Dengan begitu, Gatot dan HRS pun jelas memiliki hak dan peluang yang sama jika berkeinginan berkuasa di tanah air. Akan tetapi, menilik pada situasi dan kondisi saat ini, rasanya dibanding Gatot Nurmantyo, peluang HRS jelas jauh lebih sulit.Â
Kenapa?Â
Jawabannya sangat sederhana, karena posisi HRS tidak berada di dalam negeri. Telah tiga tahun lebih lamanya HRS hidup di negeri orang, yaitu Arab Saudi. Dan, hingga sekarang belum bisa kembali lagi ke tanah air.Â
Adapun pemantik menetapnya HRS di Arab Saudi hingga bertahun-tahun ini adalah karena pada tahun 2107 sempat terlibat kasus dugaan pornografi berupa chat seks dengan Firza Husein, salah seorang wanita yang sempat terlibat kasus makar. Akibatnya, HRS pun harus berurusan dengan pihak kepolisian Polda Metro Jaya, Jakarta.Â
Pendek kata, HRS akhirnya ditetapkan sebagai tersangka. Hanya saja, belum sempat diproses hukum lebih lanjut, pria kelahiran Jakarta, 24 Agustus 1965 ini malah meninggalkan tanah air menuju Arab Saudi.Â
Entah apa yang terjadi, hingga hari ini HRS masih belum bisa kembali ke tanah air. Padahal, kasusnya telah dihentikan pihak kepolisian sejak tahun 2018.Â
Sempat tersiar kabar, HRS hendak kembali ke tanah air. Akan tetapi hal itu urung terwujud. Lantaran katanya masih dicekal pihak pemerintah Indonesia.Â
Nah, jika posisi HRS masih belum bisa kembali ke tanah air, sudah pasti peluangnya untuk nyapres ibarat gajah masuk lubang semut alias mustahil. Lantaran jika hendak mencalonkan diri jadi presiden atau wakil presiden, sudah barang tentu yang bersangkutan harus kembali dulu ke tanah air. Bagaimana bisa dia nyapres jika posisinya masih berada di negeri orang.Â
Apabila kondisi ini tak berubah (HRS tidak bisa kembali ke tanah air.Red), sudah pasti peluang Gatot Nurmantyo lebih besar. Karena salah seorang pemrakarsa KAMI ini tinggal di tanah air.Â
Beda halnya jika pada suatu hari nanti HRS bisa kembali ke tanah air dan tetap punya niat mencalonkan atau dicalonkan maju Pilpres 2024. Menurut hemat penulis, peluang Gatot dan HRS relatif berimbang.Â