Mohon tunggu...
Elang Salamina
Elang Salamina Mohon Tunggu... Freelancer - Serabutan

Ikuti kata hati..itu aja...!!!

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Gimana Pak Amien Rais, Siap Terima Saran Ruhut?

16 Agustus 2020   21:26 Diperbarui: 16 Agustus 2020   21:39 5757
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam pandangan penulis, Ruhut seolah ingin menyadarkan Amien Rais agar sebelum menyerang, menyalahkan dan memberikan dua pilihan terhadap Presiden Jokowi, yakni mundur atau terus. Seharusnya Amien introfeksi, bahwa dirinyalah yang justru dimundurkan oleh besannya sendiri. 

Kedua, Amien Rais lebih baik di rumah saja dan momong cucu 

Narasi kedua Ruhut yang mengatakan, "sebaiknya di rumah saja momong cucu dari besannya". 

Menurut pandangan penulis, Ruhut ingin mengingatkan Amien Rais itu sudah sepuh. Semestinya mampu berlaku sebagaimana layaknya tokoh bangsa. Bertindak tenang dan bijaksana. Jangan malah sebaliknya, doyan melontarkan kritik tak jelas. 

Maka, daripada kerjanya hanya nyinyir, lebih baik di rumah saja sambil momong cucunya. Urusan politik, biar serahkan pada besannya yang saat ini menjabat sebagai Ketum PAN, sekaligus Wakil Ketua MPR RI. 

Demikianlah pandangan sederhana penulis terkait arti yang terkandung dalam tulisan Ruhut Sitompul pada akun twitter pribadinya. 

Sekali lagi, ini murni hanya dari sudut pandang penulis saja. Tentang benar tidaknya, tentu hanya Ruhut sendiri yang mengetahui. 

Kontroversi Pernyataan Amien 

Sejujurnya, penulis sempat dibuat kagum dengan Amien Rais. Dari beberapa sumber berita yang penulis baca, pria kelahiran Surakarta 26 April 1944 ini adalah salah satu tokoh yang pernah begitu gigih melawan tirani atau pemerintahan rezim Soeharto. 

Bersama ribuan mahasiswa, Amien Rais berani tampil paling depan untuk menuntut agar Presiden Soeharto segera lengser dari jabatannya. Dan perjuangan yang diwarnai darah dan air mata ini tidak sia-sia. Presiden Soeharto akhirnya lengser pada tanggal 21 Mei 1998. 

Penulis kira, kegigihan dan jiwa reformasinya ini akan terus bersemayam dalam hati dan pikirannya. Ternyata tidak. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun