SEPANJANG sejarah perjalanan politik di tanah air, bukan hal aneh jika kita kerap disuguhkan dengan segala bentuk perpecahan hanya gara-gara berbeda pandangan atau pilihan.Â
Masih mending, jika perpecahan tersebut terjadi di kalangan bawah atau kelompok akar rumput. Ini terjadi mungkin karena pemahaman atau kurangnya pendidikan politik yang mereka dapatkan.Â
Akan tetapi, apa jadinya jika perpecahan itu terjadi pada kalangan elite. Tentu saja, hal tersebut cukup menggelikan.Â
Sebagai contoh perpecahan yang penulis yakin sudah menjadi rahasia bersama adalah antara Ketua Umum (Ketum) Partai Amanat Nasional (PAN) Zulkipli Hasan dengan mantan Ketum partai yang sama, Amien Rais. Lucunya, kedua tokoh politik senior tanah air ini berbesanan.Â
Perpecahan itu sendiri mulai memanas saat Kongres Nasional PAN pada 11 Februari lalu. Pada kongres itu, Zulhas kembali terpilih menjadi Ketum parta berlambang matahari terbit tersebut untuk kedua kalinya, mengalahkan calon lain yang didukung Amien Rais, yaitu Mulfachri Harahap.Â
Puncak dari indikasi keretakan dua besan ini makin mencuat, setelah Amien Rais melalui akun youtubenya mengeluarkan pernyataan pedas. Mantan Ketua MPR ini mengungkapkan, bahwa dirinya telah didepak dari partai yang didirikan olehnya sendiri. Dan, faktanya, dia memang sama sekali tidak masuk dalam susunan kepengurusan pusat periode 2020-2025.Â
Sejak didepak dari PAN, Amien mulai bergerilya untuk menggerogoti keutuhan partai yang disebut-sebut lahir dari rahim era reformasi dimaksud.Â
Pertama-tama, Amien Rais mendeklarasikan diri akan membentuk partai baru, meski hingga hari ini masih belum jelas apa nama partai yang akan didirikannya.Â
Tak lama kemudian, tiba-tiba saja putranya Hanafi Rais keluar dari PAN dan mengundurkan diri dari anggota DPR RI periode 2019-2024.Â
Tidak hanya itu, Amien Rais juga terus "menyerang" setiap langkah yang dilakukan oleh Zulhas, dengan pernyataan-pernyataannya yang cukup tajam dan pedas.Â
Salah satu contoh serangan teranyar Amien Rais terhadap Zulhas adalah saat besannya tersebut mengutarakan akan menjadi mentor Gibran Rakabuming Raka yang akan maju Pilwakot Solo 2020.Â
Amien mengatakan, bahwa PAN yang didirikannya telah menjadi mentor oligarki politik.Â
"Partai yang pernah didirikan untuk melawan oligarki politik, kini menjadi mentor oligarki politik." ujar Amien Rais lewat akun Twitternya, Rabu (12/8/2020). Dikutip dari IDTODAY NEWS.Â
Amien juga menyebut, dengan dukungan penuh PAN terhadap Gibran dinilai tengah menyakiti basis ideologis pemilihnya.Â
"Apakah PAN tengah menyakiti basis ideologis pemilihnya? Biarkan rakyat yang menilai," ucap Amien.Â
Seperti diketahui, langkah putra sulung Presiden Jokowi, Gibran Rakabuming semakin mantap menuju kontestasi Pilkada Solo setelah resmi diusung PDI Perjuangan.Â
Ia pun kini semakin gencar melakukan safari politik kepada sejumlah elite parpol pendukungnya. Salah satunya Partai Amanat Nasional.Â
Memang sungguh menarik hubungan dua besan ini. Karena politik, komunikasi baik keduanya jadi retak. Karena beda pandangan politik pula, kedua besan ini harus berbeda nasib dan menjalani langkahnya masing-masing.Â
Demi menjaga eksistensi politiknya, Zulhas yang sejatinya sebagai pimpinan partai yang berdiri di kubu oposisi, malah bertindak sebaliknya.Â
Alih-alih turut melontarkan kritikan seperti dilakukan oleh partai oposisi lainnya, PKS dan para politisi di dalamnya, Zulhas malah terkesan caper alias cari perhatian.Â
Tentu, penulis rasa, capernya Zulhas pada Presiden Jokowi, bukan tanpa maksud. Wakil Ketua MPR ini boleh jadi ingin mengikuti jejak Partai Gerindra ke partai koalisi pemerintah, dan mendapatkan jatah menteri, jika suatu saat kelak terjadi reshufle kabinet.Â
Sementara khusus pada Pilkada Solo, bergabungnya PAN dengan Gibran Rakabumingraka, diyakini ingin merasakan euforia kemenangan.Â
Pasalnya, digadang-gadang, potensi putra sulung Presiden Jokowi untuk memenangkan kontestasi ini sangat terbuka lebar.Â
Jika itu terjadi, tidak saja Gibran yang bakal diuntungkan, tapi PAN juga akan merasakan dampak positifnya di Kota Solo. Dan, mungkin juga melebar ke tingkat yang lebih luas.Â
Sementara, nasib Amien Rais justeru berbanding terbalik. Selain kepastian partai barunya belum ada tanda-tanda akan diumumkan dalam waktu dekat.Â
Sikapnya yang seolah anti pemerintah dan pernyataan-pernyataannya yang kadang kontroversi ini membuatnya semakin "ketinggalan kereta". Dalam hal ini, membuat posisinya makin tidak jelas.Â
Ibarat kata, karena capernya, Zulhas atau siapapun kadernya boleh jadi sedang merintis jalan menuju kursi jabatan di pemerintahan. Sementara Amien Rais, dan siapapun pengikutnya, malah dipastikan tidak akan mendapat apa-apa.Â
Kendati begitu, ini tentang pilihan politik masing-masing. Dan, semuanya pasti sudah diperhitungkan untung ruginya.
Salam
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H