Sebut saja, Risma pernah sukses membawa Kota Surabaya mendapatkan penghargaan Piala Adipura tujuh tahun berturut-turut, dari 2011 hingga 2017 dalam kategori Kota Metropolitan.
Risma juga pernah mendapatkan penghargaan Bung Hatta Anti Corruption Award 2015. Sebagai bentuk penghargaan terhadap sosok yang dinilai tegas dan bekerja keras dalam memerangi tindakan korupsi, yang sepertinya telah menjadi penyakit akut di tanah air.
Bahkan seperti dikutip dari Tribunnews.com, Risma juga pernah masuk dalam 10 wanita paling inspiratif pada 2013 hingga mendapat Ideal Mother Awards. Setahun kemudian, Risma juga menyabet penghargaan Mayor of The Month sebagai Wali Kota Terbaik.
Risma Sujud
Terlepas dengan segudang prestasinya, baik untuk kota yang dipimpin atau pribadi. Risma bukanlah sosok pemimpin super yang selalu mampu menyelesaikan masalah.
Sebagai contoh, dalam penanganan pandemi virus corona atau covid-19, Risma nyatanya belum mampu mengatasi dengan baik. Kota Surabaya belakangan menjadi sorotan tajam karena kasus pisitif oleh virus asal Wuhan, China ini sangat tinggi.
Sudah pasti, dengan kasus positif yang tinggi ini, sebagai Wali Kota, dia banyak dipersalahkan.
Bahkan karena terus merasa dipersalahkan itu, Risma sampai menangis dan bersujud dua kali di hadapan rombongan Ikatan Dokter Indonesia (IDI).
Seperti dikutip Kompas.com, peristiwa itu terjadi pada saat menggelar rapat audensi dengan IDI Surabaya dalam rangka membahas penanganan pandemi covid-19, di Balai Kota Surabaya, Senin (29/06/20).
Risma saat itu merasa disalahkan terus soal tingginya angka positif corona di Surabaya dan membuat Rumah Sakit Umum dr Soetomo overload.
Tak hanya itu, dokter tersebut merasa prihatin dengan kondisi warga Surabaya yang tidak disiplin ikuti protokol kesehatan di tempat umum.