Tidak mengherankan, sebab dibanding dengan para kandidat lainnya yang masuk dalam radar atau penjaringan para lembaga survei, mantan Danjen Kopasus ini adalah sosok yang paling berpengalaman dalam pesta demokrasi lima tahunan tersebut.
Betapa tidak, Prabowo Subianto telah mengikuti kontestasi Pilpres sebanyak tiga kali berturut-turut. Pertama, pada tahun 2009 sebagai calon wakil presiden mendampingi Ketua Umum PDI Perjuangan, Megawati Soekarnoputri. Berikutnya, pada tahun 2014 dan 2019, mantan menantu Presiden Soeharto ini mencalonkan diri sebagai presiden. Sayang, dari tiga kali keikutsertaannya tersebut selalu berakhir dengan kekalahan.
Jika kembali mencalonkan pada Pilpres 2024, Prabowo dinilai berpeluang besar mampu meraih impiannya menjadi Presiden RI, mengingat pesaing utamanya, Jokowi tidak lagi bisa mencalonkan diri.
Bahaya Intai Prabowo
Hanya saja, belakangan bahaya besar sedang mengintai Ketua Umun Partai Gerindra ini. Tentu saja, bukan bahaya yang mengancam keselamatan jiwanya, melainkan peluangnya menjadi orang nomor satu di Indonesia semakin kecil.
Hal ini terlihat dari hasil survei yang dilakukan berbagai lembaga dalam beberapa waktu terakhir. Elektabilitas putra dari begawan ekonomi Indonesia, Soemitro Djoyohadikoesoemo ini terus menunjukan grafik menurun.
Seperti dikutip dari Genpi.co.id, hasil survei Y-Publica yang dilakukan pada 1-10 Juli 2020, elektabilitas Prabowo hanya mencapai 17,3 persen. Angka ini merosot tajam dibandingkan dengan bulan Maret, yang mencapai 23,7 persen.
Bahkan, menurut hasil survei Sigi Indikator Politik (SIP), yang pernah saya tulis di Kompasiana dengan judul, " Prabowo Dinilai Bakal Kalah Pilpres 2024, Ini Alasannya!", Posisi elektabilitas Prabowo yang biasanya nyaman nangkring di peringkat pertama, harus rela dikangkangi oleh dua kepala daerah. Yaitu, Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo, di peringkat pertama serta Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan di peringkat kedua. Mantan Ketua HKTI itu sendiri hanya menduduki peringkat ketiga.
Dengan elektabilitasnya yang terus menurun tersebut, membuat Direktur Eksekutif Lembaga survei Indonesia Political Opinion (IPO), Dedi Kurnia Syah, berpikir bahwa Menhan Prabowo Subianto akan kembali menelan kekalahan jika kembali maju Pilpres 2024 mendatang. seperti pernah dialami pada ajang yang sama sebelumnya.
Dikutip dari Suara.com, meski ketertarikan publik pada Prabowo maju Pilpres masih tinggi, Dedi beranggapan, ada sebagian besar publik lainnya yang yakin bahwa mantan Ketua HKTI ini tidak mendapatkan suara terbanyak.
"Sebanyak 26.3 persen responden sangat yakin Prabowo kembali kalah, dan 42.8 persen ragu-ragu. Data ini menggambarkan jika mereka yang memilih Prabowo saat survei memiliki keyakinan pilihannya akan tetap kalah," kata Dedi dalam keterangan tertulisnya, Rabu (23/7/2020).