Namun, nyatanya PDI-P seolah tidak memperdulikan segala pengalaman dan senioritas Purnomo. Pihak DPP malah lebih memilih Gibran. Sekali lagi, banyak yang percaya, ini karena Gibran putra sang presiden.
Rezim Orba dan Trah Cendana
Melanggengkan kekuasaan memang tidak hanya terjadi pada Presiden Jojowi. Seperti diungkapkan Rocky Gerung, nepotisme dan dinasti politik pun tumbuh subur pada saat rezim orba di bawah kepemimpinan Presiden Soeharto.
Presiden Soeharto yang berkuasa selama 32 tahun, diketahui pernah menunjuk putri sulungnya Siti Hardiyanti Rukmana alias Mbak Tutut sebagai Menteri Sosial. Bahkan, "the smiling general" ini juga menarik rekanannya di ABRI dalam sejumlah jabatan sipil termasuk DPR RI.
Meski sudah tak berkuasa dan bahkan telah meninggal dunia, Soeharto nyatanya tidak benar-benar telah pergi. Beberapa waktu belakangan seakan tumbuh lagi politik nostalgia, yang ditandai dengan munculnya jargon "lebih enak era Soeharto".
Rupanya kondisi ini dijadikan peluang oleh ahli warisnya atau sebut saja trah cendana untuk kembali berkiprah dalam dunia politik. Salah satu yang cukup populer tentu saja Hutomo Mandala Putra atau akrab disebut Tomy Soeharto.
Dalam meneruskan trah ayahnya, putra bungsu Presiden Soeharto ini mendirikan Partai Berkarya. Meski, pada Pemilu 2019 lalu tidak mampu lolos ke Senayan, karena tidak memenuhi parliamentary threshold.
Bahkan, belakangan Partai ini terpecah jadi dua kubu, setelah belum lama ini kubu Muchdy PR juga mengklaim sebagai Ketua Umumnya.
Salam
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H