"Tolonglah, kami jangan disalahkan terus. Apa saya rela warga saya mati? Kita masih ngurus pukul 03.00 pagi orang meninggal yang warga bukan Surabaya, kami masih urus itu," kata Risma.
"Kalau bapak nyalahkan kami (karena RSUD dr Soetomo penuh), kami enggak terima. Kami tidak bisa masuk ke sana," kata Risma.
Apa yang dilakukan oleh Risma pada kegiatan audensi kemari, Senin (29/06/20) menurut hemat penulis rasanya berlebihan.
Sebagai pemimpin yang dikenal tegas, mestinya dia sudah sangat siap secara mental jika memang ada pihak-pihak yang menyalahkan atau mengkritisi kebijakannya. Jangan malah menangis, apalagi sampai bersujud segala.
Penulis masih ingat, Risma pun sempat ingin mengundurkan diri dari jabatannya karena ditenggarai tidak tahan dengan tekanan politik yang menyerangnya.
Dari dua kejadian ini, penulis berpikir bahwa dibalik ketegasan dan sederet prestasinya, mental Risma boleh jadi belum sekuat pemimpin-pemimpin lain. Meski dikritik habis-habisan tetap saja cuek bebek.Â
Boleh jadi pemimpin ini mentalnya memang sudah kuat dan tebal atau mungkin juga mukanya yang tebal. Entahlah.
Layak Dicalonkan Presiden?