Mohon tunggu...
Elang Salamina
Elang Salamina Mohon Tunggu... Freelancer - Serabutan

Ikuti kata hati..itu aja...!!!

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Postingan Itu, "Kode" ala AHY pada Prabowo, atau...

9 Agustus 2020   16:05 Diperbarui: 9 Agustus 2020   16:26 1628
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

BELANDA masih jauh, mungkin itu ungkapan pas untuk menggambarkan "ganjennya" para politisi tanah air, yang seolah tidak sabar ingin segera memastikan diri ikut kontestasi Pilpres 2024. 

Sejauh ini, memang cukup banyak bakal calon kandidat yang digadang-gadang ingin maju atau memiliki peluang maju pada pesta demokrasi lima tahunan tersebut. Tak hanya datang dari kalangan politisi, dari pihak-pihak profesional pun tak sedikit yang cukup meramaikan konstelasi politik tanah air, saat ini. 

Tentu, saya tidak perlu membahas soal nama-nama bakal calon kandidat tersebut. Pasalnya, nama atau figur-figur dimaksud, telah seringkali berseliweran dan menjadi bahan berita di beragam media mainstream tanah air. 

Karena, nama-nama yang memiliki syahwat kekuasaan ini telah cukup familiar di kalangan publik atau warganet ini pula, menjadikan setiap gerak-gerik mereka hampir selalu dikait-kaitkan dengan kepentingan Pilpres 2024. 

Kepagian? 

Tentu saja tidak. Pasalnya, publik saat ini sudah sangat pintar dan paham, apa yang dilakukan oleh para politisi dan bakal calon kandidat, kadang memang terang-terangan mengaku bahwa yang dilakukannya demi kepentingan Pilpres 2024.

Sebut saja, salah satu contohnya adalah Ketua Umum (Ketum) Partai Golkar, Airlangga Hartarto, yang sudah dicalonkan langsung oleh partainya untuk maju Pilpres. Pun, dengan Ketum Partai Demokrat, Prabowo Subianto, Ketum Partai Demokrat, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) atau Ketua DPP PDI Perjuangan sekaligus Ketua DPR RI, Puan Maharani.

Dengan begitu, sekali lagi tidak bisa disalahkan, jika masyarakat berpandangan dan selalu mengaitkan gerak-gerak para tokoh politik tersebut dengan kepentingan Pilpres 2024. 

Salah satu bukti teranyar adalah, kala Ketua Umum Partai Demokrat, AHY, memposting foto bersama Ketua Umum Partai Gerindra, Prabowo Subianto, di akun instagram milik pribadinya. 

Dalam postingan dimaksud, AHY membubuhkan caption atau keterangan poto, yang berbunyi:

"Selamat atas terpilihnya kembali Bapak H. Prabowo Subianto sebagai Ketua Umum Partai Gerindra Periode 2020-2025. Semoga sehat dan sukses selalu, dan semoga Partai Demokrat bisa terus membangun sinergi yang baik dengan Partai Gerindra ke depan." Dikutip dari Sindonews.com. 

Sontak, para warganet pun mengaitkan postingan putra sulung Soesilo Bambang Yudhoyono (SBY) ini dengan kepentingan Pilpres 2024. Beragam komentar pun bermunculan. 

Masih dikutip dari Sindonews.com, contoh-contoh komentar dimaksud, salah satunya ditulis oleh pemilik akun @freyjabulani. Komentarnya adalah, "Pasangan ideal Pilpres 2024." Kemudian, dari @tidaragung yang berkomentar "Nunggu duet maut 2024.

Ada pula @fdhil_02 yang menulis komentar "Pasangan Ideal 2024. Prabowo Hebat dan AHY Energik." Tak ketinggalan, ada @dwiaryasandy yang berkomentar "2024 bismillah." 

Itulah beberapa contoh wara-wirinya komentar warganet, terkait dengan postingan foto kebersamaan AHY dengan Prabowo Subianto. Sekali lagi, ini membuktikan, warga masyarakat telah paham apa yang telah terjadi pada konstelasi politik tanah air, sehingga mereka pun dengan leluasa menuangkan komentar atau pendapatnya.

Bicara soal pendapat, saya sendiri tertarik untuk memberikan pandangan atau komentar tentang postingan AHY. 

Dalam hipotesis sederhana saya, postingan AHY tersebut menyiratkan makna ganda. Pertama, merupakan ala atau cara AHY "mencari muka" terhadap Prabowo Subianto. Alasannya, sudah pasti kepentingan politik. 

Dalam hal ini, AHY mencoba untuk meyakinkan mantan Danjend Kopasus itu, bahwa dia dan Partai Demokrat siap menjalin hubungan baik atau bekerjasama secara politik. Lebih jauh, AHY juga ingin mengatakan, cukup pantas jika disandingkan dengan Prabowo pada Pilpres mendatang. 

Mungkin? 

Tentu saja, dalam dunia politik tidak ada hal yang mustahil. Artinya, bisa saja Prabowo dan Partai Gerindra, tiba-tiba berkoalisi dengan Partai Demokrat. 

Lalu, bagaimana dengan nasib hubungan baik antara Prabowo Subianto dengan Megawati Soekarnoputri?

Tidak dipungkiri, bahwa sekarang hubungan Prabowo dengan Megawati terjalin cukup mesra. Itu terjadi, karena keduanya dalam posisi saling membutuhkan. Megawati butuh elektabilitas Prabowo yang memang sementara ini selalu unggul dibanding dengan calon kandidat lainnya.

Sebaliknya, Prabowo juga membutuhkan dukungan Megawati dan PDIP, mengingat pasca bergabungnya dengan koalisi pemerintah, dukungan terhadap Prabowo berkurang. Sebut saja dari Partai Keadilan Sejahtera (PKS) dan Persaudaraan Alumni (PA) 212. 

Namun, jika pada saatnya nanti, elektabilitas Prabowo dikangkangi oleh kader PDIP. Dalam hal ini, yang berpotensi besar mengalahkan Prabowo adalah Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo. Saya rasa secara hitung-hitungan politik, Megawati akan ngotot mengusung kadernya jadi Capres. 

Saya rasa jika hal itu terjadi, Prabowo akan menolak jika harus jadi Cawapres. Dia akan lebih memilih untuk menggandeng partai lain, untuk dijadikan pendampingnya. 

Perolehan kursi parlemen Partai Gerindra cukup besar pada Pemilu 2019 lalu, yakni 78 kursi. 

Maka, demi memenuhi ambang batas presidential threshold, yaitu 25 persen suara sah nasional atau 20 persen kursi DPR, partai berlambang kepala burung garuda ini hanya membutuhkan 37 kursi lagi untuk menggenapi 20 persen kursi DPR. 

Seperti diketahui, jumlah kursi DPR saat ini adalah 575 kursi. Jadi, 20 persen dari jumlah kursi tersebut adalah 115 kursi.

Artinya untuk bisa mencalonkan Prabowo Subianto, Gerindra hanya butuh satu partai lagi yang bisa memenuhi ambang batas. Partai mana yang dimaksud? Tentu saja banyak pilihan. Bisa Golkar dengan perolehan 85 kursi, Nasdem 59 kursi, PKB 58 kursi, Demokrat 54 kursi, PKS 50 kursi atau PAN 44 kursi.

Nah, dengan komposisi perolehan kursi tersebut di atas, peluang Gerindra untuk menggandeng Demokrat cukup besar dibanding menggandeng partai lainnya, yang saya rasa akan membentuk poros koalisi sendiri. 

Jadi, seperti saya bahas tadi di atas, sebenarnya jika bicara peluang, tidak menutup kemungkinan jika Prabowo dengan AHY bersatu pada Pilpres 2024 mendatang. 

Lalu, apa makna kedua dari postingan AHY tadi?

Jawabannya sederhana, kakak kandung Edie Baskoro Yudhoyono atau Ibas ini memang tulus ingin mengucapkan selamat atas terpilihnya kembali Prabowo Subianto menjadi Ketum Partai Demokrat, untuk periode 2020 - 2025. 

Sejatinya, postingan poto disertai ucapan selamat tersebut adalah hal lumrah oleh pihak manapun. Apalagi status AHY yang sama-sama ketua umum partai. 

Anggap saja hal tersebut merupakan wujud dari keseriusan AHY untuk menjalin hubungan baik dengan petinggi partai manapun di tanah air.


Salam

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun