Mohon tunggu...
Elang Salamina
Elang Salamina Mohon Tunggu... Freelancer - Serabutan

Ikuti kata hati..itu aja...!!!

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Rindu Susi Saat Edhy Prabowo "Bermain" Benih Lobster

8 Juli 2020   00:58 Diperbarui: 8 Juli 2020   00:58 340
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

BARU-BARU ini Menteri Kelautan dan Perikanan (KKP), Edhy Prabowo mengeluarkan kebijakan baru yang sebelumnya pada zaman Kementrian tersebut masih dikendalikan oleh Susi Pujiastuti mungkin dianggap tabu. Kebijakan dimaksud adalah ekspor benih lobster.

Kenapa?

Karena kala itu Susi menganggap ekspor benih lobster hanya akan menggerus habitat dan membuat stock di dalam negeri menipis. Tak hanya itu, ekspor benih lobster juga hanya akan menguntungkan negara lain, khsusnya Negara Vietnam.

Maksusnya, jika para nelayan diizinkan mengekspor benih lobster tersebut ke negara lain, misal Vietnam. Maka negara itu akan mengekspornya kembali dengan harga yang jauh lebih tinggi.

Untuk itulah pasa saat Kementrian KKP dikendalikan oleh perempuan kelahiran Pangandaran Jawa Barat ini, ekspor benih lobster dilarang. 

Karena selain dua alasan tersebut di atas. Adanya larangan tersebut juga akan menjadikan benih lobster tumbuh lebih berkelanjutan di perairan Indonesia sebelum terjadinya kelangkaan.

Karena itu, di masa Menteri KKP dijabat Susi Pudjiastuti, hanya lobster dewasa yang boleh dijual atau diekspor.

Tapi rupanya, meski banyak mendapat penolakan, Edhy Prabowo memiliki pemikiran lain dan kekeuh dengan kebijakannya. Dia berpasangan bahwa banyak nelayan yang bergantung hidupnya pada budidaya komoditas lobster ini.

"Kebijakan yang kami lakukan ini sebenarnya sudah kami rencanakan jauh sebelum COVID-19. Izin ini ingin memfasilitasi bagaimana masyarakat yang tadinya hidupnya terganggu dari menangkap benih lobster ini bisa hidup kembali," kata Edhy dalam rapat kerja dengan Komisi IV DPR RI, Jakarta, Senin (6/7/2020). Dikutip dari detikcom.

Terkait banyak kekhawatiran soal lobster akan punah jika diekspor, Edhy bilang, satu lobster bisa bertelur sampai 1 juta ekor sekaligus jika sedang musim panas.

"Satu ekor lobster itu bisa bertelur sampai 1 juta dan di daerah yang musim panasnya hanya 4 bulan itu bisa sampai 4 kali bertelur, ini hasil penelitian di Tasmania. Indonesia ini adalah daerah yang banyak mataharinya sepanjang tahun musim panas," ucapnya

Boleh jadi apa yang dikatakan oleh Edhy Prabowo itu benar. Hanya saja, yang jadi masalah jika terus-terusan benih tersebut di ekspor dan apalagi sekalian dengan induknya, maka lama kelamaan bakal habis juga. Ini jelas para nelayan dan pemerintah Indonesia sendiri yang bakal dirugikan pada saatnya kelak.

Meski begitu, saya tidak akan terlalu jauh masuk pada kebijakan baru yang dikeluarkan Edhy Prabowo. Apapun itu, pasti dia memiliki argumentasi dan alasannya sendiri.

Dan, yang pasti. Saya pikir dia tidak ingin dianggap mengekor pada kebijakan menteri terdahulu. Edhy sepertinya ingin kinerjanya selama ini lepas dari bayang-bayang Menteri Susi. Walaupun, saya kira hal itu bakal cukup sulit baginya.

Rindu Susi

Seperti saya sebut, terlepas dari apa yang dilakukan Edhy Prabowo saat ini mudah-mudahan membawa kebaikan bagi semua pihak. Seperti pepatah bilang "Lain ladang lain belalang, lain lubuk lain ikannya". Pun dengan gaya dan kebijakan pimpinan tentu saja tidak bisa dipukul rata.

Hanya saja, maaf Pak Edhy!, saya pribadi masih sangat merindukan kepemimpinan Bu Susi saat menjadi Menteri KKP.

Soalnya bukan saja kepemimpinannya yang tak pernah kompromi bagi siapapun yang dipandang bisa merugikan nelayan dan perairan di tanah air. Bu Susi juga tipikal pimpinan yang cair dan dinamis serta lebih bisa dekat dengan rakyat. Dia tidak kaku dan tidak pernah jaga image (jaim).

Di luar itu, saya juga masih ingat betul, sebelum Susi diangkat jadi Menteri KKP, ilegal fishing atau penangkapan ikan ilegal kerap kali terjadi di wilayah laut nusantara dan kapal-kapal asing begitu seenaknya memasuki wilayah perairan Indonesia tanpa kendali.

Ada beberapa faktor yang menyebabkan sejumlah negara tetangga seperti Malaysia, Vietnam, Thailand dan Filipina nekat memasuki wilayah perairan Indonesia. 

Salah satunya, boleh jadi sebab merosotnya stock ikan yang berada di wilayah perairan mereka. Sementara, stock ikan di wilayah perairan nusantara masih melimpah ruah.

Pada situasi inilah tiba-tiba muncul seorang menteri bergaya nyentrik bernama Susi Pudjiastuti. Awalnya jujur saya tidak yakin bahwa dia bisa menuaikan tugasnya dengan baik. Namun apa dinyana, dia menjelma sebagai solusi atas maraknya ilegal fishing di perairan nusantara.

Bagaikan "monster" Susi benar-benar membuat para nelayan asing yang akan memasuki perairan nusantara dan mencuci sumber daya alamnnya jiper dan gentar.

Tenggelamkan....! Kata-kata ini sangat khas keluar dari mulut perempuan nyentrik ini, kala menemukan kapal asing yang masuk ke wilayah perairan Indonesia.

Sudah tak terhitung, berapa banyak kapal-kapal asing yang berhasil ditenggelamkan oleh ketegasannya. Hal Itu dilakukan, semata-mata, karena tidak mau kompromi terhadap para pencuri kekayaan laut nusantara.

Sangat beralasan, jika pada akhirnya, Susi dianggap menjadi salah seorang menteri terbaik yang pernah dimiliki Indonesia.

Dengan segala prestasinya dalam "menjaga" perairan Indonesia. Banyak yang percaya kalau pada saat pembentukan Kabinet Indonesia Maju (KIM), Susi akan kembali menempati posisi Menteri KKP. 

Tapi apa daya, Presiden Jokowi tidak lagi mempercainya. Mantan Wali Kota Solo itu lebih percaya mengangkat menteri yang baru, yaitu Edhy Prabowo.

Banyak yang kecewa atas putusan tersebut. Tapi apa daya, hal itu mutlak hak prerogatif presiden. Saya dan mungkin masyarakat lain di luaran sana hanya bisa mengatakan, "Rindu Bu Susi sebagai Menteri KKP".

Salam

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun