Meski begitu, tak sedikit pula yang mendukung langkah Gibran. Dia dianggap sosok milenial, yang diharapkan mampu menciptkan ide dan gagasan segar demi kemajuan masyarakat Solo.
Dengan situasi ini, akhirnya pihak DPC PDIP Kota Solo, memutuskan untuk menolak pendaftaran Gibran maju Pilwakot. Mereka lebih memilih Purnomo, yang akan berpasangan dengan Teguh Prakosa.
Mendapat penolakan, tak membuat semangat Gibran mengendur. Pengusaha kuliner ini terus mencari cara, agar niatnya terwujud.
Pendek kata, setelah bertemu langsung dengan Ketua Umum PDI Perjuangan, Megawati Soekarnoputri, tak lama kemudian Gibran mendaftarkan diri maju Pilwakot melalui DPD PDIP Jawa Tengah. Dan, maksudnya ini langsung disambut baik oleh para pengurus partai provinsi.
Dari sini, pertarungan politik antara Gibran versus Purnomo dimulai. Keduanya mampu memanaskan suhu politik internal PDIP Solo.
Namun, pertarungan sesungguhnya terjadi manakala mereka berdua berebut pengaruh dan kepercayaan pihak DPP, agar diberi rekomendasi. Rekomendasi ini nantinya akan dijadikan kunci sahih guna mendaftarkan diri ke KPUD Solo.
Dipandang sepintas, akan mudah bagi siapa saja menebak, siapa yang akan mendapat rekomendasi. Ya, pasti Purnomo yang akan mendapatkan rekom tersebut.
Pasalnya, Purnomo merupakan petahana yang akan sangat mudah beradaftasi dalam pemerintahan, jika terpilih jadi walikota. Selain itu, dia juga merupakan politisi senior, yang telah cukup kenyang pengalaman berpolitik. Sehingga, secara mental, Purnomo sudah tidak perlu diragukan lagi.
Tapi, ternyata dalam politik, apa yang dimiliki Purnomo belum cukup meyakinkan DPP untuk memberikan rekomendasi, pada saat pengumuman calon pemimpin daerah dari PDIP pada gelombang pertama.
Sepertinya, DPP PDIP masih harus menimbang, dan mengkaji dengan seksama. Sebab, sekalipun Gibran masih "bau kencur" dalam dunia politik. Tapi, dia memiliki kekuatan yang sama sekali tidak dimiliki Ahmad Purnomo. Yaitu, anak presiden.
Dengan kekuasaan ayahnya selaku orang nomor satu di tanah air, nama Gibran akan dengan mudah dijual ke masyarakat. Apalagi, ayahnya (Jokowi) adalah mantan Wali Kota Solo yang cukup sukses dalam menjalankan roda pemerintahannya.