Kata pria kelahiran Manado, 9 Januari 1971 tersebut, pembukaan lowongan bagi jabatan direksi dan komisaris sebuah perusahaan sudah lazim terjadi. Misalnya, lowongan yang dibuka oleh Perusda Pasar Surya, PT Patralog, PT Bank Jatim dan PT Jateng Petro Energi.
"Dari contoh di atas maka pernyataan bahwa tidak pernah ada lowongan direksi atau komisaris corporate yang di umumkan terbuka tentu sebuah kesalahan besar atau sok tahu yang sangat akut," ujar Adian. Kompas.com.
Masih dikutip dari Kompas.com, Adian menyebut, direksi dan komisaris BUMN merupakan jabatan publik. Sehingga, proses seleksinya haruslah transparan. Terlepas apakah kandidatnya berasal dari relawan ataupun kader parpol pendukung pemerintah.
"Bukankah titipan titipan itu konsekuensi dari tidak adanya sistem rekrutmen yang transparan. Kalau dikatakan bahwa saya tidak mengerti budaya korporasi maka saya perlu bertanya, budaya yang mana? Setahu saya budaya korporasi yang tertutup itu adalah budaya korporasi yang lahir dari mindset Orde Baru," kata Adian.
Kata mantan aktivis 1998 ini, transparansi seleksi direksi dan komisaris BUMN perlu dilakukan. Ini karena ada uang negara yang cukup besar yang tersedot untuk menggaji mereka.
Berawal dari Perseteruan Adian Vs Erick
Saling "berbalas pantunnya" (Baca : saling lempar tudingan) antara Adian Napitupulu dengan Arya Mahendra Sinulingga tersebut, tak lepas dari perseteruan awal antara politisi PDI Perjuangan dimaksid dengan Menteri BUMN, Erick Tohir.
Sebagamana diketahui, perseteruan itu diawali dengan adanya pernyataan Erick Tohir soal besarnya ketergantungan Indonesia dengan bahan baku medis dan alat kesehatan (alkes) dari impor. Sehingga menyebabkan munculnya banyak praktik kotor yang dilakukan oleh mafia.
Pernyataan tersebut langsung dikritik Adian dalam bentuk surat terbuka. Tak hanya sekali, melainkan dua kali. Pertama, surat terbuka yang bertajuk, "Jujur Saja, Siapa Mafianya Pak Menteri?". Kemudian disusul dengan surat terbuka lainnya, dengan tajuk, " BUMN dan UMKM Dalam Cerita dan Angka, Siapa Pahlawan Sesungguhnya?".
Kritikan Adian dalam bentuk dua surat terbuka tersebut akhirnya terkuak dengan adanya pengakuan dari Erick Tohir.Â
Mantan bos Inter Milan ini menyebut, kritikan Adian itu gara-gara dirinya tidak mengakomodir orang-orang titipan Adian untuk duduk di kusri direksi atau komisari di kementrian yang dia pimpin.